Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Harga Bahan Baku Melonjak

Pengrajin Tempe Mogok Produksi

Sabtu, 2 Januari 2021 07:35 WIB
Pengrajin tahu dan tempe. (Foto: ist)
Pengrajin tahu dan tempe. (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pengrajin tempe dan tahu melakukan aksi stop produksi massal. Aksi itu dilakukan sejak kemarin hingga besok, sebagai bentuk protes terhadap tingginya harga kedelai.

Menyikapi itu, Sekretaris Jenderal kementerian perdagangan (kemendag) Suhanto mengaku, sudah melakukan koordinasi dengan Gabungan koperasi Tempe dan Tahu Indonesia (Gakoptindo). Menurutnya, stop produksi dilakukan pengrajin dipicu kenaikan harga kedelai, bahan baku tempe.

Harga kedelai impor di tingkat pengrajin mengalami penyesuaian dari Rp 9.000 per kilogram (kg) pada November 2020 menjadi Rp 9.300-9.500 per kg pada Desember 2020, atau naik sekitar 3,3-5,56 persen. “Kami berharap walau ada penyesuaian harga, masyarakat tetap dapat mengkonsumsi tahu dan tempe yang diproduksi oleh pengrajin,” katanya di Jakarta, kemarin.

Suhanto menjelaskan, naiknya harga kedelai karena bahan baku itu naik di pasar dunia sebesar 12,95 dolar AS per bushels, atau naik 9 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang berada di level 11,92 dolar AS per bushels.

Adapun berdasarkan data The Food and agriculture Organi- zation (FaO), harga rata-rata kedelai pada Desember 2020 tercatat sebesar 461 dolar AS per ton atau naik 6 persen dibanding bulan sebelumnya yang tercatat 435 dolar AS per ton.

Baca juga : KBRI Pyongyang Bikin Api Unggun

Menurutnya, faktor utama penyebab kenaikan harga kedelai dunia adalah lonjakan permintaan kedelai dari China kepada amerika Serikat sebagai produsen kedelai terbesar dunia. Pada Desember 2020, permintaan kedelai China naik dua kali lipat, yaitu dari 15 juta ton menjadi 30 juta ton. Suhanto meminta, importir kedelai melakukan antisipasi.

“Penyesuaian harga secara psikologis akan berdampak pada harga di tingkat importir sampai beberapa bulan mendatang,” jelasnya.

Ia berharap, importir yang masih memiliki stok kedelai dapat terus memasok kepada anggota Gakoptindo dengan tidak menaikkan harga.

“Kami mengapresiasi para anggota Gakoptindo yang tetap berproduksi dan telah membantu masyarakat dengan terus memasok tahu dan tempe untuk kebutuhan gizi terjangkau di saat pandemi ini,” jelasnya.

Walaupun harga naik, Suhanto menegaskan, stok kedelai saat ini cukup untuk memenuhi kebutuhan industri tahu dan tempe nasional.

Baca juga : Harga Cabe Makin Pedas

Berdasarkan data asosiasi importir kedelai Indonesia (Akindo), importir selalu menyediakan stok kedelai di gudang sekitar 450 ribu ton. “Apabila kebutuhan kedelai untuk para anggota Gakoptindo sebesar 150-160 ribu ton per bulan, stok importir seharusnya masih cukup untuk memenuhi kebutuhan 2-3 bulan mendatang,” ucapnya.

Naiknya Tak Wajar

Ketua Umum Gakoptindo Aip Syarifuddin menilai, kenaikan harga kedelai impor tak wajar. “Waktu kedelai impor naik 10 sampai 20 persen, perajin tempe masih bisa bertahan. Tapi, karena terlalu tinggi, akhirnya kami nggak bisa tahan,” ujarnya.

Aip mengungkapkan, pihaknya tidak memiliki niat mogok produksi. Tapi, karena sulit menaikkan harga jual tempe, sementara bahan baku kedelai mahal, akhirnya mogok produksi jadi pilihan.

“Pengrajin tempe dan tahu sudah berhubungan puluhan tahun dengan pedagang. Jadi, begitu dinaikkan harganya sedikit, pedagang pasarnya tidak mau,” ungkapnya.

Baca juga : Biar Bisa Bersaing, Sandi Ajak Brand Lokal Kerek Kualitas Produk

Untuk jangka panjang, Aip mengusulkan kepada kemen- terian pertanian agar meningkatkan produk kedelai dalam negeri. Karena, hampir semua kedelai untuk bahan baku tahu dan tempe berasal dari impor.

Pada 2019 Indonesia mengimpor 2,63 juta ton kedelai untuk tahu dan tempe. Sementara, kedelai lokal hanya sekitar 400- 500 ribu ton.

“Kami sudah minta ke kementan untuk jangka panjang agar tingkatkan produksi. Inilah momentumnya. karena kalau kedelai impor naik, pasti produsen lebih memilih kedelai lokal daripada impor,” pungkasnya. [KPJ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.