Dark/Light Mode

Mentan: Perlu Komitmen Bersama Dalam Pengendalian AMR

Rabu, 24 November 2021 18:58 WIB
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo memberikan keynote speech sekaligus membuka Acara Puncak Pekan Kesadaran Antimikroba Sedunia Tahun 2021 secara virtual yang diselenggarakan di Nusa Dua, Bali, Rabu (24/11)/Ist
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo memberikan keynote speech sekaligus membuka Acara Puncak Pekan Kesadaran Antimikroba Sedunia Tahun 2021 secara virtual yang diselenggarakan di Nusa Dua, Bali, Rabu (24/11)/Ist

RM.id  Rakyat Merdeka - Ancaman resistensi antimikroba (Anti Microbial Resistance/AMR) diprediksi akan menjadi pembunuh nomor satu di dunia pada tahun 2050. 

Pada laporan yang dirilis Global Review pada tahun 2016 itu, tingkat kematian disebut akan mencapai 10 juta jiwa per tahun. 

“Prediksi tadi dapat terjadi apabila tidak ada upaya konkret dalam pengendalian penggunaan antimikroba,” ujar Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo saat memberikan keynote speech sekaligus membuka Acara Puncak Pekan Kesadaran Antimikroba Sedunia Tahun 2021 di Indonesia, yang berlangsung di Nusa Dua, Bali, Rabu (24/11).

Karena itu, Syahrul mengatakan, perlu upaya bersama merealisasikan resolusi global yang diterjemahkan ke dalam Rencana Aksi Global dan Rencana Aksi Nasional dalam pengendalian AMR

Kondisi AMR mengacu pada keadaan saat bakteri, virus, jamur dan parasite mengalami perubahan seiring dengan waktu. Sehingga tidak lagi merespons obat-obatan yang dirancang untuk membunuh mikroba-mikroba tersebut. Kondisi ini terjadi karena antimikroba diberikan dengan dosis dan indikasi yang tidak tepat. 

Pendekatan One Health, disebut Syahrul, bisa menjadi panduan semua pemangku kepentingan dari berbagai disiplin ilmu terlibat dalam proses membangun ketahanan dan memecahkan permasalahan kesehatan. 

Baca juga : MCP Rendah, KPK Perkuat Pendampingan Dan Pengawasan Di Papua

Pentingnya penggunaan pendekatan One Health karena AMR tidak lagi hanya dilihat sebagai masalah yang berdiri sendiri.

Persoalan AMR terkait dengan berbagai sektor seperti kesehatan masyarakat, kesehatan hewan, rantai makanan, pertanian, dan sektor lingkungan.

“One Health ini bertujuan untuk mencapai kesehatan yang optimal melalui komunikasi, koordinasi dan kolaborasi multi-sektoral. Semua sektor masyarakat harus terlibat, aktif dan bertanggung jawab atas penyebaran AMR,” ungkapnya.

Untuk sektor pertanian, serta peternakan dan kesehatan hewan, AMR menjadi ancaman serius bagi keberlanjutan ketahanan pangan dan turut mengancam pengembangan kesehatan hewan. 

“Kami berkomitmen bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan untuk meningkatkan kapasitas sektor pertanian dalam mengelola resiko AMR dan membangun ketahanan terhadap dampak AMR,” jelas Syahrul.

Dengan menggunakan One Health atau kerangka kerja kesehatan terpadu, Kementan bersama kementerian, lembaga dan stakeholders terkait lain, telah menyiapkan rencana strategis serta peta jalan dalam upaya-upaya pengendalian dan penanggulangan AMR di Indonesia. 

Baca juga : Kekebalan Bersama Lebih Penting, Bos!

Langkah penting lainnya yang telah dilakukan oleh Kementerian Pertanian adalah pengaturan penggunaan antibiotik di bidang peternakan dan kesehatan hewan yang melarang penggunaan antibiotik sebagai imbuhan pakan. 

Syahrul berharap, sejumlah program yang dijalankan pemerintah dapat didukung oleh semua pihak. 

“Dibutuhkan komitmen bersama, tidak hanya di level Indonesia, tapi juga dengan lembaga-lembaga dunia, untuk mewujudkan gerakan pengendalian AMR,” ujar Syahrul.

Ajakan Mentan mendapat sambutan positif dari Kepala Perwakilan Food and Agriculture Organization (FAO) di Indonesia, Rajendra Aryal. 

Dia mengatakan, Pemerintah Indonesia telah menunjukkan upaya penanggulangan AMR dengan menerapkan Pendekatan One Health. Rencana Aksi Nasional Pengendalian Resistensi Antimikroba (RAN PRA) telah dikembangkan dan diimplementasikan oleh pemangku kepentingan multisektoral. 

“FAO telah bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Peternakan dan Layanan Hewan di bawah Kementerian Pertanian (Kementan) untuk memberikan dukungan teknis yang diperlukan agar tercapai target RAN PRA dalam sistem produksi peternakan dan pangan,” jelasnya.

Baca juga : Mentan Bangga Resmikan Breeding Farm Ayam Kampung

Rajendra mengatakan, pengendalian AMR tidak hanya cukup dilakukan melalui pendekatan institusional. Menurutnya, penting bagi semua pihak untuk memperoleh saran dari pakar atau professional sebelum membeli dan menggunakan antimikroba dalam proses produksi dan kesehatan hewan. 

“Kewaspadaan kita pada bahaya AMR akan mengarahkan pada sistem pertanian yang lebih berkelanjutan dan tangguh,” tegasnya.

Turut hadir memberikan sambutan, Sekretaris Jenderal Kementan Kasdi Subagyono yang mengatakan bahwa dalam kerangka One Health, sangat penting bagi semua pihak memberikan perhatian khusus pada persoalan kesehatan hewan. 

“Bagaimana pun kesehatan hewan bisa berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Dampaknya bisa berupa kematian. Sehingga penting bagi masyarakat dan pelaku usaha untuk mengerti,” jelasnya. 

Untuk itu, Kementan akan melakukan pemetaan untuk mengetahui kelompok masyarakat dan pelaku usaha yang belum memahami ancaman yang diakibatkan oleh AMR. Kementan juga akan mengidentifikasi wilayah-wilayah yang rentan mikroba. 

“Data dari hasil mapping ini bisa menjadi dasar kita dalam menentukan action plan untuk mengendalikan AMR,” imbuh Kasdi. [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.