Dark/Light Mode

Triwulan I

Kinerja Industri Tekstil Dan Pakaian Meroket  

Minggu, 12 Mei 2019 10:36 WIB
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto didampingi Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kementerian Perindustrian, Muhdori memperhatikan produk tekstil ketika melakukan kunjungan kerja di PT Delami Garment Industries, Bandung, Jawa Barat, beberapa waktu lalu. (Foto: Ist)
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto didampingi Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kementerian Perindustrian, Muhdori memperhatikan produk tekstil ketika melakukan kunjungan kerja di PT Delami Garment Industries, Bandung, Jawa Barat, beberapa waktu lalu. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Industri tekstil dan pakaian jadi menorehkan kinerja yang gemilang pada triwulan I-2019. Sepanjang tiga bulan tersebut, pertumbuhan industri tekstil dan pakaian jadi tercatat paling tinggi dengan mencapai 18,98 persen.

Jumlahnya tersebut signifikan dibanding periode yang sama tahun lalu di angka 7,46 persen. Capaian itu juga naik 8,73 persen dibanding 2018.  

Data Badan Pusat Statistik (BPS) pun menunjukkan, produksi industri manufaktur besar dan sedang (IBS) pada kuartal I-2019 naik 4,45 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kenaikan produksi IBS tersebut, ditopang oleh produksi sektor industri pakaian jadi yang meroket hingga 29,19 persen karena melimpahnya order, terutama dari pasar ekspor.

  “Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) merupakan salah satu sektor andalan karena memberikan kontribusi besar bagi perekonomian nasional. Apalagi, industri TPT sebagai sektor yang tergolong padat karya dan berorientasi ekspor,” kata Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kementerian Perindustrian Muhdori di Jakarta, Minggu (12/5).  

Baca juga : Ali Sekarang Kakak

Menurut Muhdori, pertumbuhan tinggi yang terjadi pada industri TPT, terutama disebabkan adanya investasi yang cukup besar di sektor hulu khususnya produsen rayon. Ini terlihat dari beroperasinya PT Asia Pacific Rayon (APR) di Riau pada akhir tahun 2018, dengan investasi Rp 11 triliun. Pabrik ini menambah kapasitas produksi sebesar 240 ribu ton per tahun, yang setengahnya diorientasikan untuk keperluan pasar ekspor.  

“Itu yang menyebabkan peningkatan dari sisi ekspor. Selain itu, supply dari hulu yang meningkat, juga mendorong kinerja ke industri hilir dan antara sehingga secara komulatif industrinya semakin bergairah. Ini ditandai dengan ekspor TPT yang naik 1,1 persen pada triwulan I tahun ini,” paparnya.  

Kemudian, kata dia, dengan adanya kebijakan pengendalian terhadap impor yang dilakukan oleh pemerintah sejak Februari 2017, juga berdampak positif terhadap penurunan impor yang mencapai 2,1 persen pada triwulan I-2019. “Penurunan impor juga berdampak pada surplus neraca perdagangan yang ikut naik,” imbuhnya.  

Lebih lanjut, peningkatan produktivitas industri TPT juga ditunjang melalui berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan vokasi yang dilakukan oleh Kemenperin. Program ini menciptakan SDM industri yang kompeten dan produktif. Bahkan, didorong pula adanya momentum pemilihan umum beberapa waktu lalu, yang sebagian pelaku industri TPT memproduksi atribut untuk kampanye.

Baca juga : Triwulan I, Defisit Transaksi Berjalan Membaik

”Konsumsi TPT juga diyakini akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perubahan gaya hidup. Dalam memanfaatkan peluang ini, pelaku industri TPT nasional harus bekerja keras meningkatkan produktivitas, kualitas dan efisiensi melalui penerapan teknologi yang lebih modern sesuai dengan era digital,” tutur Muhdori.

Berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0, industri TPT adalah satu dari lima sektor manufaktur yang mendapat prioritas pengembangan dalam kesiapan menuju era industri 4.0. Aspirasi besar yang akan diwujudkan, yaitu menjadikan produsen tekstil dan pakaian jadi nasional masuk jajaran lima besar dunia pada tahun 2030.  

“Untuk mewujudkannya, industri TPT kita perlu melakukan transformasi dengan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi digital, seperti 3D printing, automation, dan internet of things,” sebutnya.

Transformasi ini diyakini dapat mendongkrak produktivitas dan kualitas secara efisien, serta dapat membangun klaster industri TPT yang terintegrasi dengan terkoneksi teknologi industri 4.0.  

Baca juga : Ditunggu Industri, Perpres Mobil Listrik Dimatangkan

Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengungkapkan, industri TPT dalam negeri mampu kompetitif di kancah global karena telah memiliki daya saing tinggi. Hal ini didorong lantaran struktur industrinya sudah terintegrasi dari hulu sampai hilir dan produknya juga dikenal memiliki kualitas yang baik di pasar internasional. [DIT]  

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.