Dark/Light Mode

Perangi Sampah Plastik

Menko Luhut Pastikan Pemerintah Mengambil Langkah Yang Tak Biasa

Selasa, 25 Agustus 2020 18:51 WIB
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut B. Pandjaitan (kanan) mengungkapkan rencana implementasi pilot proyek PRO di Surabaya dan Bali yang mulai dilaksanakan tahun 2020. (Istimewa)
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut B. Pandjaitan (kanan) mengungkapkan rencana implementasi pilot proyek PRO di Surabaya dan Bali yang mulai dilaksanakan tahun 2020. (Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut B. Pandjaitan menegaskan, Pemerintah saat ini sangat concern terhadap penanganan dan pengelolaan sampah plastik sehingga dibutuhkan aksi yang lebih dari biasanya.

“Kami berulang kali menyampaikan komitmen kuat pemerintah untuk mengambil langkah-langkah yang tidak biasa, bukan business as usual, serta menerapkan pendekatan perubahan sistem dalam memerangi sampah plastik serta polusi yang ditimbulkannya,” ujarnya saat meluncurkan program Packaging Recovery Organization (PRO) yang digelar bersama PRAISE (Packaging and Recycling Association for Indonesia Sustainable Environment) atau Asosiasi Untuk Kemasan dan Daur Ulang Bagi Indonesia yang Berkelanjutan yang dilaksanakan secara virtual di Kantor Kemenko Marves, Jakarta. Selasa (25-08-2020).

Menko Luhut menambahkan, Kolaborasi antara publik dengan swasta adalah suatu kemitraan yang inklusif. Apalagi saat ini perusahaan juga dituntut untuk berperan lebih besar dalam upaya pengurangan produksi sampah plastik melalui konsep Extended Producer Responsibility (EPR).

Sebuah konsep yang diharapkan dapat menerapkan ekonomi sirkular dalam pengelolaan sampah, dengan terbukanya lapangan kerja baru.

“Kerja bersama antara publik, pemerintah dan swasta dituntut lebih besar lagi saat ini. Kami pun telah melaksanakan program RDF Cilacap dan akan diikuti oleh kota-kota lainnya. Diharapkan hal ini pun dapat membuka lapangan kerja lebih dari 120.000 dalam industri daur ulang ini, serta 3,3 juta pekerja informal pendukungnya,” imbuh Menko Luhut.

Baca juga : Golkar: Yang Dilakukan Pemerintah Lampaui Tuntutan KAMI

Luhut lalu mengungkapkan rencana implementasi pilot proyek PRO di Surabaya dan Bali yang mulai dilaksanakan tahun 2020 ini. Ia pun menghimbau kepada Pemerintah Daerah agar dapat mendukung inisiatif ini.

“(Pemda) dapat menyiapkan infrastruktur pengumpulan sampah kemasan plastik, serta melibatkan bank sampah yang telah terbentuk selama ini," katanya.

Diungkapkan, sudah tercatat lebih dari 7.000 bank sampah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai contoh, Bank Sampah Induk di Lombok memiliki nasabah lebih dari 2.000 KK, mereka telah berhasil memilah, mengumpulkan, dan menjual sampah plastik sejumlah 50 ton/tahun.

"Bank sampah ini perlu dibina sebagai salah satu simpul dari ekonomi sirkular, sekaligus sebagai upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat,” jelas Menko Luhut.

Ketua Umum PRAISE Karyanto Wibowo kemudian mengatakan, keberadaan PRO dapat memberikan sudut pandang dan inovasi baru dalam menghadapi berbagai tantangan pada pengelolaan sampah dan percepatan praktik ekonomi sirkuler di Indonesia.

Baca juga : Menpora Ingin Kampus Tanamkan Semangat Berwirausaha pada Mahasiswa

“Besar harapan kami agar pemerintah, sektor industri, dan sektor informal maupun semi-informal lainnya dapat bergabung dalam inisiatif ini untuk mewujudkan Indonesia yang lestari,” ujarnya.

Pemerintah Indonesia telah menargetkan pengurangan timbulan sampah plastik sampai dengan 70 persen di lautan pada tahun 2025, dan bebas dari kebocoran sampah plastik ke lautan pada tahun 2040.

Target tersebut akan direalisasikan melalui beberapa program terkait pengolahan sampah spesifik berdasarkan sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya, yang memerlukan pengelolaan khusus.

Adapun, Program PRO telah berhasil diimplementasikan di sejumlah negara dan benua, seperti Eropa, Meksiko, dan Afrika Selatan. Di benua Eropa, PRO terdiri dari 31 negara anggota yang dikenal sebagai “The Green Dot” dan mendapatkan kontribusi dari sekitar 150.000 perusahaan sebagai pemegang lisensi.

Program tersebut berhasil menciptakan lebih dari 400 miliar barang yang dikemas per tahunnya dan terdaftar pada 140 negara lainnya.

Baca juga : Adaptasi dan Kolaborasi Untuk Penguatan Ekonomi

Produk-produk yang memiliki label atau logo “The Green Dot” pada kemasannya menandakan adanya kontribusi finansial yang telah dibayarkan kepada perusahaan untuk pemulihan kemasan nasional.

PRO di Indonesia merupakan inisiatif dari enam perusahaan yang juga tergabung dalam PRAISE, yaitu Coca-Cola Indonesia, Danone Indonesia, PT Indofood Sukses Makmur Tbk, PT Nestle Indonesia, Tetra Pak Indonesia, dan PT Unilever Indonesia Tbk. [DIR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.