Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Bahaya, Jangan Sembarangan Unggah e-KTP atau KK ke Medsos

Minggu, 28 Juli 2019 20:33 WIB
Zudan Arif Fakrulloh (Foto: Istimewa)
Zudan Arif Fakrulloh (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Masyarakat diimbau tidak mudah mengunggah data kependudukan, seperti KTP elektronik (e-KTP), Kartu Keluarga (KK), atau Kartu Identitas Anak (KIA) ke media sosial. Sebab, data itu akan muncul dalam mesin pencari Google, sehingga mudah disalahgunakan bahkan diperjualbelikan oleh para "pemulung data". 

"Banyaknya gambar KTP-el dan KK yang tersebar di Google juga menjadi celah bagi oknum yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan kejahatan," kata Dirjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil),  Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Zudan Arif Fakrulloh, seperti dikutip kemendagri.go.id, Minggu (28/7).

Baca juga : Berhasil Taklukkan Pasangan Jepang, Ahsan dan Hendra Melaju ke Final Indonesia Open

Pernyataan Zudan menanggapi praktik jual beli data Nomor Induk Kependudukan (NIK), e-KTP, dan KK oleh sebuah grup tertutup Dream Market Official yang viral beberapa hari terakhir. Selama ini, kata Zudan, banyak sekali data dan gambar e-KTP serta KK berseliweran di medsos dan laman pencarian Google. 

"Sekadar contoh, ketik 'KTP elektronik' di Google, dalam sekedipan mata (0,46 detik) muncul 8.750.000 data dan gambar KTP elektronik yang gambarnya tidak diblur sehingga datanya terpampang atau terbaca dengan jelas. Begitu juga ketika ketik clue 'Kartu Keluarga' di Google, maka dalam waktu 0,56 detik muncul tak kurang 38.700.000 hasil data dan gambar KK," jelas Zudan. 

Baca juga : Dibantu Jepang, Pembangunan Jembatan Kuning Palu Dikebut

Bahkan, lanjut Zudan, masyarakat pun dengan enteng menyerahkan copy e-KTP, KK untuk suatu keperluan, seperti mengurus SIM dan lainnya melalui biro jasa. "Data KTP-el dan Nomor HP kita itu sudah kita sebarluaskan sendiri saat masuk hotel, perkantoran, dan lain-lain. Tak ada jaminan data tadi aman tidak dibagikan ke pihak lain sehingga muncul banyak penipuan," kata Zudan.

Begitu juga ketika mengisi ulang pulsa di konter atau warung kerap diminta menulis sendiri nomor HP di sebuah buku. Data Nomor HP di buku tadi ternyata laku dijual dan ada pembelinya. 

Baca juga : Bandung Barat Kembangkan Tanaman Obat Skala Nasional

"Jadi saya pastikan data kependudukan yang dijualbelikan itu bukan berasal dari Dukcapil. Saya juga ingin memastikan bahwa data NIK serta KK tersimpan aman di data base Dukcapil dan tidak bocor seperti dugaan masyarakat," kata Zudan. [USU]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.