Dark/Light Mode

Kementan Apresiasi Pembangunan 4 Embung Di Getasan, Semarang

Selasa, 30 Januari 2024 18:26 WIB
Ketua Kelompok Dampak Perubahan Iklim Ditjen Hortikultura Kementan, Muhammad Agung Sanusi. Foto: Istimewa
Ketua Kelompok Dampak Perubahan Iklim Ditjen Hortikultura Kementan, Muhammad Agung Sanusi. Foto: Istimewa

RM.id  Rakyat Merdeka - Direktorat Jenderal (Ditjen) Hortikultura menyambut gembira kebijakan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang bakal membangun empat lokasi embung di provinsi Jawa Tengah.

Menurutnya, kebijakan ini bakal mendongkrak secara signifikan produktivitas para petani komoditas hortikultura utamanya bawang dan cabe.

Sebagaimana diketahui, Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juana bakal membangun empat lokasi embung untuk menunjang kebutuhan air para petani hortikultura di Jawa Tengah.

Empat lokasi embung itu antara lain, Embung Cingklok, Embung Pulihan, Embung Kaliajeng, dan Embung Batur. Empat Embung itu bakal mengaliri 1.034 hektare lebih lahan pertanian hortikultura di Jawa Tengah.

"BBWS Pemali-Juana ini memang banyak bersinggungan dengan lokasi-lokasi petani 'Champion' binaan kami. Tentunya (pembangunan embung) ini sangat bermanfaat bagi kami terutama dalam mendukung dan menjaga produktivitas cabe dan bawang merah dalam menunjang kebutuhan dan ketersediaan wilayah Jabodetabek," kata Ketua Kelompok Dampak Perubahan Iklim Ditjen Hortikultura Kementan, Muhammad Agung Sanusi dalam Forum Group Discussion (FGD) bertajuk Layanan Irigasi Non Padi, di Kota Semarang, Senin (29/1/2024).

Agung menuturkan, kebutuhan cabe dan bawang merah untuk masyarakat Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) sebagian besar dipasok dari Provinsi Jawa Tengah.

Adapun sentra utama cabe di Jawa Tengah ini meliputi Magelang, Semarang, Banjarnegara, dan Temanggung, sementara untuk bawang merah meliputi Brebes, Tegal, Pati, Kendal, Demak, dan Grobogan.

Baca juga : Banteng Tetap Selow

Agung bilang, air merupakan salah satu problem yang dihadapi sentra-sentra cabe dan bawang dalam menjaga kelangsungan produksinya, terutama saat musim-musim off-season yakni di periode Juli-September.

Sebab di sepanjang bulan tersebut merupakan musim kemarau sehingga tak sedikit petani yang memutuskan menunda musim tanamnya.

"Tanam cabe dan bawang merah biasanya pada bulan Agustus untuk mengamankan Desember yang merupakan natal dan tahun baru. Sementara di musim off-season ini, kondisi air terbatas sehingga panen sedikit harga naik. Di Desember - Januari itu biasanya harga naik karena produksinya kurang," ungkapnya.

Agung mewakili Ditjen Hortikultura Kementan menyampaikan terima kasih dan apresiasi sebesar-besarnya atas kebijakan Kementerian PUPR membangun empat titik embung di Jawa Tengah ini.

Dia yakin hadirnya embung ini bakal mampu memaksimalkan produktivitas petani-petani hortikultura terutama di sentra-sentra cabe dan bawang merah ini.

"Apalagi cakupan pemanfaatan embung ini sangat luas. Tentu dampaknya akan sangat luar biasa," ungkapnya.

Dia pun memastikan pihaknya siap men-support dan mensinkronkan rencana pembangunan empat titik embung ini untuk menyangga kebutuhan cabe dan bawang merah nasional.

Baca juga : Ratusan Ribu Orang Ikuti Kirab Kebangsaan Prabowo-Gibran di Simpang Lima Semarang

Mengingat di Ditjen Hortikultura Kementan juga ada kebijakan fasilitasi kebutuhan antisipasi dampak perubahan iklim seluas 200 hektare pada tahun 2024 melalui bantuan pompa serta pembuatan sumur dalam dan sumur dangkal di wilayah sentra sentra penyangga cabai dan bawang merah.

"Saya lihat untuk beberapa lokasi embung seperti Purilahan yang tadinya hanya 200-an hektar, namun adanya embung bisa (mengairi) 358 hektare. Embung di Kaliajeng juga (mengairi) 311 hektare dan embung Batur bisa 321 hektare. Jadi kelihatan betapa pentingnya embung ini untuk komoditi hortikultura," ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, dia juga usul agar pembangunan embung ini masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Sehingga target Pemerintah, khususnya di wilayah sentra penyangga cabe dan bawang merah yang selalu bermasalah dengan inflasi nasional bisa diatasi.

Makanya, dia berharap di tahun 2024 ini, ada target-target khusus dalam kebijakan membangun embung setiap tahunnya sebagai upaya meminimalkan dampak inflasi khusus di komoditi cabe dan bawang merah terutama di wilayah Jawa.

"Kita berharap Indonesia menjadi jauh lebih baik dengan pengaturan embung di titik-titik penyangga cabe dan bawang nasional," pungkasnya.

Di tempat yang sama, perwakilan BBWS Pemali-Juana Dewi Sinta menuturkan, sejatinya pembangunan jaringan irigasi untuk pengembangan pertanian hortikultura ini sudah berjalan sejak 2021.

Adapun wilayah kerja BBWS Pemali-Juana ini berada di wilayah Sungai WS Jratun Seluna, yang meliputi Kabupaten Kendal, Semarang, Demak, Kudus, Pati, Jepara, Boyolali, Sragen dan kota Semarang dan Salatiga.

Baca juga : The Moving Restaurant Hadirkan Sensasi Bersantap Makanan Jepang Dengan Unik

Dewi menuturkan, pengembangan irigasi di BBWS Pemali-Juana ini merupakan hasil tindak lanjut dari kunjungan kebijakan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) pada tahun 2019 lalu yang mendorong agar dikembangkan irigasi mikro di Jawa Tengah.

"Di situ disampaikan bahwa memang diperlukan pilot project pengembangan irigasi hortikutura dengan perencanan embung untuk meningkatkan pertanaman hortikultura," katanya.

Dari kebijakan Bappenas itu pula, sambung dia, pihaknya kemudian ditugaskan oleh Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR untuk melaksanakan SID dengan output embung di Semarang. Embung ini berfungsi untuk mengaliri 1.000 hektare lahan pertanian hortikultura.

"Kami lalu identifikasi pertanian hortikultura ini tingkat produksinya seperti apa, kami lakukan scoring, ternyata Semarang ini memiliki komoditas (pertanian) paling banyak dibanding kabupaten lain," ungkapnya.

Dari Semarang ini pula, pihaknya kemudian mengidentifikasi lokasi-lokasi yang sesuai untuk membangun embung sehingga diputuskan untuk membangun empat titik lokasi embung di Kecamatan Getasan, Semarang.

Ke empat lokasi embung itu yakni, pertama, embung Cingklok untuk pelayanan irigasi di areal seluas 39,79 hektare yang berada di Desa Tajuk, Getasan.

Kedua, embung Pulihan dengan layanan areal pertanian sekitar 358,35 hektre yang berada di dusun Pulihan, desa Tajuk. Ketiga, embung Kaliajeng luas area pertanian 311,04 haktare di dusun Kaliajeng, dan terakhir embung Batur di dusun Godang, Desa Batur untuk luas areal layanan 321,22 hektare. "Total keseluruhan sekitar 1034 hektare," ungkapnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.