Dark/Light Mode

APHI Puji Kinerja KLHK Dalam Pencegahan Karhutla

Minggu, 31 Mei 2020 13:03 WIB
Persiapan misi TMC di Provinsi Riau (sumber : BPPT)
Persiapan misi TMC di Provinsi Riau (sumber : BPPT)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), Indroyono Soesilo menyampaikan apresiasi kinerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam pencegahan Karhutla, khususnya di lahan gambut melalui Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan stakeholder terkait serta  mitra kerjanya yang berkontribusi positif menekan laju Karhutla dan mengurangi titik api (hotspot) sampai dengan bulan Mei 2020. 

“Terima kasih kepada KLHK dan BPPT serta instansi terkait lainnya, atas langkah dan upaya untuk mengurangi hotspot melalui rekayasa hujan dengan aplikasi TMC.  APHI dan anggotanya mendukung penuh upaya tersebut, khususnya untuk mempertahankan kebasahan lahan gambut,” kata Indroyono dalam keterangan persnya kepada Rakyat Merdeka, Minggu (31/05). 

Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca BPPT, Tri Handoko Seto menjelaskan, aplikasi teknologi modifikasi cuaca paling tepat dilakukan pada saat periode peralihan musim hujan ke musim kemarau karena pada periode tersebut bibit awan masih banyak. 

Baca juga : KLHK Gandeng Pemuka Agama Antisipasi Karhutla

Dalam konteks ini, keberhasilan hujan buatan ini tentunya juga tidak terlepas dari ketergantungan terhadap ketersediaan awan yang diberikan oleh alam. 

“Artinya, jika awannya banyak, kita juga akan dapat menginkubasi lebih banyak dan otomatis akan menghasilkan hujan yang lebih banyak juga, begitupun sebaliknya. Disinilah pentingnya rekomendasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), ” ujar Seto.

Atas kerja sama dengan KLHK untuk mendukung upaya pembuatan hujan buatan di pulau Sumatera, BPPT telah menyiapkan 28 ton garam NaCl sebagai bahan semai  selama 19 hari, mulai 13-31 Mei 2020 di Provinsi Riau, mulai tanggal 2 Juni  akan dilanjutkan  selama 15 hari di Sumatera Selatan. 

Baca juga : AIPGI Dukung Pengembangan Lahan Garam di NTT

Menurut Seto, operasi penerapan TMC untuk Provinsi Riau ini merupakan kelanjutan dari  operasi yang dilaksanakan 11 Maret sampai 2 April 2020.

”Sampai dengan tanggal 25 Mei, total  penerbangan untuk misi TMC  mencapai  22 jam, dengan penggunaan bahan semai sebanyak 8,8 ton. Aplikasi  TMC ini menghasilkan 33,8 juta m3 air hujan , dan hasilnya dalam beberapa hari  terakhir tidak terpantau ada hotspot di wilayah Riau,” kata Seto.   

Lebih lanjut Seto menjelaskan, bahwa TMC ini amat berguna untuk aplikasi kehidupan sehari-hari yang bergantung pada faktor alam/cuaca. 

Baca juga : BIN Punya Peran Signifikan dalam Perang Melawan Covid-19

“TMC bisa untuk mitigasi bencana banjir seperti yang dilakukan di wilayah Jabodetabek. TMC juga terbukti dapat mencegah dan mengatasi karhutla, pengisian waduk untuk sarana irigasi dan pembangkit listrik, membasahi lahan gambut, serta mengatasi masalah kekeringan.  Aplikasi TMC semakin efektif jika didukung  upaya – upaya pencegahan dan pemadaman secara kolaboratif oleh para pihak di tingkat tapak,” pungkas Seto. [FIK]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.