Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Pemerintah Siapkan Tambahan Bantuan Untuk Rakyat

Ada Tanda-tanda Harga BBM Naik

Sabtu, 20 Agustus 2022 07:15 WIB
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bersama Direktur Utama Rakyat Merdeka Kiki Iswara di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (19/8). (Foto: Patrarizki/RM)
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bersama Direktur Utama Rakyat Merdeka Kiki Iswara di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (19/8). (Foto: Patrarizki/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pemerintah menyiapkan berbagai skenario merespons tekanan ekonomi global, terutama kenaikan harga minyak dunia. Salah satunya, menyiapkan tambahan bantuan sosial untuk rakyat. Jika melihat langkah yang diambil pemerintah tersebut, sepertinya ada tanda-tanda harga BBM mau naik nih.

Rencana pemerintah menambah bantuan sosial alias bansos itu, disampaikan Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto saat diwawancarai Direktur Utama Rakyat Merdeka, Kiki Iswara di Kantor Kemenko Perekonomian, Lapangan Banteng, Jakarta, kemarin. Hadir juga pada kesempatan tersebut, Sekretaris Kementerian Koordinator Perekonomian Susiwijono Moegiarso.

Wawancara berlangsung cair. Semua pertanyaan dari Rakyat Merdeka dijawab semua oleh Airlangga. Mulai dari masalah krisis ekonomi global sampai bengkaknya subsidi BBM.

Airlangga menyadari, tantangan ekonomi ke depan tidak mudah. Saat pandemi Covid-19 belum usai dan ekonomi belum pulih benar, datang perang Rusia-Ukraina. Konflik negara bertetangga itu, bikin ekonomi global tertekan. Bahkan, negara maju sampai mengalami inflasi tinggi. Orang menyebutnya perfect storm alias badai besar.

Beruntung, Indonesia masih bisa menorehkan prestasi ekonomi di tengah tekanan global itu. Di kuartal II-2022, ekonomi Indonesia masih tumbuh 5,44 persen.

Menurut Airlangga, keberhasilan pemulihan ekonomi itu dicapai karena beberapa hal. Pertama, penanganan pandemi. Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro ditambah gotong royong di akar rumput menjadi ketahanan kesehatan rakyat.

Kedua, karena pemerintah tidak melakukan lockdown total. Kebijakan gas dan rem mampu menyeimbangkan antara kesehatan, kehidupan, dan penghidupan. Ini penting. Karena penduduk kita income per kapita di bawah 4 ribu dolar AS per tahun.  Sehingga dengan tidak melakukan lockdown aktivitas ekonomi masih tetap berjalan.

Baca juga : Maknai Kemerdekaan, Ibas Ajak Bangsa Bersatu Dan Kolaborasi Hadapi Tantangan

Kebijakan gas dan rem juga membuat Indonesia tetap masuk dalam supply chain dunia. "Dan, itu yang membuat engine (mesin ekonomi) kita tetap berjalan. Dan, pertumbuhan ekonomi 5,44 persen itu pulihnya konsumsi rumah tangga ke 52 persen," kata Airlangga.

Airlangga menyebut, tantangan ke depan tidak mudah. Tekanan ekonomi datang dari berbagai arah. Mulai dari pandemi Covid-19 yang belum sepenuhnya selesai dan adanya konflik Rusia-Ukraina.

Kata dia, dampak yang paling dirasakan adalah kenaikan harga energi dan harga-harga pangan. Namun, kenaikan harga energi dan pangan ini, di satu sisi memberi windfall (durian runtuh).

Airlangga mengatakan, Indonesia punya ketahanan pangan yang kuat karena produksi berasnya cukup bagus dalam tiga tahun terakhir. Sementara soal energi, RI punya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang bisa menjadi shock absorber atau peredam bantal kejut.

Karena itu, Airlangga optimis, pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai akhir tahun mencapai  5,2 persen dan inflasi 4,9 persen. Namun, kata Airlangga, soal inflasi ini perlu disesuaikan dengan kemampuan APBN. Karena tak mungkin APBN dipakai untuk menyerap semua guncangan global. "Harus ada katup pengaman yang kita buka," ujarnya.

Saat ini, kata dia, pemerintah menggelontorkan subsidi sebesar Rp 502 triliun agar BBM tidak naik. Pemerintah berusaha agar subsidi tersebut tidak meloncat ke angka Rp 600 triliun.

Ketua Umum Golkar ini mengakui, Pemerintah sedang melihat dan menghitung berbagai skenario agar subdisi BBM tidak naik. Pemerintah misalnya memantau terus pergerakan harga minyak dunia yang sekarang relatif melandai.

Baca juga : Lestari: Kegiatan Pramuka Bentuk Generasi Muda Tangguh

Pemerintah juga terus memelototi inflasi yang di beberapa bagian sudah mencapai 11 persen. Menurut dia, saat ini harga pangan  termasuk minyak goreng sudah mulai melandai. Memang beberapa waktu lalu sempat naik dalam rangka Idul Fitri.

Menurut dia, pemerintah juga menyiapkan skenario kalau harga minyak dunia terus naik ke angka 100 dolar AS. Salah satunya membuat program bantuan langsung tunai dan sebagainya. "Tentu skenario itu kita akan siapkan. Dan, tentu dari skenario itu, Pemerintah juga punya skenario untuk bantalan-bantalan sosial," ungkapnya.

Berapa besar anggaran bansos yang akan dikeluarkan, Airlangga tidak merinci. Kata dia, hal tersebut tergantung berapa penghematan yang bisa didapat dari kenaikan harga BBM dan kompensasi inflasi.

Jadi, kalau nanti ada penyesuaian harga BBM, alokasi bansos akan naik. "Alokasinya itu kita lihat nanti dari angka perhematan. Jadi tentu kalau ada penghematan akan ada alokasi yang disesuaikan dengan kenaikan," paparnya.

Bantuan lain yang akan terus digenjot adalah Kartu Prakerja. Menurut Airlangga, program semi bansos yang mengedepankan pendidikan ini sudah dinikmati 11 juta orang. Ke depan, pemerintah akan mendorong pelaksanaan secara luring.

Tahun depan, kata Airlangga, program bansos akan diserahkan kembali ke kementerian atau lembaga teknis. Beberapa perlindungan sosial itu misalnya penanggulangan kemiskinan ekstrem, pemberdayaan Usaha Mikra Kecil dan Menengah (UMKM), dan lainnya.

Kalau BBM naik apakah yakin ekonomi masih bisa tumbuh? Menurut Airlangga, tergantung pada beberapa hal. Pertama, perang Rusia-Ukraina. Sampai saat ini, kita tidak tahu kapan perang tersebut akan berakhir . Kedua, harga komoditas bisa saja turun, terutama kalau ada substitusi produk. Namun, sampai sementara ini belum melihat ada subtitusi. Jadi penurunan harga komoditas belum terlihat.

Baca juga : Rakyat Diminta Siap-siap Kalau Harga BBM Naik

Airlangga juga mengatakan, pemerintah lebih mengutamakan program berbasis produktivitas. Kenapa? karena ini bersifat longterm tidak instan.

Dia menambahkan, Pemerintah menargetkan investasi tahun ini Rp 1.200 triliun. Sampai Semester I sudah mendekati Rp 580 triliun. Tahun depan Pemerintah targetkan investasi Rp 1.400 triliun.

Apakah bisa? Airlangga optimis. Kata dia, di regional, ASEAN termasuk yang cukup bagus bagi investor. ASEAN juga dekat dengan supply chain baik di China maupun di AS. Sehingga,  jika nanti China pasca Oktober ada perbaikan ekonomi tentu akan ada penarik perbaikan.

Demikian pula Amerika Serikat (AS). Walaupun secara teknis disebut stagflasi karena sekarang dua pertumbuhannya negatif, inflasinya 8,5 persen, tapi dari segi Purchasing Managers Index (PMI)-nya naik terus. Artinya produktivitasnya terus berjalan.

“Jika di sana situasi mulai melandai, tentu ini juga akan menjadi engine ke depan. Tentu kita berharap tidak ada ketegangan baru di Laut China Timur," pungkasnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.