Dark/Light Mode

Sahamnya Masih Anjlok Di bawah Harga IPO

Bukalapak Belum Mau Dual Listing Ke Amrik

Sabtu, 16 Oktober 2021 06:50 WIB
Ilustrasi Bukalapak. (Foto: Istimewa).
Ilustrasi Bukalapak. (Foto: Istimewa).

RM.id  Rakyat Merdeka - Di tengah anjloknya harga saham PT Bukalapak.com Tbk atau BUKA, perusahaan diisukan bakal melakukan dual listing di bursa saham Amerika Serikat (AS). Benarkah?

Isu dual listing muncul setelah ada dokumen penawaran saham BUKA oleh JP Morgan Chase Bank, N.A melalui skema American Depositary Share (ADS).

ADS ini merupakan surat berharga yang mewakili peru­sahaan di luar teritori AS. ADS memungkinkan surat berharga tersebut diperdagangkan di pasar keuangan AS.

Baca juga : Bos Bukalapak Tepis Isu Dual Listing Di AS

Menjawab isu tersebut, Presi­den Bukalapak Teddy Oetomo membeberkan, pihaknya secara resmi tidak pernah mengeluar­kan pernyataan akan melakukan dual listing di bursa saham AS. Namun, Teddy tidak menepis jika ada kemungkinan ke arah sana.

“Masa depan tidak ada yang tahu, tapi untuk sekarang tidak ada. Namanya juga perusahaan teknologi seperti kami ini dina­mis. Karena itu, kami selalu bilang tidak menutup kemungkinan (un­tuk dual listing),” ujar Teddy da­lam wawancara khusus bersama media secara virtual, kemarin.

Sejak melantai di bursa saham 6 Agustus 2021, saham BUKA menyedot perhatian investor, baik lokal maupun asing. Karena itu, Teddy tidak heran jika ada isu dual listing di Negeri Paman Sam. Namun, dia kembali menegaskan, tidak akan menutup diri untuk se­gala kemungkinan yang membawa perusahaannya kian berkembang.

Baca juga : Pensiun Dari GIC, Komisaris Bukalapak Mengundurkan Diri

“Seringkali kami punya ide bis­nis 10 macam, bisa jadi yang gagal 8 karena nggak cocok dan kurang diminati di lapangan. Nah, jika ada rencana ini itu, tentunya kami selalu explore dulu,” jelasnya.

Teddy juga menjelaskan terkait beberapa hari terakhir anjloknya saham BUKA. Pada Rabu (13/10), saham BUKA turun 40 poin atau 5,44 persen ke posisi Rp 695 per lembar. Atau jauh di bawah harga saat IPO (Initial Public Offering) di level Rp 850 per lembar saham.

Menurut dia, itu wajar karena adanya rotasi portofolio investor. Yang namanya fund manager, imbuh Teddy, saat berinvestasi di saham pasti melihat industri yang sedang naik daun. Kebetulan saat ini harga komoditas sedang hijau. Sehingga banyak investor merotasi beberapa portofolionya ke sektor tersebut.

Baca juga : PKS Belum Mau Mikirin Kasus Gubernur Sumbar

“Akibatnya, berimbas pada saham-saham perusahaan non-komoditas. Termasuk di saham industri teknologi seperti Buka­lapak. Saya lihat ini juga terjadi di beberapa saham perusahaan teknologi lainnya, bahkan per­bankan,” jelas dia.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.