Dark/Light Mode

Krisan Asal Kota Solok Tetap Eksis Di Tengah Pandemi

Selasa, 9 Juni 2020 16:03 WIB
Bunga Krisan asal Kota Solok bernilai ekspor tinggi
Bunga Krisan asal Kota Solok bernilai ekspor tinggi

RM.id  Rakyat Merdeka - Di tengah pandemi Covid-19 yang melanda Tanah Air, beberapa sektor pertanian khususnya sektor tanaman hias atau florikultura terkena imbasnya. Lesunya pasar bunga yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia membuat perekonomian para petani florikultura tidak berjalan dengan optimal. 

Direktur Buah dan Florikultura Direktorat Jenderal Hortikultura Kementan Liferdi Lukman mengungkapkan, jika pasar florikultura sedikit meredup. Misalnya saja bunga dan daun potong yang memang sifat komoditasnya memiliki vaselife.

“Masa kesegarannya terbatas. Sekitar dua Minggu," ungkap Liferdi melalui keterangan, Selasa (9/6).

Menurut Liferdi, kondisi ini mengharuskan pelaku usaha florikultura untuk lebih kreatif dalam melakukan inovasi. Sesuai arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL), meminta seluruh elemen masyarakat untuk bahu membahu mendorong inovasi di bidang pertanian.

Liferdi lantas mencontohkan Kabupaten Banjar. Mereka membuat hand sanitizer berbahan baku melati. Pun di Kabupaten Cianjur, para petani berinisiatif menggelar bazaar krisan di perkantoran dan membagikan karangan bunga untuk para paramedis sebagai ungkapan terima kasih.

Baca juga : Istana Terima Dengan Lapang Dada

Liferdi menambahkan, hal yang sama dilakukan oleh petani krisan di Kota Solok. Mereka mensiasati pemasaran bunga krisan dengan tetap mematuhi aturan social distancing. 

“Penjualan dilakukan melalui media sosial secara online dan door to door ke rumah warga. Mereka melayani pemesanan krisan dengan sistem pesan antar, sehingga warga tidak perlu keluar rumah untuk membeli tanaman krisan," beber dia. 

Adapun pengembangan krisan utama di Provinsi Sumatera Barat berada di Kota Solok dan Kabupaten Solok. Sedangkan untuk Kabupaten Tanahdatar dan Kabupaten Agam masih dalam pengembangan karena iklimnya cocok untuk kawasan krisan. 

“Dalam mendorong pengembangan agribisnis krisan di Kota Solok, Direktorat Jenderal Hortikultura mengalokasikan pengembangan kawasan krisan seluas 1.000 meter persegi pada Tahun 2020," tutup Liferdi.

Permintaan Meningkat

Baca juga : Trik Petani Mangga Kendalikan Lalat Buah Di Tengah Pandemi Corona

Dikonfirmasi terpisah, Zulkifli Ishaq dari Pemda Kota Solok tidak ada masalah dengan permintaan bunga krisan dalam kondisi pandemi ini. Bahkan permintaan krisan pot dalam tempo 1 minggu habis 500 pot dibeli warga.

“Luas lahan krisan saat ini untuk Kota Solok sekitar 500 meter persegi dalam Green House dan 100 meter persegi di pekarangan masyarakat/swadaya. Bukan merupakan kawasan yang cukup luas namun mereka sudah bisa meningkatkan ekonomi masyarakatnya” jelas Zulkifli.

Zulkifli menambahkan, selama pandemi Covid-19 ini pemasaran bunga krisan hanya di sekitar Kota Solok. Dalam situasi normal biasanya pemasaran mencapai wilayah Provinsi Sumatera Barat, seperti Kota Padang, Kota Payakumbuh, Kota Padang Panjang dan Kab/Kota lainnnya dalam Provinsi Sumatera Barat.

“Bunga Krisan di Kota Solok dijual dalam bentuk krisan pot dan krisan potong. Untuk harga krisan pot sekitar Rp 20 ribu rupiah/pot dan krisan potong dengan harga dua ribu /tangkai," kata dia.

Menurut Zulkifli, dalam keadaan pandemi ini yang terkena imbasnya adalah Kawasan wisata agro Payo atau yang lebih dikenal dengan Agrowisata Payo di Kota Solok. Selama pandemi Covid-19 kawasan ini sepi pengunjung karena adanya larangan keluar rumah oleh pemerintah. 

Baca juga : Top, Penjualan Mobil Honda Online Meroket Saat Pandemi

“Biasanya pengunjung yang datang berasal dari dalam maupun luar kota, seperti Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, serta perantau dari Jakarta. Banyak juga yang dari pengunjung tersebut yang membeli tanaman krisan sebagai oleh-oleh, biasanya terjual sekitar 20-30 tangkai," terangnya.

Agrowisata Payo adalah salah satu Kawasan Agrowisata terpadu dengan ikon bunga Krisan dan merupakan kebanggaan dari Kota Solok. Kawasan Agrowisata Payo berdiri pada tanggal 5 Desember 2018 dan diresmikan oleh Direktur Jenderal Hortikultura. 

Kawasan ini berada pada ketinggian 900m dpl sehingga sangat cocok untuk pengembangan Kawasan krisan dan tanaman hias lainnya, kata pria asli Minang ini. 

“Kami berharap kondisi pandemi ini segera berlalu, agar bisnis florikultura dan perekonomian di Kabupaten Solok kembali menggeliat,"pungkasnya.[KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.