Dark/Light Mode

AIPGI Dukung Pengembangan Lahan Garam di NTT

Kamis, 28 Mei 2020 14:05 WIB
Petani garam. (Foto: Antara)
Petani garam. (Foto: Antara)

RM.id  Rakyat Merdeka - Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia (AIPGI) mendukung pengembangan lahan garam di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk memasok bahan baku garam industri dari dalam negeri.

Ketua Umum Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia (AIPGI) Tony Tanduk menilai, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) cocok sebagai sentra produksi garam industri karena memiliki lahan dan cuaca yang mendukung. 

"Wilayah NTT itu cocok karena ketersediaan lahan yang landai dan musim kemarau yang panjang, sekitar 7-8 bulan per tahun," ujarnya dalam rilis yang diterima RMco.id, Kamis (28/5). 

Baca juga : UPJA Di Parigi Moutong Respons Imbauan Percepatan Tanam Kementan

Untuk swasembada garam, menurut Tony, dibutuhkan tambahan lahan 50 ribu hektar pada satu atau beberapa hamparan, dengan syarat luas satu lahannya minimum 1.000 hektar. 

"Hasil dari lahan tersebut menghasilkan garam untuk industri yang mempersyaratkan kadar NaCl 97% dan Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) rendah tidak lebih 0.6 ppm," beber Tony. 

Menurut Tony, untuk menghasilkan garam kualitas tinggi, diperlukan metode penguapan dan kristalisasi bertingkat. Dalam proses yang dikenal sebagai  "sistem portugis" ini, garam dibiarkan menjadi meja hablur (lantai garam) setebal 5-20 cm kristal garam. 

Baca juga : PGN Siap Jalankan New Normal Pengelolaan Layanan Gas Bumi

Setelah itu, air tua dialirkan sehingga kristal garam akan cepat terbentuk dengan kualitas garam yang sangat bersih. 

Proses produksi seperti ini dilakukan oleh PT Garam di Madura dan PT Inti Daya Kencana (IDK) di Malaka, NTT. "PT IDK di NTT sedang membangun lahan penggaraman dengan sistem tersebut, namun lahan masih sekitar 50 hektar dan yang sedang dikembangkan berkisar 300 hektar," tutur Tony. 

Dia menyatakan, lahan yang cocok untuk garam, tak melulu hanya di sepanjang pantai. Pemilihan lahan, lanjut Tony, juga berdasarkan aspek keekonomian. "Sebagai contoh, pantai Ancol dapat dibuat lahan garam. Tetapi, tentu jauh lebih menarik ketika dijadikan Dunia Fantasi (Dufan)," imbuh Tony. 

Baca juga : Kemenhub Bakal Tindak Tegas Penerbang Balon Udara Liar

Ia pun membandingkan nilai keekonomian antara nilai ekspor dari pengguna garam industri dengan impor garam industri per tahunnya. "Nilai ekspor dari industri pengguna garam lebih dari USD 35 miliar per tahun bandingkan impor garam USD 110 juta,” tutupnya. [OKT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.