Dark/Light Mode

Kalbar Gerak Cepat Lakukan Gerakan Antisipasi Kemarau

Minggu, 10 Mei 2020 12:24 WIB
Petani olah lahan dengan mesin traktor
Petani olah lahan dengan mesin traktor

RM.id  Rakyat Merdeka - Maret 2020, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberikan informasi beberapa daerah di Indonesia akan memasuki musim kemarau. Dari total 342 Zona Musim (ZOM) di Indonesia, 27,5% di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua akan masuk awal musim kemarau di bulan Juni 2020.

“Menyikapi info tersebut, kami langsung melakukan pemantauan ke lapangan terkait intensitas Organisme Penganggu Tumbuhan (OPT) sebagai langkah antisipasi,” demikian ujar Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) Yuliana Yulinda di Pontianak, Sabtu (9/5).

Yuliana mengatakan, kondisi musim kemarau dengan curah hujan yang masih tinggi membuat peluang besar terhadap berkembangnya OPT seperti wereng batang coklat, penggerek batang dan tikus.

Lebih lanjut Yuliana Yulinda mengatakan, telah ada surat edaran peringatan dini / EWS (Early Warning System) pada awal April 2020 tepatnya tanggal 9 April 2020 kepada Dinas Pertanian Kabupaten/Kota se-Kalimantan Barat dan juga kepada para petugas POPT untuk disosialisasikan kepada para petani. 

“Dengan adanya peringatan dini OPT, diharapkan menjadi panduan petani lebih mengintensifkan pengamatan akan munculnya OPT pada tanamannya sehingga dapat mengurangi kerugian. Dan untuk itu para petugas POPT selalu siap mendampingi,” katanya.

Baca juga : Enggar Kirim Bantuan APD, Bupati Anas: Akan Kami Berikan Ke Petugas Kesehatan

Sebagaimana diketahui, hama utama yang menyerang tanaman padi pada Kalbar seperti tikus, penggerek batang, walang sangit, burung dan penyakit bercak coklat serta bercak bergaris. Namun pada beberapa tahun terakhir serangan hama wereng batang coklat dan penyakit blas mengalami peningkatan di beberapa wilayah di Kalimantan Barat.

Untuk mengantisipasi hama, pihaknya mengimbau petani rutin melakukan pemantauan di areal sawah dan melaporkan jika ada serangan dan gangguan hama kepada petugas OPT secepat mungkin. Hal ini agar dapat diambil tindakan pengendalian secara tepat dan tepat sehingga tidak meluas ke areal lain dan menyebabkan gagal panen.

Selain pemantauan, sambungnya, petani diimbau menggunakan padi yang toleran terhadap kekeringan dan membiasakan untuk menggunakan bahan-bahan organik agar tidak memicu tingkat porositas tanah yang tinggi yang memicu hilangnya air lebih cepat karena penggunaan pupuk dan pestisida kimia.

Pemanfaatan bahan organik diharapkan bisa meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air dan lebih ramah lingkungan.

“Selain sosialisasi kami juga intens melakukan koordinasi dengan BMKG atau Stasiun Klimatologi Kalimantan Barat terkait informasi mengenai perubahan cuaca dan musim," ungkapnya.

Baca juga : Sarinah Beberkan Alasan Lakukan Transformasi Gedung

“Dengan informasi ini kami sangat terbantu dalam memberikan edukasi dan sosialisasi tentang prakiraan musim kepada petani terkait budidaya tanamannya," tambah Yuliana.

Terkait langkah antisipasi musim kemarau ini, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Barat Florentinus Anum mengatakan, perubahan iklim dan dampak serangan OPT harus diminimalisir sekecil mungkin, jangan sampai mempengaruhi produksi beras di Kalbar. Ini cukup beralasan dikarenakan sektor pangan menjadi hal penting apalagi saat pandemik Corona seperti sekarang.

“Sesuai arahan Bapak Mentan Syahrul Yasin Limpo kami akan mengoptimalkan penanganan masalah terkait dampak musim kemarau yang akan sebentar lagi dihadapi, sehingga stok produksi padi tidak akan mengalami kendala," ujarnya.

Untuk saat ini, diperkirakan stok beras sampai Januari - Mei 2020 Provinsi Kalbar memiliki sebanyak 318.604 ton dengan konsumsi sebanyak 206.060 ton (Jan-Mei 2020, red). Dengan demikian masih surplus 112.544 ton.

Memasuki musim tanam kedua ini, Florentinus berharap bisa memenuhi target luas tambah tanam 146.881 hektare sehingga target produksi beras sebesar 1,53 juta ton Gabah Giling Kering (GKG) di tahun 2020 dapat tercapai.

Baca juga : Belajar Nggak Lagi Tatap Muka, BPSDM Perhubungan Utamakan Kualitas Taruna

Untuk itu, Florentinus meminta seluruh petugas POPT sebagai garda terdepan dalam mengawal dan melindungi pertanian di Kalimantan Barat ini dari serangan hama. 

“Walaupun aktivitas terbatas dengan adanya pandemi Covid-19 para namun petugas POPT harus tetap mendampingi petani namun tetap memperhatikan anjuran pemerintah dengan menggunakan masker dan melakukan social distancing saat sosialisasi," tandasnya. [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.