Dark/Light Mode

Apical dan Cepsa Bangun Pabrik Biofuel Generasi Kedua Terbesar di Selatan Eropa

Senin, 26 Februari 2024 12:58 WIB
Apical dan Cepsa Bangun Pabrik Biofuel Generasi Kedua Terbesar di Selatan Eropa

RM.id  Rakyat Merdeka - Apical, melalui Bio-Oils, anak usahanya yang bergerak di bidang energy terbarukan, memulai pembangunan pabrik biofuel terbesar generasi kedua (2G) di wilayah selatan Eropa bersama dengan mitranya, Cepsa. Apical, sebagai pemroses minyak nabati terkemuka, merupakan bagian dari grup RGE yang berkantor pusat di Singapura.

Fasilitas senilai €1,2 miliar ini, yang dijadwalkan mulai berproduksi pada tahun 2026, akan menghasilkan 500.000 ton sustainable aviation fuel (SAF) dan renewable diesel – jumlah bahan bakar yang cukup untuk jet agar dapat terbang mengelilingi planet sebanyak 1.300 kali. Fasilitas produksi biodesel ini diharapkan untuk dapat mencegah emisi CO2 sebesar 3 juta ton per tahunmya. Angka tersebut setara dengan pengurangan emisi dari 600.000 kendaraan penumpang jika tidak digunakan setiap tahunnya.

Baca juga : Pria Nekat Bakar Diri Di Depan Kedubes Israel Di Washington

Direktur Eksekutif Apical, Pratheepan Kanuragaran mengatakan, “Meskipun SAF diperkirakan menjadi pendorong dekarbonisasi di sektor penerbangan, akses terhadap bahan baku berkelanjutan tetap menjadi tantangan di banyak negara. Seiring dengan terus berkembangnya jaringan global Apical, ketersediaan limbah dan sisa minyak goring diharapkan dapat bertumbuh. Hal ini memungkinkan kemitraan yang dapat memaksimalkan nilai tambah, agar limbah kami dapat membantu produksi dan penggunaan SAF. Pabrik biofuel 2G kami dengan Cepsa, yang akan menjadi fasilitas pengolahan bahan bakar penerbangan terbesar di Selatan Eropa. Ini adalah contoh yang sangat baik bagaimana pemain industri dapat bersatu untuk memaksimalkan potensi SAF, meningkatkan produksi dan penggunaan.”

CEO Cepsa, Maarten Wetselaar menambahkan, “Kami telah memulai pembangunan pabrik biofuel generasi kedua, yang menjadi tonggak utama pertama dari strategi Positive Motion Strategy kami. Proyek strategis untuk Spanyol dan Andalusia ini akan menjadikan kami sebagai benchmark (tolok ukur) di Eropa dalam bidang molekul hijau, selain juga memfasilitasi dekarbonisasi dari sektor-sektor yang tidak dapat beroperasi dengan elektron, seperti industry penerbangan. Ini merupakan awal dari babak baru untuk Cepsa dan kawasan ini, yang akan membuka lapangan kerja berkualitas dan menuju era baru industrialisasi.”

Baca juga : AC Milan-AS Roma Masuk Babak 16 Besar Liga Europa

Pabrik baru ini, yang akan dibangun dengan teknologi terkini untuk produksi bahan bakar terbarukan, dan memiliki dampak lingkungan yang minimal. Berkat konsumsi hidrogen terbarukan, 100% penggunaan listrik terbarukan, serta sistem pemulihan panas dan efisiensi energi yang berbeda, fasilitas ini akan mengeluarkan emisi CO2 75% lebih sedikit daripada pabrik biofuel tradisional. Dirancang menjadi pabrik dengan konsep digital, pabrik biofuel 2G di selatan Eropa ini mengakomodasi berbagai perkembangan industry, termasuk kecerdasan buatan, Internet of Things (IoT), dan data analisa yang dapat memaksimalkan efisiensi proses dan memastikan standar tertinggi dalam hal keamanan dan perlindungan lingkungan. Fastilis ini akan mendongkrak kapasitas produksi di perusahaan patungan Cepsa-Apical sebanyak dua kali menjadi 1 juta ton per tahunnya. Keberadaan pabrik ini diharapkan dapat menjawab kenaikan permintan di pasar.

Memanfaatkan kemampuannya untuk mendapatkan bahan baku 2G berkualitas tinggi secara efisien dan berkelanjutan, Apical secara aktif menjajaki kemitraan serupa dengan perusahaan minyak besar global untuk mendirikan fasilitas produksi SAF di Singapura dan Asia, di mana pasar SAF masih dalam tahap awal. Ini akan membantu memenuhi antisipasi kenaikan permintaan SAF saat Singapura meluncurkan rencananya agar semua penerbangan keluar negeri mulai menggunakan bahan bakar ramah lingkungan ini pada tahun 2026.

Baca juga : Cepat Pasok Beras Ke Pasar Rakyat

“Salah satu faktor yang menghambat penyerapan SAF di kawasan ini adalah harga premiumnya. Namun, Asia memiliki potensi luar biasa karena merupakan rumah bagi enam negara ASEAN, termasuk Indonesia, Malaysia, dan Thailand, yang secara kolektif berpotensi mendukung produksi SAF di kawasan ini dengan bahan baku limbah dan minyak residu yang dibutuhkan. Apical memiliki kehadiran regional yang sangat kuat, di mana kami beroperasi di garis depan bioekonomi, merangkul pendekatan 'waste-to-value' (limbah menjadi nilai). Kami memiliki bahan baku 2G yang siap untuk mendorong produksi SAF di kawasan ini melalui kemitraan,” jelas Karunagaran.

“Kami menyambut baik pengumuman terkini oleh Singapura yang mewajibkan semua penerbangan keluar untuk menggunakan SAF pada tahun 2026. Sebagai pusat penerbangan regional, Singapura memimpin dengan mendorong penggunaan bahan bakar ramah lingkungan ini sekaligus membantu maskapai penerbangan mengelola biaya yang lebih tinggi terkait dengan SAF. Singapura akan menggunakan retribusi yang dibayarkan oleh konsumen untuk membeli SAF secara terpusat guna digunakan oleh maskapai penerbangan. Agar Singapura berhasil mencapai target SAF-nya dari 1% pada 2026 menjadi 3% – 5% pada 2030, penting untuk mendorong kolaborasi industri yang lebih dalam guna mengoptimalkan penawaran dan permintaan, serta meningkatkan adopsi SAF dengan cara yang terjangkau – menguntungkan konsumen dan maskapai penerbangan.” pungkasnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.