Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Restorasi Gambut Berhasil Kurangi Emisi Karbon 266,1 Juta Ton

Selasa, 16 November 2021 09:02 WIB
Chief Sustainability Officer APP Sinar Mas, Elim Sritaba. (Foto: ist)
Chief Sustainability Officer APP Sinar Mas, Elim Sritaba. (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Komitmen Indonesia untuk merestorasi gambut dibuktikan dengan aksi nyata di lapangan. Aksi tersebut terbukti mampu mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) secara signifikan. 

Sampai September 2021 Indonesia telah merestorasi gambut seluas 3,6 juta hektare (ha) di areal konsesi perusahaan dan 45.950 hektare di areal masyarakat. Aksi korektif restorasi gambut tersebut mampu berkontribusi pada pengurangan emisi GRK setara 266,1 juta ton karbondioksida (CO2e). 

Kepala Sub Direktorat Perlindungan Gambut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Muhammad Askary mengungkapkan, aksi restorasi yang dilakukan diantaranya dengan melakukan pembasahan gambut, melakukan revegetasi dan suksesi alami.

Baca juga : PLN Gandeng ADB, Tekan Emisi Karbon Di Sektor Kelistrikan RI

"Restorasi melibatkan semua pihak, pemerintah, swasta, dan juga masyarakat," kata dia saat sesi diskusi di Paviliun Indonesia pada Konferensi Perubahan Iklim COP26 UNFCCC di Glasgow, Skotlandia seperti ditulis, Selasa (16/11).

Askary mengungkapkan, untuk pembasahan gambut telah dibangun lebih dari 30.000 sekat kanal. Tujuannya adalah untuk memastikan tinggi air tidak kurang dari 0,4 meter dari permukaan gambut. Pemantauan tinggi permukaan air gambut dilakukan di lebih dari 10.000 titik di Indonesia. 

Pemantauan tinggi muka air bisa dilakukan secara secara online melalui SiMATAG-0,4 M (Sistem Informasi Muka Air Tanah Gambut 0,4 Meter) untuk lahan yang dikelola oleh perusahaan. 

Baca juga : Realisasi Investasi Sektor Industri Capai Rp 236,8 T

Sementara pada lahan masyarakat, pemantauan tinggi muka air gambut dilakukan melalui Sistem Informasi Pemantauan Air Lahan Gambut (SIPALAGA) yang dikembangkan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM). 

Askary menyatakan berdasarkan capaian aksi korektif pengelolaan gambut tersebut dilakukan kalkulasi kontribusi pengurangan emisi GRK yang telah dicapai. 

Hasil perhitungan menunjukkan terjadinya pengurangan emisi GRK sebanyak 266,1 juta ton CO2e pada tahun 2020 lalu. "Ini adalah data akurat yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah," kata Askary. 

Baca juga : Implementasi Pancasila Kurang, Kasus Perceraian Melonjak

Deputi Bidang Perencanaan dan Evaluasi BRGM Profesor Satyawan Pudyatmoko menyatakan restorasi gambut yang menjaga tinggi muka air tidak lebih rendah dari 0,4 m berdampak nyata pada turunnya kemunculan hotspot kebakaran hutan dan lahan (karhutla). 

"Lahan gambut yang basah ampuh menurunkan risiko karhutla," katanya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.