Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Menkes: Kesehatan Salah Satu Modal Utama Capai Target Indonesia Emas 2045
- Jangan Sampai Kehabisan, Tiket Proliga Bisa Dibeli di PLN Mobile
- Temui Cak Imin, Prabowo Ingin Terus Bekerjasama Dengan PKB
- Jaga Rupiah, BI Naikkan Suku Bunga 25 Bps Jadi 6,25 Persen
- Buntut Pungli Rutan, KPK Pecat 66 Pegawainya
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Pandemi Covid-19 Jangan Dijadikan Alasan
Awas, Utang Indonesia Hampir Lampu Merah
Rabu, 24 Februari 2021 05:45 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani memastikan utang Indonesia masih dalam kondisi aman dan terkendali. Meski posisi utang hingga akhir Desember 2020 mencapai Rp 6.074,56 triliun.
Angka ini naik Rp 1.296,56 triliun dalam setahun. Pandemi Covid-19 menjadi biang kerok utang melesat.
Baca juga : GeNose C19 Bantu Pemulihan Pariwisata Indonesia
Menurut Sri, Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Inggris, Italia dan Prancis, yang merupakan negara maju anggota G7 mencatat kenaikan utang di atas 20 persen dalam setahun selama Covid-19. Sementara, Indonesia hanya mencatat kenaikan di kisaran 8 persen.
“Artinya, mereka mengunakan fiscal policy-nya secara luar biasa,” ujar Sri dalam konferensi pers APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) secara virtual, kemarin.
Baca juga : Presiden: Gerakan Bangga Buatan Indonesia, Sukses!
Indonesia, kata dia, jauh lebih baik dibandingkan dengan banyak negara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga tercatat kontraksi -2,07 persen. Sementara, defisit anggaran di akhir tahun 6,09 persen.
Sri memastikan, Pemerintah menjaga defisit dengan sangat hati-hati agar pembiayaan bisa tertangani. Pemerintah juga bekerja sama dengan Bank Indonesia (BI) untuk mendapatkan pembiayaan lebih murah. Tujuannya, agar dana bisa tersedia untuk dialirkan ke masyarakat.
Baca juga : Pandemi Covid-19 Kerek Penjualan Produk Makanan Sehat Lifetime
Menurutnya, APBN mengalami pukulan double, yakni dari penerimaan yang turun dan belanja yang meningkat. Semua dilakukan untuk mengatasi pandemi dan meminimalkan pukulan pada ekonomi.
“APBN kita sebagai instrumen fiskal bekerja luar biasa keras menahan pukulan pandemi. Nah, nanti kita akan melihat kebijakan mana yang efektif dan tidak membuat defisit melebar seperti di negara maju yang utangnya melonjak 20 persen,” tegas mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya