Dark/Light Mode

Rem Darurat Picu Pertumbuhan Ekonomi Minus

Simpanan Di Bank Gendut Tapi Perekonomian Macet

Selasa, 22 Juni 2021 05:14 WIB
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira. (Foto : Istimewa).
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira. (Foto : Istimewa).

RM.id  Rakyat Merdeka - Upaya menarik rem darurat dan mengetatkan aturan pembatasan sosial akibat melonjaknya kasus Covid-19 di Jakarta, bisa berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira khawatir, resesi kembali terjadi dan me­manjang sampai akhir tahun jika balik lagi ke Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) secara ketat. Sebab, ekonomi akan mengalami pelemahan di sektor konsumsi rumah tangga.

“Kalau ini terjadi, proyeksi di kuartal II-2021 maksimal ekonomi hanya tumbuh 2-4 persen. Tidak setinggi proyeksi pemerintah 8 persen,” kata Bhima kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Menurut Bhima, Lebaran lalu sebenarnya jadi momen pemuli­han daya beli. Tapi karena risiko kesehatan naik, maka faktor musiman Lebaran tidak banyak membantu.

Baca juga : Konsumsi Rumah Tangga Belum Terlalu Maksimal

Akhirnya, pasca Lebaran masyarakat antisipasi dengan banyak berhemat dan mengenda­likan belanja untuk menghadapi pengetatan mobilitas.

“Dalam kondisi ini, simpanan di bank akan semakin gemuk, tapi ekonomi macet. Bank juga bingung mau menyalurkan pin­jaman karena risiko usaha naik,” kata Bhima.

“Tadinya kan masyarakat mulai optimistis belanja. Tapi ledakan kasus pasca Lebaran menurunkan kembali keper­cayaan konsumen,” imbuhnya.

Bhima melanjutkan, jika rem darurat ditarik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, tentu akan sangat berdampak ke sektor seperti restoran, perhotelan dan sektor pendukung pariwisata.

Baca juga : DKI Jakarta Pererat Hubungan Dagang Sama Jatim

“Kondisi ini bisa menyebab­kan resesi berkepanjangan. Kha­watir, pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai akhir tahun masih minus,” ujar Bhima, mengingatkan.

Selain itu, sektor transpor­tasi juga akan terpengaruh, baik transportasi darat, laut dan udara.

“Saya proyeksikan bakal ada gelombang penutupan usaha, dan penundaan pembayaran utang perusahaan transportasi yang naik signifikan tahun ini,” tutur Bhima.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics Indonesia (CORE) Mohammad Faisal juga memperingatkan, apabila peningkatan kasus aktif Covid-19 terus berlanjut sampai kuartal III atau IV, ekonomi bisa kem­bali minus tahun ini.

Baca juga : Bantu Target Pertumbuhan Ekonomi, Perbankan Siap Gelontorkan Kredit Industri

“Perlu ada evaluasi menye­luruh terkait kebijakan untuk mendorong ekonomi. Terutama terkait pelonggaran mobilitas. Jangan sampai, upaya memulihkan ekonomi justru berakibat fatal pada sektor kesehatan,” warning Faisal.

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sudah bertemu dengan Menteri Koor­dinator Perekonomian Airlangga Hartarto. Keduanya membahas kasus Covid-19 di Jakarta yang jumlahnya meroket belakangan ini.

Usai pertemuan, Anies belum dapat memastikan apakah kebi­jakan rem darurat akan diambil di tengah lonjakan Covid-19 di Ibu Kota. [NOV]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.