Dark/Light Mode

PILM Kabupaten Sukabumi

Desy: Menjadi Manusia Berdaya Tidak Terbatas Pada Usia

Rabu, 20 Juli 2022 16:38 WIB
Kegiatan Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM), di Universitas Nusa Petra, Kabupaten Sukabumi, Rabu (20/7). (Foto: Dok. Perpusnas)
Kegiatan Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM), di Universitas Nusa Petra, Kabupaten Sukabumi, Rabu (20/7). (Foto: Dok. Perpusnas)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kegemaran membaca dapat dibangun dengan menetapkan tujuan yang ingin dicapai dari membaca. Melalui buku, didapat informasi dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Dengan membaca, tercipta individu yang hebat dan cerdas.

Demikian disampaikan Anggota Komisi X DPR Desy Ratnasari pada kegiatan Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM), di Universitas Nusa Petra, Kabupaten Sukabumi, Rabu (20/7).

“Contoh, ibu-ibu yang suka ngaji. Ada tujuan kan, awalnya untuk apa. Lama-lama suka dengerin, jadi ada manfaatnya untuk kehidupan. Sama dengan urusan dunia melalui perpustakaan. Paling tidak, kita bisa membantu anak-anak kita dalam mengerjakan tugas,” ujarnya.

Legislator Fraksi PAN ini menambahkan, sumber daya manusia yang berdaya saing dan unggul, memiliki skill, tidak terbatas oleh usia. Menurutnya, kemampuan inilah yang harus dimunculkan melalui perpustakaan.

Baca juga : Rishi Sunak Teratas, Kemi Badenoch Terdepak

“Saya mengharapkan, perpustakaan menjadi tempat taklim dan pembelajaran bagi semua lapisan masyarakat. Menjadi manusia berdaya saing itu tidak terbatas pada usia. Maka itu, kemampuan literasi tidak cukup sekadar bisa baca, tetapi dimanfaatkan dan diterapkan,” tambah Desy. 

Pada kesempatan tersebut, Desy juga memuji kinerja Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Muhammad Syarif Bando, yang dinilai inovatif. Meski tidak memiliki anggaran besar, namun dapat dimanfaatkan dengan baik. “Inovasi yang dilakukannya hebat. Harus kita contoh,” urainya. 

Bicara literasi, ada kaitannya dengan kegemaran baca. Namun, perlu dicermati pula kondisi perbukuan di Tanah Air. Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando menjelaskan, kondisi literasi di Indonesia terkendala oleh kurangnya buku. Saat ini, satu buku ditunggu oleh 90 orang. Sementara, standar internasional menyebutkan, seharusnya ada tiga buku baru per orang setiap tahunnya. 

“Oleh karena itu, saya mengajak kepada seluruh perguruan tinggi agar turut andil dalam mengatasi kekurangan terbitan buku ini,” ucap Syarif Bando. 

Baca juga : Tak Ada Satu Pun Bukti, Status Bharada E Masih Sebatas Saksi

Dia menambahkan, pengetahuan tidak hanya didapatkan di bangku kuliah dengan memenuhi satuan kredit semester (SKS). Mahasiswa, harus mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya dari perpustakaan. “Saya yakin perguruan tinggi sanggup menghasilkan lulusan yang berliterasi tinggi yang mampu menghasilkan barang dan jasa sekaligus  menciptakan lapangan kerja baru,” tambahnya.

Sementara itu, Wakil Bupati Sukabumi Iyos Somantri mengakui, daerahnya membutuhkan tempat memenuhi kebutuhan masyarakat, terkait literasi dan melakukan kegiatan membaca. Terlebih literasi dan membaca memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. “Kami siap menerima bantuan dana alokasi khusus untuk membuat kantor perpustakaan yang representatif. Lahan pun kami sudah siapkan, termasuk detail engineering design-nya atau DED,” urainya.

Gedung layanan perpustakaan menjadi kebutuhan mengingat Sukabumi merupakan kabupaten terluas di Jawa dan Bali, setelah Banyuwangi. Jumlah penduduknya cukup banyak 2,7 juta jiwa, tersebar di 47 kecamatan.

Ikhtiar menggelorakan semangat membaca demi kecerdasan bangsa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Sukabumi juga disuarakan Bunda Literasi Kabupaten Sukabumi Yani Jatnika Marwan Hamami. Yani mengatakan, ketika berbicara literasi, peran keluarga menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan. Utamanya peran ibu dalam mencetak generasi muda milenial di era digital.

Baca juga : Lili Mundur, Tapi Tidak Terhormat

Literasi di keluarga bermula dari fase perkembangan anak. Orang tua harus menumbuhkembangkan kecintaan anak terhadap buku. Selain itu juga, orang tua dituntut paham perkembangan teknologi terkait pengembangan literasi di era digital kepada anak. 

“Sebagai role model utama orang tua wajib memberikan buku, membacakan buku dan mendongeng kepada anak sehingga imajinasi anak terbentuk. Yuk, sama-sama benahi keluarga kita dulu. Kita tidak akan menjadi negara literat, sebelum keluarga kita menjadi literat,” ajak Yani.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.