Dark/Light Mode

Serapan Beras Belum Optimal

Bulog Didorong Cari Pasar Baru

Senin, 25 Maret 2019 17:59 WIB
(Istimewa)
(Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Realisasi dari serapan beras Bulog dinilai masih terbilang rendah. Berdasarkan data dari Bahan Ketahanan Pangan, realisasi serapan beras Bulog per 13 Maret adalah sebesar 20.844 ton. Padahal, target serapan beras selama Januari hingga Maret 2019 ditetapkan sebesar 1,45 juta ton.

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Assyifa Szami Ilman menilai, realisasi yang masih jauh dari target ini disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya adalah keharusan Bulog untuk menyerap beras sesuai HPP yang sudah ditetapkan pemerintah.

Baca juga : Bacaan Al Quran Awali Sidang Parlemen Selandia Baru

“Selain alasan tadi, Bulog juga menghadapi kesulitan melakukan penyerapan karena kanal penyaluran BULOG yang hilang,” kata Ilman dalam rilis yang diterima Rakyat Merdeka.

Menurutnya, sejak adanya perubahan skema program bantuan beras Rastra (Rakyat Sejahtera), Penerapan HPP membuat daya serap Bulog terhadap beras petani menjadi kurang fleksibel. “Adanya HPP justru menghambat kerja Bulog untuk menyerap gabah dan beras dari petani,” katanya.

Baca juga : Pelabuhan Benoa Bakal Jadi Rumah Kapal Besar

Diterangkan, Bulog harus membeli gabah pada kisaran Rp 4.030/kg, disaat BPS pada Februari lalu mencatat harga gabah ada di kisaran Rp 5.114/kg, dengan kualitas terendah ada di angka Rp4.616/kg.

“Angka ini tentunya jauh dari patokan harga yang Bulog miliki, sehingga tidak menutup kemungkinan petani memutuskan untuk menjual ke tengkulak dan pada akhirnya akan mengganggu stabilitas harga beras di pasaran,” jelas Ilman.

Baca juga : Korea Dirangkul Erat, Iran Diinjak Keras

Selain itu kata dia, Bulog juga masih kesulitan mencari kanal penyaluran beras semenjak adanya pengalihan dari Rastra ke program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) / voucher pangan. Melalui program itu, penerima bantuan memiliki akses terhadap jenis beras lain sehingga beras Bulog tidak menjadi satu-satunya opsi beras bantuan. Hal ini mengakibatkan permintaan beras Bulog berkurang.

Ilman menambahkan, ketika permintaan berkurang, Bulog pun pada akhirnya relatif sulit melakukan penyerapan dari petani. Secara rasional, pedagang tidak akan menyetok suplai ketika mereka sendiri kesulitan untuk melakukan penjualan. “Hal ini juga berlaku dengan kondisi Bulog,” tutup Ilman. (ASI)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.