Dark/Light Mode

Sawit Terus Diganggu Eropa, Kesabaran Luhut Habis

Kamis, 21 Maret 2019 09:57 WIB
(Dari kiri) Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, Wakil Menteri Luar Negeri AM Fachir, dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, menyampaikan sikap pemerintah terkait diskriminasi Uni Eropa terhadap kelapa sawit dan produk turunannya di Kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta, kemarin.
(Dari kiri) Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, Wakil Menteri Luar Negeri AM Fachir, dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, menyampaikan sikap pemerintah terkait diskriminasi Uni Eropa terhadap kelapa sawit dan produk turunannya di Kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta, kemarin.

RM.id  Rakyat Merdeka - Kesabaran Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan terhadap Uni Eropa sepertinya sudah habis. Sebab, negara benua biru tersebut terus mengganggu sawit Indonesia. Luhut pun mengancam akan memboikot produk-produk Uni Eropa.

Kemarin, Kementerian Luar Negeri menggelar briefing mengenai diskriminasi Uni Eropa terhadap kelapa sawit. Acara digelar di Ruang Nusantara Lantai 2 Kementerian Lauar Negeri, Jalan Pejambon 6, Jakarta Pusat. Briefing dimulai dari pukul 02.00 WIB sampai 15.00 WIB.

Acara ini dibuka oleh Wakil Menteri Luar Negeri AM Fachir. Hadir dalam acara itu Menko Perekonomian Darmin Nasution dan Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan. Hadir juga pengurus Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) dan pimpinan perusahaan asing.

Luhut mengatakan, jika Uni Eropa tetap mengesahkan kebijakan energi terbarukan Union Delegated Act Renewable Energy Directive (RED) II, pemerintah akan mengambil sikap tegas. Salah satunya adalah memboikot produk Eropa. Sebab, aturan ini menghapuskan sawit dari campuran biofuel.

Baca juga : Prabowo Terima Gelar Bangsawan Kesultanan Pontianak

"Ada banyak produk impor dari sana. Dalam hidup ini kita harus punya pilihan, kita harus tegas, siap boikot," tegas Luhut.

Langkah ini dilakukan agar komoditas sawit dan petani sawit tidak mati akibat tindakan diskriminatif Uni Eropa. Dia berharap, dengan pernyataan keras pemerintah ini bisa membuat Uni Eropa membatalkan kebijakan tersebut.

"Kita juga akan bawa masalah ini ke organisasi perdagangan dunia (World Trade Organization/WTO). Presiden Jokowi sudah menegaskan, jangan sampai rakyat kecil yang jadi petani sawit jadi korban tindakan diskriminatif ini," tegas Luhut.

Senada dengan Luhut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, langkah diskriminatif yang dilakukan oleh Uni Eropa ini untuk menjegal produk minyak sawit Indonesia. Sebab mereka memberikan cap kepada produk minyak nabati asal Amerika Serikat dengan status low risk. Sementara terhadap minyak sawit justru di berikan status high risk.

Baca juga : Neraca Dagang Surplus, Darmin Cs Belum Puas

"Kita lihat terang benderang. Ini langkah untuk dipersiapkan untuk menghapus CPO (Crude Palm Oil) dari pasar eropa. Kenapa? karena produk minyak nabati mereka yang sebagian besar adalah minyak bunga matahari kalah bersaing dari CPO kita," ujarnya.

Sikap Uni Eropa ini sangat disayangkan. Sebab, bisa mempengaruhi hubungan baik antara Indonesia dengan negara-negara Uni Eropa. "Saya ingin sampaikan, bahwa antara Indonesia dan Uni Eropa hubungan kerja sama sudah berjalan sangat lama. Bahkan sejak jaman kolonial. Terutama di bidang ekonomi," jelasnya.

Apalagi Indonesia dengan Uni Eropa memiliki banyak kesamaan dan saling bertukar dalam bidang perdagangan. "Penduduk Indonesia sekarang 250 juta. Ini Eropa 216 juta. Kami berusaha komunikasi dengan baik kami juga menerima anggota parlemen pekan lalu. Namun, adanya diskriminasi ini mencederai hubungan baik selama ini," tegasnya.

Oleh karena itu, Darmin menegaskan, pemerintah akan membawa kebijakan diskriminatif terhadap minyak kelapa sawit yang dikeluarkan oleh Uni Eropa ke WTO. "Begitu Parlemen Uni Eropa mengadopsi ini dan berarti sudah resmi, maka Indonesia bertekad akan membawa ini ke WTO," katanya.

Baca juga : 8 Klub Lolos Piala Eropa, Si Ular Out

Dikatakan Darmin, selama ini, berbagai daerah yang jadi penghasil kelapa sawit menurunkan tingkat kemiskinan lebih cepat dibandingkan dengan daerah yang bukan produsen sawit. Artinya, sawit dan berbagai produknya sangat erat kaitannya dengan pencapaian SDG (Sasaran Pembangunan Global) di Indonesia.

"Anda (Uni Eropa) utak-atik kelapa sawit dengan cara tidak fair, kita akan ambil semua jalan untuk melawan," tegasnya. [NOV]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.