Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

IE-CEPA, Buka Akses Pasar Dan Dorong Investasi Bagi Indonesia

Kamis, 11 Maret 2021 19:49 WIB
Ilustrasi Petani Kelapa Sawit- (ANTARA FOTO - Wahdi Septiawan)
Ilustrasi Petani Kelapa Sawit- (ANTARA FOTO - Wahdi Septiawan)

RM.id  Rakyat Merdeka - Indonesia–European Free Trade Association Comprehensive Economic Partnership Agreement (IE–CEPA) diharapkan dapat membuka akses pasar, memperkuat transfer teknologi, pengetahuan, dan kapasitas, serta mendorong investasi bagi Indonesia.

Melalui perjanjian ini, Indonesia nantinya dapat menjual produk industrinya di pasar EFTA (European Free Trade Association) dan menikmati penurunan tarif yang saat ini direncanakan untuk produk pertanian tertentu, khususnya minyak sawit yang merupakan salah satu komoditas ekspor utama Indonesia.

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Pingkan Audrine Kosijungan mengatakan, lebih jauh dari itu, Indonesia juga didorong untuk terus meningkatkan standar dan praktik keberlanjutan yang tertuang dalam Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) yang menjadi perhatian bagi Swiss dan menjadi faktor utama diadakannya referendum yang baru saja terjadi.

Baca juga : Menperin: Produsen Sepatu Asics Pindahkan Pabriknya Dari China Ke Indonesia

"Jika Indonesia ingin mengoptimalkan manfaat Indonesia-EFTA CEPA (European Free Trade Association Comprehensive Economic Partnership Agreement) dan meningkatkan ekspor ke pasar negara EFTA (Swiss, Norwegia, Islandia, dan Liechtenstein), maka Indonesia perlu terus menunjukkan peningkatan praktik keberlanjutannya terutama dalam implementasi dari perjanjian ekonomi ini," kata Pingkan kepada Rakyat Merdeka dalam keterangannya.

Dijelaskan, pada referendum tersebut, Indonesia-EFTA CEPA lolos tipis hanya dengan 51,6 persen suara dari total 2,7 juta penduduk yang tercatat memberikan suaranya dalam referendum.

Hal ini menandakan bahwa masih banyak warga Swiss yang khawatir dengan isu keberlanjutan di Indonesia terlepas dari suara mayoritas dalam referendum.

Baca juga : 9 Start Up Lokal Siap Pameran Di Ajang Internasional

“Isu keberlanjutan dalam pertanian, yang paling sering disorot negara-negara Eropa adalah komoditas kelapa sawit dengan produk olahannya berupa minyak sawit," kata Pingkan.

Pingkan menjelaskan, Indonesia dinilai menjalankan praktik pertanian dan ekonomi yang tidak sustainable dan tidak memperhatikan kelangsungan lingkungan.

Hal ini hendaknya menjadi masukan yang perlu diperhatikan dengan serius oleh pemerintah.

Baca juga : Turunnya Kasus Aktif Dunia Tak Lepas Dari Peran Indonesia

"Kalau kita semua memikirkan nasib para petani kelapa sawit dan mereka yang tergantung pada industri ini, masukan seperti ini sangat layak untuk dipertimbangkan untuk menjaga kelangsungan komoditas ini dan memperluas jangkauan pasarnya,” jelas Pingkan. [NOV]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.