Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Telkom Patok Mitratel Merajai Bisnis Menara

Sabtu, 13 November 2021 06:50 WIB
Aset menara PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. atau Mitratel. Anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. itu berencana melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia. (Foto: Mitratel).
Aset menara PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. atau Mitratel. Anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. itu berencana melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia. (Foto: Mitratel).

RM.id  Rakyat Merdeka - PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk menargetkan anak usahanya, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (Mitratel) merajai bisnis menara dan fiber optik di Tanah Air setelah memperoleh dana segar dari Initial Public Offering (IPO) yang akan dilakukan bulan ini.

Direktur Utama Telkom Indonesia (Persero) Ririek Adriansyah mengungkapkan, road show dan penawaran awal (booked building) saham Mitratel sudah berjalan sejak 26 Oktober-4 November 2021. Saat ini pihaknya tengah menunggu pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Setelah itu, penawaran umum akan dilaksanakan pada 16-18 November 2021 dan pencatatan saham (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 22 November 2021.

“Targetnya, bisa memperoleh dana segar antara Rp 15 triliun hingga Rp 24 triliun dengan melepas sebanyak-banyaknya 29,85 persen saham,” kata Ririek, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Komisi VI DPR, Rabu (10/11).

Adapun, harga saham IPO ditaksir berada di kisaran Rp 775 sampai Rp 975 per saham. Secara keseluruhan, Mitratel akan melepas sebanyak 25,54 miliar saham.

Baca juga : Bidik Pasar Milenial, Dua Bisnis MNC Group Garap Webseries

Ia memastikan, keseluruhan dana yang diperoleh tersebut akan masuk ke kas Mitratel untuk memenuhi kebutuhan capex (capital expenditure/belanja modal) dan modal kerja perusahaan.

“Dana ini untuk kebutuhan organik, seperti membangun tower baru atau anorganik, misalnya akuisisi tower (perusahaan) lain. Termasuk menara milik Telkomsel,” bebernya.

Karena, menurutnya, pengembangan bisnis Mitratel yang paling mendasar adalah menambah menara di berbagai daerah, hingga membangun ataupun mengakuisisi perusahaan fiber optik.

Sebab di era 5G ini, imbuh Ririek, akan membutuhkan lebih banyak menara. Di mana salah satu karakter teknologi 5G adalah distributif atau kemampuan commuting harus sedekat mungkin dengan pengguna akhir alias pelanggan seluler.

Baca juga : Politik Dan Bisnis, Seperti Pacaran

Untuk itu, Mitratel akan menyiapkan area commuting yang akan menjadi sumber-sumber pertumbuhan (pendapatan) ke depannya.

“Industri akan membutuhkan mini pool di kota-kota yang tidak mungkin lagi dibangun menara baru. Mitratel akan menyiapkan kebutuhan tersebut,” katanya.

Bahkan, dalam lima tahun ke depan, tenancy ratio atau rasio keterisian operator seluler di menaranya ditargetkan meningkat menjadi 1,95x. Saat ini, tenancy ratio Mitratel terhitung masih rendah dibandingkan dengan pesaing lainnya, yakni di angka 1,57x.

Mitratel memiliki keunggulan dibandingkan dengan provider menara lainnya. Salah satunya mampu mengantongi kontrak backlog sewa menara telekomunikasi sekitar Rp 30,7 triliun hingga 2030.

Baca juga : Rachel Vennya, Minta Maaf Bikin Marah Dan Kecewa

Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko menjelaskan, bahwa penambahan jumlah operator pengguna menaranya ini akan terus dilakukan secara masif. Khususnya pada menara yang tersebar di luar Pulau Jawa.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.