Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Jika Belanja Pemerintah Tak Kunjung Maksimal

Jurang Resesi Di Depan Mata

Jumat, 7 Agustus 2020 06:50 WIB
Ekonom Indef, Bhima Yudhistira
Ekonom Indef, Bhima Yudhistira

RM.id  Rakyat Merdeka - Pertumbuhan ekonomi kita tercatat minus 5,32 persen di kuartal kedua tahun ini. Jika pemerintah tak kunjung sanggup memaksimalkan anggaran belanjanya, jurang resesi diprediksi sudah di depan mata.

Prediksi ini diutarakan ekonom Institute for Development of Economics (Indef) Bhima Yudhistira. 

Menurutnya, pemulihan ekonomi tergantung pada tingkat belanja pemerintah. “Masalahnya, belanja pemerintah belum maksimal. Kalau ini tidak bisa digenjot, kita akan masuk ke jurang resesi di kuartal III, karena belanja pemerintah tidak bisa diandalkan sebagai motor utama pemulihan ekonomi,” tutur Bhima saat dikontak Rakyat Merdeka, kemarin. 

Bhima menuturkan, ketika tingkat konsumsi turun dan investasi rendah seharusnya harapan ada pada belanja pemerintah untuk memulihkan ekonomi nasional. 

Baca juga : Bakar Semangat Kader Di Senayan, AHY Kenang Masa Jaya 2009

“Ini akan menjadi catatan serius. Bagaimana belanja pemerintah itu malah seperti ditahan bukan kemudian dicairkan, di saat-saat genting seperti sekarang,” tegasnya. 

Terpisah, Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Onny Widjanarko mengatakan, kontraksi di kuartal kedua ini tidak terlepas dari pengaruh ekonomi global dan tekanan wabah Covid-19. 

“Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) juga berdampak pada penurunan aktivitas ekonomi domestik selama masa pandemi,” kata Onny dalam keterangan tertulis BI kemarin. 

Onny mengatakan, penurunan pertumbuhan ekonomi domestik terjadi di semua komponen Produk Domestik Bruto (PDB) sisi pengeluaran. 

Baca juga : Pemerintah Diminta Fokus Kembangin Sektor Pertanian

Seperti konsumsi rumah tangga mengalami kontraksi 5,51 persen, jauh lebih rendah dibandingkan dengan kinerja triwulan I-2020 sebesar 2,83 persen. 

Investasi juga mencatat kontraksi 8,61 persen, turun dibandingkan dengan kinerja triwulan sebelumnya 1,70 persen. 

“Selain itu, stimulus pemerintah juga belum kuat dan belum berpengaruh pada konsumsi pemerintah yang tercatat kontraksi atau minus 6,90 persen. Capaian ini turun tajam dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 3,75 persen,” ujarnya. 

Selain itu, kinerja ekspor juga terkontraksi 11,66 persen akibat pelemahan ekonomi global dan penurunan harga komoditas dunia. Seiring dengan kontraksi permintaan domestik dan ekspor, kinerja impor juga mengalami kontraksi 16,96 persen. 
Di sisi Lapangan Usaha (LU), hampir seluruh LU mengalami kontraksi kecuali LU Infokom (informasi dan komunikasi), LU Pengadaan Air, LU Jasa Kesehatan, Pendidikan, dan Keuangan, serta LU Pertanian. 

Baca juga : Didukung PAN Dan Perindo, Rumpak Yakin Menang Di Sintang

Perlambatan ekonomi terutama didorong oleh kontraksi pada LU Transportasi dan Pergudangan, LU Perdagangan dan Penyediaan Akomodasi, dan LU Industri Pengolahan. 

Sementara, LU Infokom masih tumbuh meningkat dari triwulan sebelumnya, seiring meningkatnya penggunaan media digital dalam penerapan Work From Home (WFH) dan School From Home (SFH). 

Kinerja LU Pertanian juga masih tercatat positif sejalan dengan masa panen. 

“Bank Indonesia melalui bauran kebijakannya akan terus memperkuat sinergi dengan Pemerintah dan otoritas terkait agar berbagai kebijakan yang ditempuh semakin efektif mendorong pemulihan ekonomi,” tegas Onny. [NOV]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.