Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Harganya Sudah Mulai Merangkak Naik

BUMN Pangan Serap Telur Peternak Lokal

Kamis, 21 Oktober 2021 06:50 WIB
Pekerja mengambil telur di kandang ayam di Cipedes, Kota Tasikmalaya. (Foto: Antara).
Pekerja mengambil telur di kandang ayam di Cipedes, Kota Tasikmalaya. (Foto: Antara).

 Sebelumnya 
Perlu diketahui, setidaknya ada empat langkah strategis dari pemerintah dalam menghadapi gejolak harga telur ayam ras belakangan ini. Mulai dari penyerapan dan distribusi telur, peningkatan produktivitas jagung, pengelolaan pasca panen, hingga membuka akses pasar.

Selain itu, pemerintah juga tengah mendorong industri pengolahan telur dan korporasi peternak. Dengan industrialisasi produk turunan dan perubahan pola kerja peternak tradisional ke arah yang lebih modern.

Diharapkan, ekosistem pangan nasional yang kohesif dari hulu ke hilir dapat tercapai dengan efisien dan efektif, serta memberikan dampak positif yang maksimal bagi peternak serta masyarakat.

Baca juga : Stabilkan Harga, Kementan Serap Telur Peternak Rakyat

Atur Tata Kelola

Pengamat Pertanian dari Insti­tut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas berpendapat, kisruhnya peternak dengan harga telur yang anjlok, lantaran tata kelola yang kurang pas. Mengingat, siklus ke­naikan harga telur selalu sama.

Andreas menjabarkan, harga tertinggi telur itu telah terjadi Juli 2021, kemudian mulai tu­run Agustus, sampai titik ter­endah di September-Oktober. Namun, pada November dipas­tikan akan mulai naik dan pun­caknya harga tertinggi sampai Februari tahun depan.

Baca juga : Pandemi Global Mulai Menurun, Permintaan Energi Melonjak

“Selalu siklusnya seperti itu, kadang kurang kita pahami. Turun bukan hanya semata-mata imbas kenaikan harga pakan dan rendahnya daya beli, juga terjadi tata kelola yang kurang tepat,” terang Andreas kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Sebenarnya, imbuh Andreas, untuk menangani anjloknya harga telur dan daging ayam itu cukup sederhana, karena relatif pasti polanya. Berbeda dengan cabe yang tidak pasti.

“Prinsipnya, kalau sesuatu itu sudah relatif pasti, tata kelolanya sebenarnya lebih sederhana. Dalam arti, mampu diantisipasi. Ketika harga naik bisa diantisi­pasi dengan menggelontorkan stok,” kata Andreas.

Baca juga : Syarief Hasan: Diversifikasi Pangan Perlu Dioptimalkan

Misalnya, produksi jagung sebagai sumber pakan ayam, yang termasuk siklus panennya juga relatif pasti.

“Sekarang heboh harga jagung naik, namun saya pastikan bulan depan sudah mulai turun lagi, karena masuk masa panen kedua. Setelah panen pertama April,” tuturnya.

Untuk itu, hal yang mendasar dalam mengatasi kenaikan harga telur dan pangan lainnya, adalah mempelajari pola yang relatif pasti itu. Sehingga bisa diterap­kan dalam kebijakan nasional. “Misalnya, lewat Peraturan Menteri Perdagangan,” saran­nya. [DWI]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.