Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Sobat Cyber Imbau Netizen Bijak Bersosmed

Jumat, 18 Juni 2021 14:57 WIB
Berbagai platform sosial media (Sosmed). (Foto: Ist)
Berbagai platform sosial media (Sosmed). (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kecanggihan teknologi membuat ruang publik semakin terbuka. Layaknya dua mata pisau, Sosial Media (Sosmed) bisa menjadi kawan ataupun lawan. Sebab itu, Sobat Cyber minta masyarakat bijak dalam bersosmed.

Dalam Webinar Gerakan Literasi Digital 2021 Untuk Indonesia #MakinCakapDigital di wilayah Kabupaten Bandung, Founder Sobat Cyber Al Akbar Rahmadillah mengatakan, internet telah menjadi tulang punggung aktivitas masyarakat, bahkan ekonomi nasional. Apalagi situasi pandemi, mendorong perubahan struktural yang sangat cepat.

Dari mulai belajar jarak jauh, perusahaan yang memiliki akses digital, banyak yang menambah keahlian di bidang digital, dan menambah peluang mencari rezeki di dunia maya mulai berdagang hingga Youtuber.

Di sisi lain, ruang publik tentu semakin luas. Sehingga tak jarang menimbulkan kegaduhan. Akbar menceritakan, ada beberapa kasus akibat saling ejek di medsos. Dua pemuda bertengkar dan ada juga tawuran pelajar hingga tewas.

"Ini salah satu gambaran bagaimana sosial media menjadi dua mata pisau, atau internet itu bisa menjadi baik dan buruk. Di media sosial juga dapat hal baik. Seperti Youtube untuk meningkatkan skill dan edukasi," ungkapnya dalam keterangannya, Jumat (18/6).

Baca juga : Bijak Bermedsos

Tak bisa dipungkiri, Medsos sudah menjadi kebutuhan. Semua orang memiliki akun medsos dengan berbagai tujuan. Apapun tujuannya, Akbar mengimbau agar tetap menjaga privasi, tidak memberikan data lengkap saat menuliskan biodata di media sosial.

"Dalam memposting kegiatan juga hindari tag tempat dengan detail secara real time. Keamanan akun juga hal ini utama pastikan password akun media sosial tidak mudah ditebak," pesannya.

Di medsos, kata dia, banyak orang yang memberikan informasi, namun belum terbukti kebenarannya. Dia mengimbau, ketika ingin memberikan informasi, pastikan yang berguna, bukan untuk meresahkan.

Xenia Angelica Wijayanto dari LSPR Communication and Business Institute menjelaskan, jejak digital bermacam-macam ragamnya. Sebuah like di Facebook saja merupakan jejak digital yang menyatakan anda setuju atau menyukai status tersebut.

Xenia membagi cara bagaimana melindungi jejak digital, dimulai dari mengetahui apa saja yang akan menjadi jejak digital. Postingan, like, berita yang dibagikan hingga komentar di status orang lain.

Baca juga : Sekjen PAN Warning Kadernya Bijak Bermedsos

"Kita harus membuat diri kita dinilai baik hanya dengan melihat medsos kita. Tidak memberikan informasi lengkap  dan ketika ingin membagi informasi harus dipastikan kebenarannya," terangnya.

Dalam melindungi jejak digital, dia mengimbau, warganet juga harus menjaga keamanan akun. Sering mengganti password hingga selalu mengontrol pengaturan sistem keamanan. Konten di medsos selayaknya memberikan hal positif, sebab itulah jejak digital kita.

Loina Perangin Angin dari Mafindo mengajak, warganet Indonesia membuat konten bernafas Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Yakni saling menghormati perbedaan sesuai sila pertama, kesetaraan dengan memperlakukan orang dengan adil manusiawi untuk sila kedua.

"Persatuan Indonesia sila ketiga menyadarkan kita untuk mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan," jelasnya.

Sementara sesuai sila keempat, yakni nilai demokratis dengan memberikan kesempatan orang untuk berpendapat. Dan terakhir membangun ruang digital yang adil bagi seluruh rakyat Indonesia.

Baca juga : Yuk, Kuatkan Literasi Digital Dan Bijak Gunakan Medsos

Maka, diperlukan warganet yang berpikir kritis, meminimalisir unfollow, block jika ada seseorang yang berbeda pandangan agar tidak terjadi filter bubble.

"Filter bubble ialah fenomena penyortiran algoritma setelah kita mem-block orang yang berbeda pendapat. Hal itu membuat timeline kita seragam, akibatnya, kemungkinan kita akan berpikiran sempit dan semakin tidak bisa menerima perbedaan," pungkasnya. [MEN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.