Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Pemulihan Ekonomi Tergantung Kecepatan Pemerintah Tangani Corona
Kamis, 16 April 2020 13:24 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Kebijakan pemerintah menangani pandemi corona sangat menentukan proses pemulihan ekonomi. Jika berjalan lancar, wabah ini bisa selesai akhir Mei atau awal Juni.
“Asumsinya pertama, selesai di Mei. Kedua, kita berharap China juga pulih. China mulai bergerak positif ekonominya, sehingga pemulihannya bisa lebih cepat. Karena ekspor dan impor kita dengan China lumayan besar," ujar Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Prof Chandra Fajri Ananda, Kamis (16/4).
Sementara pertumbuhan ekonomi nol hingga negatif seperti yang disampaikan pemerintah, baru akan terjadi jika kedua poin di atas tidak berjalan. Ditambah, eskalasi sebaran penduduk dari Jakarta ke daerah begitu masif. Alhasil, pandemi ini selesai di bulan Mei masih sangat berat. Kecuali, pemda melakukan upaya seperti pemerintah pusat.
Agar ekonomi tumbuh positif, Chandra meminta pemerintah menjaga kestabilan ekonomi. Misalnya, memastikan seluruh industri berjalan lancar. Khususnya bagi sektor yang sudah berdiri lama, dan terbukti punya andil besar terhadap perekonomian nasional maupun daerah.
Baca juga : Sandiaga Uno-Aa Gym Minta Masyarakat Bahu Membahu Tangani Corona
Dia memandang, industri pertanian dan perkebunan tidak begitu terpapar pandemi corona. Termasuk di dalamnya industri hasil tembakau yang justru bisa menggerakkan perekonomian di saat masa sulit seperti ini. Karena negara lain juga terdampak, yang bisa mengerek ekonomi saat ini adalah konsumsi rumah tangga.
“Selama ini konsumsi tumbuhnya sekitar 5 persen. Jika banyak PHK, pekerja informal kehilangan pekerjaan, atau pertumbuhan mendekati 2-3 persen, ini akan mendorong ekonomi ke bawah. Kita akan mengalami kontraksi. Mungkin pertumbuhan kita hanya tumbuh 1-1,5 persen,” ulasnya.
Chandra meminta pemerintah pusat dan daerah saling bahu-membahu. Seperti menerapkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.19/PMK07/2020. Aturan main itu menyebut Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) dan dana bagi hasil Sumber Daya Alam (SDA) dapat dipakai pemda untuk membiayai penanggulangan corona.
Karena, seluruh industri yang menghasilkan, pasti ada dana bagi hasilnya untuk daerahnya. Sehingga pemda dapat menggunakan dana bagi hasil tersebut untuk penanggulangan penularan Covid-19.
Baca juga : MUI Ajak Umat Islam Patuhi Protokol Kesehatan Cegah Wabah Corona
Catatan dia, industri rokok dan hasil olahan tembakau pada Januari dan Februari mencapai target pembayaran cukai. Dengan begitu, DBHCHT bisa digunakan. Mengingat tujuan penggunaan dana ini untuk penguatan industri dari pengusaha rokok menjadi nonrokok, termasuk pengembangan sosial ekonomi.
Kata Chandra, PMK tersebut memberi keleluasaan bagi pemda merealokasi anggarannya untuk penaggulangan corona. Padahal sebelum ada PMK 19/2020, untuk menggeser alokasi dana A ke keperluan lain harus dapet restu DPRD. Namun dengan aturan ini, izin tersebut tidak berlaku.
“Jadi memang keleluasaan itu yang dibutuhkan daerah. Pemda yang cepat bersikap akan menghitung dampaknya berapa, dan pemerintah pusat memberi izin secara legal dan aman sesuai alokasi anggarannya. Itu yang sudah terjadi sekarang ini,” cetusnya.
Selain itu, pemda dapat menggunakan DBHCHT untuk mengatasi masalah ekonomi di daerahnya. Contohnya, dengan dana tersebut, pemda dapat membebaskan warganya membayar pajak kendaraan bermotor.
Baca juga : Di Depan 36 Juta Warganya, Presiden Prancis Minta Maaf Gagal Tangkal Corona
Sehingga industri rokok ini menjadi penopang penerimaan negara yang masih belum ada gantinya. Bahkan Chandra menyebut, dari sisi manfaat saat ini, tidak ada argument untuk membatalkan dan merusak industri tembakau.
“Yang jelas, pabrik rokok itu salah satu industri yang bahan bakunya dari dalam negeri. Dengan kejadian seperti ini tidak ada masalah. Tapi secara umum mereka paling survive karena lokal tembakau masih bisa dipakai," pungkasnya. [MEN]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya