Dark/Light Mode

Pemerintah Mesti Antisipasi Pelebaran Defisit

Utang Tembus Rp 6.165 T, Awas Sudah Lampu Kuning

Sabtu, 17 April 2021 05:54 WIB
Ilustrasi. (Foto : Istimewa).
Ilustrasi. (Foto : Istimewa).

RM.id  Rakyat Merdeka - Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Februari 2021 meningkat 4 persen (year on year/yoy) menjadi 422,6 miliar dolar AS atau setara Rp 6.165 triliun. Angka ini lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang mencatatkan kenaikan sebesar 2,7 persen (yoy).

Direktur Eksekutif Kepala De­partemen Komunikasi BI Erwin Haryono memastikan utang luar negeri pemerintah tetap terken­dali dan dikelola secara terukur.

“Peningkatan utang seiring dengan upaya penanganan dampak Covid-19 sejak tahun 2020 dan akselerasi program vaksinasi. Termasuk perlindungan sosial pada kuartal I-2021,” kata Erwin dalam keterangan resminya, kemarin.

Baca juga : Pemerintah Izinkan Orang Asing Pasangan Kawin Campur Masuk Indonesia

Menurutnya, pemerintah mengelola utang luar negeri secara terukur untuk mendukung be­lanja prioritas.

Belanja yang dimaksud, antara lain sektor administrasi pemerintah, pertahanan dan jaminan sosial wajib (17,7 persen dari total utang luar negeri pemerin­tah), sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (17,2 persen), jasa pendidikan (16,3 persen), konstruksi (15,3 persen) serta jasa keuangan dan asuransi (12,7 persen).

Ada pun dalam memenuhi target pembiayaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), kata Erwin, pemerintah saat ini memprioritaskan dan mengoptimalkan sumber pembiayaan dari dalam negeri. Sementara pinjaman luar negeri hanya sebagai pelengkap.

Baca juga : Pemerintah Terus Waspadai Penyebaran Mutasi Virus Corona

Pemerintah, lanjut Erwin, juga lebih mengutamakan pengadaan utang dengan tenor menengah panjang dan melakukan pengelolaan portofolio utang se­cara aktif untuk mengendalikan biaya dan risiko utang.

Erwin mengungkapkan, utang luar negeri swasta juga tetap didominasi oleh utang jangka panjang. Pertumbuhan utang luar negeri swasta tercatat 3,4 persen secara tahunan men­jadi 210,5 miliar dolar AS. Meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya 2,5 persen.

“Didominasi oleh utang luar negeri jangka panjang dengan pangsa mencapai 78 persen terhadap total utang luar negeri swasta,” ungkapnya.

Baca juga : DPD: Vaksin Gotong Royong Jangan Menjadi Lahan Bisnis

Perkembangan ini didorong oleh pertumbuhan utang luar negeri Perusahaan Bukan Lem­baga Keuangan (PBLK) sebesar 5,9 persen. Lebih tinggi dari pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 5,1 persen.

Peningkatan antara lain di­dorong oleh penerbitan surat utang global korporasi di sektor pertambangan.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.