Dark/Light Mode

Permintaan Sembako Melonjak Jelang Nataru

Harga Cabe Makin Pedas

Kamis, 24 Desember 2020 06:30 WIB
Ilustrasi petani sedang merapikan cabe. (Foto: Humas Kementan)
Ilustrasi petani sedang merapikan cabe. (Foto: Humas Kementan)

RM.id  Rakyat Merdeka - Sejumlah harga kebutuhan pokok di Jakarta terkerek menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2021. Kenaikan harga cabe merah paling pedes alias paling tinggi, dari semula Rp 40 ribuan per kilo gram (kg) menjadi Rp 60 ribuan per kg.

Rida, Warga Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Rida mengeluh kenaikan harga sejumlah harga bahan pokok, sepulang dari pasar dadakan, di dekat kediamannya, Selasa (22/12). Terutama harga cabe. “Belum lama sudah naik jadi Rp 40 ribu per kg, sekarang jadi Rp 60 ribu, naiknya banyak banget,” keluh Rida, kemarin.

Tak hanya cabe, Rida menyebutkan, harga bahan pokok lain seperti sayuran dan telur, juga mengalami kenaikan. “Ini mungkin dekat Tahun Baru, banyak yang belanja,” cetusnya.

Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) per Senin (21/12), harga cabe merah besar rata-rata nasional Rp 59.550 per kg. Kenaikan harga cukup signifikan juga terjadi pada telur, daging ayam ras, dan bawang merah. Harga daging sapi juga naik, tapi tidak terlalu besar.

Baca juga : Surat Utang Buat PEN Paling Banyak Dibeli Emak-emak

Kepala Bidang Harga Pangan Badan Ketahanan Pangan Kemen- terian Pertanian, Inti Pertiwi memprediksi, harga cabe bakal naik terus sampai Januari 2021. Dan, baru mulai turun Februari 2021. Inti menjelaskan, kenaikan harga disebabkan, rendahnya produksi cabe di dalam negeri. Hal itu membuat pasokan ke pasar tidak bisa memenuhi permintaan masyarakat.

“Permintaan lebih tinggi dari pasokan sehingga harga cabe terus melambung,” terangnya.

Menurutnya, kurangnya pasokan cabe saat ini merupakan imbas dari kerugian besar yang dialami petani beberapa bulan lalu. Saat itu, pasokan melimpah sehingga harganya rendah. Apalagi, lanjutnya, penyerapan cabe rendah, dampak dari penutupan hotel, restoran, kafe, dan pasar tradisional selama masa pandemi untuk menekan transmisi penyebaran virus corona. “Penyerapan produksi cabe turun 90 persen. Makanya pasokan berlimpah,” ungkapnya.

Akibat kerugian itu, petani mengalami kekurangan modal untuk menanam kembali. Tak hanya itu, banyak petani enggan menanam cabe kembali karena harga jualnya tak sesuai skala ekonomi. “Akibat petani rugi, jadi multiplier effect, dari beberapa bulan lalu petani enggak mau tanam,” jelasnya.

Baca juga : Wagub Imbau Warga Tetap Di Rumah Selama Liburan

Inti juga menyebut, cuaca ekstrem dengan curah hujan yang tinggi di sejumlah wilayah, ikut menekan produksi. Sebab, hujan deras membuat tanaman lebih rentan rusak.

Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri melihat, permintaan pada komoditas pangan yang mengalami kenaikan harga belum memperlihatkan lonjakan permintaan.

Dia memperkirakan, kenaikan permintaan akan terjadi saat mendekati Nataru. Menurutnya, kenaikan saat ini lebih banyak disebabkan menurunnya pasokan. Misalnya, telur dan ayam ras. “Permintaan telur dan ayam belum tinggi. Itu naik karena pasokan yang menurun,” ungkapnya.

Oleh sebab itu, dia berharap, pemerintah menjamin pasokan ke konsumen untuk mencegah potensi kenaikan harga pada perayaan Nataru. Mansuri belum bisa memastikan spekulasi kemungkinan harga akan terus naik seiring kebijakan pemerintah melarang perayaan pergantian tahun.

Baca juga : OSO Ajak Kader Hanura Bantu Tuntaskan Corona

“Jika semua akhirnya akan melakukan perayaan Tahun Baru di rumah, mungkin saja akan meningkatkan belanja. Tetapi apakah akan mempengaruhi harga? Belum bisa saya pastikan. Tapi, biasanya jelang Natal dan Tahun Baru, kan harga sering naik,” imbuh Mansuri.

Sebelumnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengklaim ketersediaan harga pangan mencukupi menjelang Nataru 2021. Pelaksana Tugas Sekretaris Daerah (Plt. Sekda) Provinsi DKI Jakarta, Sri Haryati memastikan, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi DKI Jakarta akan mengawal kecukupan dan kelancaran pasokan pangan strategis.

Serta, turut mendukung upaya pemulihan ekonomi Jakarta. TPID Provinsi DKI Jakarta, lanjut Sri, akan aktif memonitor dan mengawal kecukupan komoditas pangan strategis di DKI Jakarta. “Kami akan melakukan inovasi untuk kelancaran distribusi di tengah pandemi. Antara lain, melalui pemanfaatan platform online untuk penjualan komoditas BUMD pangan,” ujar Sri Haryati.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :