Dark/Light Mode

50 Tahun Gagal Tekan Kasus DBD

Menkes Tawarkan Wolbachia

Rabu, 29 November 2023 07:30 WIB
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin (kiri) mengikuti Rapat Kerja dan Rapar Dengar Pendapat dengan Komisi IX DPR di Gedung Nusantara I, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (28/11/2023). Rapat tersebut membahas penjelasan terkait implementasi teknologi Wolbachia dalam pengendalian dengue di Indonesia. (Foto: Dwi Pambudo/Rakyat Merdeka/RM.id)
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin (kiri) mengikuti Rapat Kerja dan Rapar Dengar Pendapat dengan Komisi IX DPR di Gedung Nusantara I, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (28/11/2023). Rapat tersebut membahas penjelasan terkait implementasi teknologi Wolbachia dalam pengendalian dengue di Indonesia. (Foto: Dwi Pambudo/Rakyat Merdeka/RM.id)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pemerintah mengakui dalam kurun waktu 50 tahun terakhir gagal menangani penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD).

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, segala upaya telah dilakukan Pemerintah, tapi masih jauh dari batas maksimal yang telah ditetapkan World Health Orga­nization (WHO).

Untuk diketahui, WHO menargetkan setiap negara bisa menekan kasus DBD minimal 10 per 100 ribu penduduk. Namun, prevalensi DBD di Indonesia dilaporkan berkali-kali lipat dari jumlah tersebut, yakni 28,5 bahkan 80 penduduk. Bahkan, di Yogyakarta sempat mencapai 300 per 100 ribu penduduk.

“Penanggulangan selama 50 tahun terakhir, Pemerintah su­dah melakukan segala macam intervensi dan program, meng­habiskan mungkin ratusan miliar sampai triliunan rupiah, tapi ka­sus DBD tidak turun-turun,” kata Budi dalam Rapat Kerja dengan Komisi IX DPR di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (28/11/2023).

Baca juga : Syarat Indonesia Jadi Negara Maju, Menkes: Masyarakatnya Harus Sehat

Eks Wakil Menteri BUMN ini mengungkapkan, program yang dilakukan dalam kurun waktu tersebut meliputi intervensi lingkungan, vektor dan manusia.

Intervensi lingkungan dilakukan dengan cara mengu­rangi habitat larva seperti pembangunan pipa air, menguras, membersihkan dan daur ulang wadah air.

Kemudian, bentuk intervensi pada vektor dilakukan dengan cara penyemprotan zat kimia pembunuh larva dan penggunaan zat kimia pembunuh nyamuk de­wasa menggunakan pengasapan.

Sedangkan, intervensi pada manusia dilakukan dengan cara mengubah perilaku dan tempat tinggal manusia, hingga pembe­rian vaksinasi dengue.

Baca juga : DKI Sebar Nyamuk Wolbachia

Untuk itu, Budi memperke­nalkan metode terbaru berupa inovasi nyamuk Wolbachia yang dapat menurunkan replikasi vi­rus dengue pada nyamuk Aedes Aegypti, sehingga dapat mengu­rangi kapasitas nyamuk tersebut sebagai vektor dengue.

Dia menegaskan, Wolbachia merupakan bakteri alami, bukan rekayasa genetik seperti yang banyak diviralkan.

Budi menuturkan, bakteri Wol­bachia nyaris ada di seluruh se­rangga, termasuk nyamuk. Arti­nya, keberadaaan Wolbachia selama ini bukanlah sesuatu yang dibuat-buat. Terlebih, wol­bachia tidak bisa bertahan hidup di luar tubuh serangga, dan tidak bisa menginfeksi manusia.

Strateginya, dengan mema­sukkan bakteri wolbachia ke dalam vektor pembawa dengue, yakni nyamuk aedes aegypti.

Baca juga : Tekan Kasus Stunting Di DKI, Ini Saran Anggota DPR Christina Aryani

Pemerintah juga berencana memperbanyak jumlah populasi nyamuk Wolbachia demi menangani kasus DBD.

“Ini nggak banyak yang dise­bar. Disebar hanya 10 persen dari populasi nyamuk Aedes Aegypti,” jelasnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.