Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Cegah Kenaikan Harga Telur
Darmin Tambah Impor Jagung 30 Ribu Ton
Sabtu, 5 Januari 2019 10:37 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Pemerintah berencana kembali mengimpor jagung sebanyak 30 ribu ton pada bulan depan. Langkah ini diharapkan bisa mencegah kenaikan harga telur ayam.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, keputusan menambah impor jagung dilakukan untuk menjaga stabilitas harga komoditas tersebut agar tidak berdampak pada kenaikan harga pakan ternak.
“Kenaikan harga pakan ternak bisa berimbas pada kenaikan harga telur. Makanya perlu kita antisipasi karena telur ayam salah satu komoditas penyumbang inflasi,” ungkap Darmin di Jakarta, kemarin.
Pertimbangan lain, lanjut Darmin, masa panen jagung di dalam negeri diproyeksi baru berlangsung pada April 2019.
Baca juga : Pangan Tetap Aman Sampai Tahun Depan
Soal realisasi impor jagung akhir tahun, Darmin menjelaskan, dari kuota 100 ribu ton sebanyak 70 ribu ton sudah masuk ke dalam negeri. Untuk sisanya 30 ribu ton dijadwalkan akan masuk pada pekan ketiga Januari 2019.
Darmin berharap, Perum Bulog bisa segera mendistribusikan jagung impor tersebut kepada seluruh peternak. Sehingga stabilisasi harga bisa terealisasi dengan baik.
“Kami melihat di lapangan ada kebijakan bahwa jagung impor hanya didistribusikan pada peternak ayam petelur kecil saja. Tapi, kami sudah ngomong, nggak bisa begitu. Sekarang jual ke semuanya,” pintanya.
Seperti diketahui, pada akhir tahun pemerintah memutuskan impor jagung karena harga pakan ternak tembus Rp 5.000 per kilogram (kg). Harga tersebut jauh dibanding acuan Kementerian Perdagangan dengan kadar air 15 persen, yakni Rp 3.150 per kg.
Baca juga : Airin Nggak Sempat Ke Salon Lagi
Harga telur sangat rentan mengalami fluktuasi. Menjelang tahun baru harga telur melonjak hingga Rp 28.000 per kg dari normalnya Rp 22.000. Harga ayam juga naik rata-rata Rp 5.000 per kg. Di beberapa pasar kini memang sudah mulai mengalami penurunan meskipun belum besar. Kenaikan harga itu disinyalir faktor tingginya permintaan karena ada momen tahun baru.
Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Parjuni menyambut gembira penambahan impor ¬jagung. Karena, menurutnya, ekspor tahun 2018 sebanyak 100 ribu ton tidak cukup memenuhi kebutuhan peternak. Begitu juga produksi jagung hasil musim panen raya November tahun lalu.
“Jumlah jagung impor hanya dapat menutupi kebutuhan peternak kecil dalam 1 bulan. Hasil panen lokal juga tidak akan cukup. Kami khawatir kalau tidak ada pasokan jagung maka harga artinya akan naik. Sementara bulan Maret, April, dan Mei posisi puncak produksi unggas,” jelasnya.
Ketua Dewan Jagung Maxdeyul Sola mengakui saat ini produksi jagung Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Tidak hanya untuk kebutuhan pakan ternak, untuk bahan baku industri makanan dan minuman juga masih harus dipenuhi dari impor.
“Jadi kita baru bisa menanam, tapi tidak bisa mengamankan produksi yang dihasilkan masyarakat,” ujarnya. [KPJ]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya