Dark/Light Mode

Trik Petani Mangga Kendalikan Lalat Buah Di Tengah Pandemi Corona

Minggu, 7 Juni 2020 11:46 WIB
Lalat buah
Lalat buah

RM.id  Rakyat Merdeka - Rerimbunan pohon Mangga Gedong Gincu di Desa Krasak, Indramayu, Jawa Barat, terasa menyejukkan bagi siapa pun yang memandang. Waryana, Ketua Kelompok Tani Angling Darma, pagi-pagi sekali sudah berkeliling menggunakan sepeda motornya untuk “menginspeksi” populasi lalat buah yang terperangkap.

Hasil perangkap lalat buah yang terpasang sejak setahun lalu itu selalu dimonitor olehnya setiap sepekan sekali. Meski wabah corona melanda tak menyurut langkah Waryana untuk mengelola Kebunnya. 

“Bagi saya, monitoring lalat buah sudah menjadi kewajiban layaknya seorang prajurit dalam situasi perang," ujar Waryana dalam saat dihubungi Sabtu (6/6).

Desa Krasak merupakan salah satu lokasi penerapan pengendalian lalat buah di Indonesia, kerja sama pemerintah Indonesia dan Australia. Sebanyak 10 perangkap lalat buah telah terpasang di lahan seluas 40 hektare (ha) tersebut.

Baca juga : Top, Penjualan Mobil Honda Online Meroket Saat Pandemi

Waryana memaparkan, Direktorat Perlindungan Hortikultura dan Balai Penelitian Buah Tropika (Balitbu) bersama Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR) telah memilih Desa Krasak sebagai salah satu lokasi  pengendalian lalat buah. Alhasil selama setahun berjalan, populasi lalat buah menurun drastis. 

“Artinya, potensi pengembangan Mangga Gedong Gincu sebagai komoditas unggulan cukup baik dan berpeluang layak ekspor," beber dia. 

Kementerian Pertanian di bawah komando Syahrul Yasin Limpo (SYL) tetap mendorong dan memacu jajaran di Kementan untuk lebih giat dalam  penerapan teknologi pengelolaan OPT. Tujuannya  agar ketersediaan mangga dapat memenuhi kebutuhan rakyat Indonesia. Bahkan dapat diekspor ke negara lain.

Sejalan dengan hal tersebut, Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto menyampaikan bahwa salah satu kunci keberhasilan produksi mangga yaitu dengan melakukan monitoring populasi lalat buah. Termasuk implementasi metode pemasangan perangkap. 

Baca juga : Melani dan Ali Berikan Bantuan Untuk Warga Korban Kebakaran

“Karena ini menjadi salah satu alternatif pengendalian lalat buah yang ramah lingkungan di mana biaya produksi menjadi lebih rendah. Petani tidak harus membeli pestisida mahal harganya dan produk mangga yang dihasilkan juga lebih sehat, dan aman dikonsumsi," jelasnya.

Populasi Lalat Menurun Drastis

Menurut Affandi, peneliti senior Balitbu, populasi lalat buah di Desa Krasak menurun secara drastis dalam waktu yang relatif singkat. Dia menegaskan bahwa peran petani sangat sginifkan.

“Pak Waryana, seorang yang sangat aktif, semangat dan ulet,” ujarnya saat meninjau lahan bersama Tim Aciar di Desa Krasak.

Baca juga : Koperasi Jadi Senjata Ampuh Di Tengah Pandemi Covid-19

Hal senada disampaikan Andi Abdurahim, staf fungsional POPT Direktorat Perlindungan Hortikultura. Dia mengatakan bahwa Waryana telah membuktikan kebun mangga di Desa Krasak sebagai lahan yang tepat untuk pengendalian lalat buah. 

Sementara, Direktur Perlindungan Hortikultura Sri Wijayanti Yusuf menjelaskan, pengendalian lalat buah bukanlah program sesaat. Kegiatan ini merupakan aktivitas berkelanjutan, dan mendukung sustainable agriculture.

“Pengendalian lalat buah harus dapat dilakukan secara berkelanjutan oleh pemerintah bersama masyarakat, petugas dan petani," kata Yanti.

“Diharapkan metode pengendalian lalat buah di Desa Krasak menjadi percontohan bagi siapa pun yang akan menerapkan aktivitas yang sama," pungkasnya. [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.