Dark/Light Mode

WRAD 2022

Read Aloud, Cara Mudah Kembangkan Literasi Anak Sejak Dini

Rabu, 2 Februari 2022 13:50 WIB
Peringatan Hari Baca Nyaring Sedunia atau World Read Aloud Day (WRAD) 2022 yang digelar Perpusnas, Rabu (2/2). (Foto: Dok. Perpusnas)
Peringatan Hari Baca Nyaring Sedunia atau World Read Aloud Day (WRAD) 2022 yang digelar Perpusnas, Rabu (2/2). (Foto: Dok. Perpusnas)

RM.id  Rakyat Merdeka - Komunitas Read Aloud Indonesia (RAI) bekerja sama dengan Perpustakaan Nasional (Perpusnas) mengadakan peringatan Hari Baca Nyaring Sedunia atau World Read Aloud Day (WRAD) 2022. Read Aloud (membacakan nyaring) adalah sebuah aktivitas membacakan cerita kepada anak secara rutin dan terus menerus yang berdampak membuat anak biasa mendengar, mau membaca, dan akhirnya bisa membaca.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengatakan, aktivitas read aloud sangat penting untuk membangun pengetahuan yang dibutuhkan ketika membaca. “Dengan baca nyaring, hubungan anak dengan orang tua semakin dekat. Kemampuan berbahasa semakin terasah,” ucap Nadiem, mengawali kegiatan peringatan WRAD 2022, di Perpusnas, Rabu (2/2).

Lewat aktivitas read aloud, tambah Nadiem menambahkan, orang tua memberikan contoh cara membaca yang baik, benar, lancar, fasih, dan bermakna. Melihat orang tuanya bercerita, secara tidak langsung anak akan mendapatkan banyak kosakata yang merupakan modal bagi mereka untuk bisa berbicara, membaca, dan menulis.

Direktur Jenderal PAUD Dikdasmen Kemendikbud, Jumeri menambahkan, saat ini aspek literasi dan numerasi menjadi bagian dari strategi pengajaran dan penguatan dalam belajar. Pihaknya akan menjadikan kegiatan membaca menjadi menyenangkan dan berkesan.

Baca juga : Jokowi: 2022 Momentum Kebangkitan Ekonomi Nasional

“Strategi kami, sebelum memulai aktivitas belajar, guru bisa membacakan cerita dan siswa menyimak. Lain waktu bergantian,” tambah Jumeri.

Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando menjelaskan alasan penting membaca. Sebab, tulisan mampu memonopoli kebenaran. “Invasi secara pemikiran bisa lebih dahsyat seribu kali lipat daripada perang fisik,” ujar Syarif Bando.

Dia menceritakan, kondisi di masa awal kemerdekaan, angka melek aksara masyarakat Indonesia baru 2 persen. Maka, agar terjadi invasi pemikiran, fokus pembangunan di awal kemerdekaan pada pemberantasan buta huruf.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, Presiden Jokowi menekankan percepatan pembangunan dengan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung SDM berkualitas dan berdaya saing.
“Peningkatan kualitas SDM sangat terkait dengan kegemaran membaca yang membudaya. Sebab, usaha tersebut berhubungan langsung dengan proses belajar mengajar,” lanjut Syarif Bando.

Baca juga : Bangga, LRT Bukti Karya Anak Bangsa

Sementara itu, Founder Reading Bug sekaligus Pembina Read Aloud Indonesia, Rossie Setiawan, menerangkan bahwa kegiatan baca nyaring adalah kegiatan sederhana. Orang tua menggunakan bahasa sederhana yang mudah dimengerti anak. Dari aktivitas read aloud, anak akan banyak mendapatkan kosakata yang pada akhirnya mendorong anak untuk berbicara.
“Read aloud adalah cara mudah untuk mengembangkan literasi sejak dini,” imbuh Roosie.

Roosie menerangkan, tujuan dari read aloud bukan untuk menyelesaikan satu buku, melainkan proses interaksi, dialog, kedekatan komunikasi anak dengan orang tua. Sayangnya, tradisi ini era sekarang berkurang akibat pergeseran budaya.

Guru Besar Antropologi Universitas Indonesia, Semiarto Aji Purwanto, menjelaskan sejak dulu nenek moyang Indonesia telah terbiasa dengan tradisi tutur (lisan). Membacakan dongeng setiap kali sebelum anak tidur.

Kehadiran medium digital seperti YouTube dan sebagainya malah menggeser peran yang semestinya diperankan para orang tua. Misalnya, kedekatan antara anak dengan orang tua yang kini lebih banyak diambil alih dunia digital.

Baca juga : Reanda Dapat Pengakuan Internasional Anggota Penuh Forum Of Firms

Padahal, menurut pemerhati keluarga Shahnaz Haque, keluarga merupakan pondasi bagi penumbuhan keterampilan literasi anak. “Cerdas itu bukan berarti bisa baca tetapi paham atau tidak yang dibaca. Mereka mampu mengaplikasikan tidak dalam kehidupan ataupun pergaulan mereka,” terang Shahnaz.

Kegiatan read aloud dilakukan secara rutin setiap hari selama 10-15 menit. Selama read aloud, orang tua menggunakan bahasa sederhana yang mudah dimengerti oleh anak serta menggunakan intonasi dan ekspresi yang menggambarkan isi cerita. Sehingga anak tertarik untuk mendengarkan, menyimak, fokus, merasa senang, berimajinasi tentang isi cerita, dan akhirnya mendapatkan pengetahuan baru. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.