Dark/Light Mode

Inalum Jajaki Peluang Kerja Sama Dengan Industri Logam China

Jumat, 17 Mei 2019 11:54 WIB
Menteri BUMN Rini Soemarno dan rombongan bertemu dengan Beijing Easpring Material Technology Co., Ltd. untuk menjajaki potensi kerja sama dengan Holding Industri Pertambangan Inalum demi mendukung hilirisasi pertambangan di Beijing, China, Kamis (16/5). (Foto: Ist)
Menteri BUMN Rini Soemarno dan rombongan bertemu dengan Beijing Easpring Material Technology Co., Ltd. untuk menjajaki potensi kerja sama dengan Holding Industri Pertambangan Inalum demi mendukung hilirisasi pertambangan di Beijing, China, Kamis (16/5). (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri BUMN Rini Soemarno melakukan kunjungan singkat tiga hari ke China untuk bertemu dengan sejumlah CEO industri logam China. Hal ini demi mempercepat hilirisasi tambang di Indonesia.

Rini didampingi Direktur Utama PT Inalum (Persero) Budi G. Sadikin, Deputi Bidang Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno, Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei dan Konsultan, Kementerian BUMN, Gatot Trihargo, dan Staf Khusus Menteri BUMN Wianda Pusponegoro. Dalam kunjungan ini juga turut serta Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati, Direktur Utama Antam Tbk. Arie Arioetedjo dan Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk Arviyan Arifin.

Menurut Rini, percepatan hilirisasi industri tambang harus segera dilakukan. Ini untuk kepentingan rakyat dan bangsa. “Semakin tinggi nilai tambah produk tambang kita, semakin besar manfaat yang dapat dirasakan oleh seluruh rakyat. Saya optimis holding industri pertambangan akan mampu mewujudkan mandatnya dengan bantuan pihak-pihak terkait," jelas Menteri Rini di China, Kamis (16/5).

Baca juga : Dongkrak Pendapatan Negara, Indonesia Optimalkan Kerja Sama Ekonomi Digital Dengan China

Direktur Utama PT Inalum (Persero) Budi G. Sadikin mengatakan, pertemuan dengan sejumlah CEO Industri logam di China untuk mendengarkan penjelasan tentang industri logam dan teknologinya. Serta menjajaki berbagai peluang kerja sama yang sesuai dengan rencana strategis perseroan. “Ini dapat membantu kami mempercepat terealisasinya hilirisasi tambang untuk kesejahteraan masyarakat,” kata dia.

Di Beijing, rombongan bertemu dengan sejumlah CEO, antara lain CEO The Metallurgical Corporation Of China (MCC) untuk mempelajari peluang kerja sama dalam industri EPC dan tambang kobalt atau nikel, dan CEO Beijing Easpring Material Technology, mempelajari industri Electric Vehicle terutama dalam pembuatan Katoda. 

Sementara di Inner Mongolia, rombongan menemui perusahaan coal gasification, Dalu Chemicals untuk mempelajari proses dan teknologi dalam coal gasification serta peluang kerja sama dengan PT Bukit Asam Tbk. Kemudian di Shanghai, rombongan melakukan kunjungan lapangan dan pertemuan dengan Huayou, perusahaan manufaktur cobalt chemical, serta bertemu dengan Contemporary Amperex Technology (CATL) Battery untuk mempelajari industri Electric Vehicle.

Baca juga : Inilah Hasil Investigasi Pemilu Kemenkes Dari 4 Provinsi

Belum lama ini Holding Industri Pertambangan melalui anggota Holding PT Bukit Asam Tbk telah menandatangani Head of Agreement Hilirisasi Batu bara dengan PT Pertamina (Persero), PT Pupuk Indonesia (Persero), dan PT Chandra Asri Petrochemical (8/12/2018) untuk pembangunan proyek gasifikasi. Melalui penandatanganan ini, batu bara dari PT Bukit Asam Tbk nantinya akan diubah melalui teknologi gasifikasi menjadi produk akhir yang memiliki nilai jual lebih tinggi. 

Teknologi gasifikasi ini memungkinkan mengkonversi batu bara muda menjadi syngas yang merupakan bahan baku untuk diproses lebih lanjut menjadi Dimethyl Ether (DME) sebagai bahan bakar, urea sebagai pupuk, dan Polypropylene sebagai bahan baku plastik. 

Proyek hilirisasi lainnya yang juga dicanangkan oleh Holding Industri Pertambangan adalah melalui PT Borneo Alumunia Indonesia (PT BAI), anak usaha patungan PT Inalum (Persero) dan PT Antam Tbk, mencanangkan pembangunan proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Pontianak, Kalimantan Barat. 

Baca juga : Dubes Saudi Bidik Kerja Sama Dengan Ponpes Darunnajah

Proyek SGAR menjadi penghubung mata rantai industri dari hulu ke hilir yang terintegrasi, dari bauksit menjadi alumina, bahan baku aluminium dengan kapasitas awal 1.000.000 ton Alumina. [DIT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.