Dark/Light Mode

Kinerja Krakatau Steel Terus Meningkat

Tahun Ini, KS Siap Genjot Porsi Penjualan Ekspor Hingga 650 Ribu Ton

Senin, 1 April 2019 15:57 WIB
Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, Silmy Karim (Foto: Medcom)
Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, Silmy Karim (Foto: Medcom)

RM.id  Rakyat Merdeka - PT Krakatau Steel (Persero) Tbk atau KS yang merupakan produksi baja terbesar di Indonesia, terus memperbaiki kinerja dari tahun ke tahun. Tahun 2018, KS mencatat peningkatan pendapatan bersih sebesar 20,05 persen YoY menjadi 1.739,54 juta dolar AS. Sedangkan volume penjualan, meningkat 12,84 persen yakni sebesar 2.144.050 ton baja, jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu, yang hanya 1.900.075 ton. 

 “Sepanjang tahun 2018, perseroan cukup merasakan kenaikan harga jual produk baja. Rata-rata harga jual produk HRC meningkat 10,03 persen menjadi 657 dolar AS per ton , CRC naik 6,72 persen menjadi 717 dolar AS per ton, dan Wire Rod meningkat 15,03 persen menjadi 635 dolar AS per ton. Ini adalah salah satu ciri membaiknya pasar baja domestik,” ujar Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Silmy Karim, dalam keterangan tertulisnya, Senin (1/4). 

Silmy menambahkan, menjelang akhir tahun lalu, KS juga telah menandatangani kesepakatan dengan sejumlah BUMN Karya tentang penggunaan baja dalam negeri, untuk berbagai proyek yang dijalankan pemerintah. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan kinerja perseroan ke depan. 

Baca juga : Darmin Tambah Impor Jagung 30 Ribu Ton

Dalam proyek pembangunan jalan tol layang Jakarta-Cikampek atau Japek II Elevated Toll Road, suplai baja KS per Desember 2018 telah  mencapai 151.090 ton.

“Sentimen positif lainnya adalah keberhasilan dalam perpanjangan pengenaan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) terhadap produk Hot Rolled Coil (HRC) yang diimpor dari Republik Rakyat Tiongkok (RRT), India, Rusia, Kazakhstan, Belarusia, Taiwan dan Thailand,” terang Silmy.

Perpanjangan BMAD tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 25/PMK.010/2019 tentang Pengenaan Bea Masuk Anti Dumping Terhadap Impor Produk Canai Lantaian Dari Besi Atau Baja Bukan Paduan Dari Negara Republik Rakyat Tiongkok, India, Rusia, Kazakhstan, Belarusia, Taiwan, dan Thailand yang akan mulai berlaku pada 2 April 2019 hingga 5 tahun ke depan.

Baca juga : Angkasa Pura I Genjot Sektor Pariwisata Di NTT

Dijelaskan, tahun ini, KS berencana menambah jumlah porsi penjualan ekspor sebesar 650.000 ton HRC/P ke Malaysia, India, dan negara lainnya.  Pada Maret 2019, 12.000 ton HRC/P telah diekspor ke Malaysia, seiring kebijakan otoritas setempat, yang menyatakan dicabutnya aturan anti dumping bagi Indonesia karena ketiadaan produsen HRC dalam negeri Malaysia.

Sebelumnya, juga telah terjadi revisi Peraturan Kementerian Perdagangan 22/2018 menjadi Permendag 110/2018 tentang Ketentuan Impor Besi dan Baja. Dalam aturan baru tersebut, pertimbangan teknis dari Kementerian Perindustrian yang sebelumnya tidak ada, kini diadakan lagi. Revisi aturan tersebut, diyakini akan semakin mendorong geliat pasar baja dalam negeri, dan mengendalikan masuknya baja impor.

“Di sisi internal, KS telah dan terus melakukan berbagai upaya perbaikan kinerja, untuk menjadikan perseroan sehat dan tumbuh secara berkesinambungan. Di antaranya, melalui  penyelesaian proyek strategis, transformasi sales dan marketing, program efisiensi biaya melalui pola operasi yang optimal, optimalisasi aset, dan program restrukturisasi keuangan,” terang Silmy.

Baca juga : Fokus Akhir Tahun, INKA Genjot Penjualan Gerbong Ke Bangladesh

Untuk kinerja keuangan, rugi bersih perseroan pada 2018, juga mengalami perbaikan sebesar 8,48 persen atau turun menjadi 74,82 juta dolar AS, dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 81,74 juta dolar AS. Performa perusahaan asosiasi dan joint venture, juga mengalami peningkatan. Dari sebelumnya rugi 41,24 juta dolar AS pada 2017, menjadi 5,31 juta dolar AS pada 2018.  

Proyek pembangunan pabrik Hot Strip Mill #2 saat ini, sudah mencapai 91,52 persen konstruksi fisik per 31 Desember 2018. Pabrik ini akan menghasilkan tambahan 1,5 juta ton per tahun produk HRC bagi perseroan, yang mechanical completion-nya selesai di Q2 2019.

Sementara untuk proyek Blast Furnace, sudah dilakukan penyalaan perdana pada 20 Desember lalu, dan saat ini sedang tahap persiapan uji coba (commissioning). [HES]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.