Dark/Light Mode

Kemendag Potong Rantai Distribusi Sembako, Ekonom: Tak Akan Ada Lonjakan Inflasi

Senin, 20 April 2020 11:04 WIB
Mendag Agus Suparmanto bersama jajaran saat sidak ke gudang beras. (Foto: Dok. Kemendag)
Mendag Agus Suparmanto bersama jajaran saat sidak ke gudang beras. (Foto: Dok. Kemendag)

RM.id  Rakyat Merdeka - Langkah Kementerian Perdagangan (Kemendag) melakukan kebijakan pengendalian harga seperti memotong rantai distribusi, membuat harga beras terjangkau, tidak menaikkan harga eceran tertinggi (HET) bagi konsumen akhir tetapi dengan menaikkan harga  pembelian pemerintah di tingkat petani, dinilai akan menjaga harga bahan pokok menjelang Ramadhan dan Idul Fitri stabil.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah, menjelaskan, Ramadhan dan Lebaran tahun ini sangat berbeda dengan biasanya seiring dengan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan juga imbauan tidak mudik. Sehingga tidak akan ada lonjakan permintaan. Apalagi dari sisi daya saat ini cenderung melemah akibat wabah Covid-19. 

Menurut Piter, kelompok masyarakat bawah yang menjadi korban PHK atau pekerja sektor informal yang kehilangan pendapatan di tengah wabah Covid-19 adalah pendorong utama berkurangnya konsumsi di saat Ramadhan dan Lebaran. Dengan wabah Covid-19, kelompok ini tidak punya daya beli untuk memacu pertumbuhan konsumsi. Apalagi mereka juga diimbau tidak mudik.

Baca juga : Permudah Distribusi Pangan, Mentan Luncurkan Pasar Mitra Tani Bekasi

Dengan demikian, bisa diyakini tidak akan terjadi lonjakan permintaan. “Di sisi lain, pemerintah juga sudah berkomitmen menjaga pasokan supply selama wabah dan terutama lagi menyambut Ramadhan dan Lebaran. Keran impor untuk produk pangan dibuka,” ujar Piter. 

Piter optimis, didorong kebijakan pemerintah juga sinergi dengan kalangan industri, berbagai kebutuhan masyarakat akan mampu dipenuhi. Ia juga yakin, pada masa Ramadhan, beras dan gula tidak akan langka. Pasokan cukup, permintaan tidak mengalami lonjakan. “Harga akan cukup stabil. Demikian juga produk-produk hasil pertanian lokal. Dengan pemanfaatan jaringan online, rantai distribusi justru relatif terpangkas dan mendorong harga lebih rendah,” ucap Piter.   

Yang dikhawatirkan terganggu pasokannya adalah daging. Karena produksi dalam negeri tidak mencukupi sementara impor tidak mudah dilakukan di tengah kondisi negara-negara asal impor masih melakukan lockdown. Namun ia optimis, pemerintah akan tetap mampu memenuhi kebutuhan daging menjelang Ramadhan dengan harga terjangkau.  “Semua faktor terkait supply dan demand barang-barang pangan, terutama menjelang Ramadhan dan Lebaran ini saya kira sangat dipahami oleh pemerintah. Tidak perlu ada kekhawatiran akan terjadi lonjakan inflasi,” ucapnya. 

Baca juga : Selama PSBB, Polri akan Kawal Distribusi Bahan Sembako

Menteri Perdagangan Agus Suparmanto memastikan, pemerintah terus menjaga pasokan, sekaligus menyetabilkan harga bahan pokok. Misal, untuk memenuhi stok bawang, diterbitkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27 Tahun 2020 tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura. Melalui beleid ini, izin impor komoditas bawang putih dan bawang bombai dipermudah. Kemendag juga bekerja sama dengan Satgas Pangan juga dinas-dinas terkait di seluruh kota Indonesia untuk memastikan pasokan maupun stabilisasi harga.  

Agus memastikan, stok beras secara nasional menjelang Ramadhan dan Idul Fitri 2020 aman dan tidak memengaruhi inflasi nasional. Stok beras nasional untuk menghadapi Puasa dan Lebaran saat ini tersedia sebanyak 3,38 juta ton. Stok beras di Perum Bulog sebesar 1,42 juta ton, stok di penggilingan 1,2 juta ton, stok di pedagang 728 ribu ton, stok di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) sebesar 28.431 ton, dan stok di Lumbung Pangan Masyarakat binaan BKP sebesar 2.939 ton. Ditambah lagi dengan memasuki musim panen secara berkesinambungan hingga Agustus 2020, stok beras nasional akan mendapat tambahan sebesar 19,8 juta ton. Kebijakan relaksasi impor Agus juga mampu menstabilkan harga bawang di Rp 32.000 per kilogram.  

“Saat ini di seluruh sentra produksi beras memasuki masa panen raya sehingga diperkirakan ada tambahan produksi pada mulai Maret hingga Agustus 2020, sebesar 19,8 juta ton. Dengan demikian, kebutuhan beras diperkirakan sebesar kurang lebih 2,5 juta ton per bulan dan sebagai antisipasi panjangnya masa penanganan Covid-19. Saya optimis stok dan produksi beras mencukupi kebutuhan nasional hingga akhir Desember 2020,” ujar Mendag. Melalui pemantauan pasar yang rutin dilaksanakan Kemendag, diharapkan harga bahan pokok akan terus terkendali khususnya, di daerah-daerah di seluruh Indonesia. 

Baca juga : DPR Minta Stimulus Ekonomi Tak Korbankan Badan Usaha

Ada pun untuk memenuhi kebutuhan alat medis di dalam negeri, Agus telah menerbitkan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 23 Tahun 2020 tentang Larangan Sementara Ekspor Antiseptik, Bahan Baku Masker, Alat Pelindung Diri, dan Masker. Supaya ketersediaan alat kesehatan di Indonesia tercukupi di tengah meluasnya pandemi Covid-19.

Selain melarang ekspor, pada saat yang sama, pemerintah juga mengambil langkah untuk mempermudah impor alat kesehatan untuk masuk ke Indonesia. Sejumlah alat kesehatan yang termasuk dalam pembebasan LS sementara tersebut antara lain: pakaian pelindung medis, pakaian pelindung dari bahan kimia atau radiasi, pakaian bedah, serta examination gown terbuat dari serat buatan. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.