Dark/Light Mode

Usai Starlink Elon Musk Masuk Indonesia

Menkominfo: Operator Harus Berdaya Saing

Sabtu, 20 April 2024 07:30 WIB
Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi (kanan) berbincang dengan Pendiri dari Organisasi Nirlaba Tony Blair Insitute, Tony Blair (kiri) saat berkunjung di Kantor Kementerian Kominfo, Jakarta, Jumat (19/4) Foto : ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/aww.
Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi (kanan) berbincang dengan Pendiri dari Organisasi Nirlaba Tony Blair Insitute, Tony Blair (kiri) saat berkunjung di Kantor Kementerian Kominfo, Jakarta, Jumat (19/4) Foto : ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/aww.

RM.id  Rakyat Merdeka - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengingatkan operator seluler di Indonesia untuk meningkatkan kualitas pelayanannya kepada konsumen. Hal tersebut menyikapi masuknya Satelit Starlink milik Elon Musk ke Tanah Air

MENKOMINFO Budi Arie Setiadi mengatakan, masuknya layanan Starlink ke Indonesia bisa menjadi tantangan baru bagi penyelenggara layanan telekomunikasi atau operator seluler lokal. Mau tidak mau, mereka harus meningkatkan kualitasnya.

“Ini juga menjadi pemicu bagi semua operator seluler di Indonesia untuk segera melaku­kan inovasi dan memberikan pelayanan yang jauh lebih baik bagi masyarakat,” ujar Budi Arie dalam keterangan pers di Jakarta, Jumat (19/4/2024).

Menurut Budi Arie, teknologi yang terus berkembang se­lalu membawa kemajuan serta memberikan banyak dampak. Salah satunya Starlink, yang membawa teknologi baru pada bidang konektivitas satelit Low Earth Orbit (LEO).

“Pengembangan teknologi baru selalu ada disrupsi dan Starlink ini juga mendisrupsi dengan teknologi satelit LEO-nya,” tuturnya.

Pendiri Relawan Projo ini menekankan arti penting konektivitas satelit di Indo­nesia. Starlink nantinya akan menjalankan fungsinya untuk melayani wilayah-wilayah yang tidak dapat dijangkau jaringan infrastruktur kabel serat op­tik. Khususnya wilayah Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T) seperti di banyak wilayah Timur Indonesia.

“Dengan keunikan kondisi geografis kita, tentu pilihan teknologi tidak bisa dipukul rata. Untuk di kota mungkin bisa pakai optik, cuma untuk daerah-daerah rural atau 3T maka teknologi satelit ini bisa ekonomis,” jelasnya.

Baca juga : Dede Yusuf Disiapkan Maju Pilgub DKI Jakarta

Budi Arie memastikan Pemerintah tidak akan memberikan keistimewaan terhadap Star­link. Seluruh perusahaan akan mendapat perlakuan adil.

Kemenkominfo juga telah meminta Starlink mengikuti aturan dan regulasi yang ada di Indonesia. Hal itu penting untuk menciptakan persaingan yang setara antar perusahaan penye­lenggara layanan telekomunikasi di Tanah Air. Semua perusahaan telekomunikasi wajib mematuhi peraturan yang berlaku.

“Kami tidak memberikan favoritism, tetapi juga kita mem­berikan fair treatment kepada semua perusahaan yang bergerak di sektor telekomunikasi,” te­gasnya.

Menurut Budi Arie, Starlink akan diuji coba di IKN pada Mei mendatang. Harapannya, dalam waktu dekat ini Starlink sudah dapat melayani seluruh masyarakat Indonesia.

Terpisah, Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) memandang kehadiran Starlink bukan sebagai ancaman.

Chief Business Officer IOH Muhammad Danny Buldansyah tidak begitu khawatir bersaing dengan Starlink.

Menurutnya, Starlink jauh lebih berpotensi bersaing dengan penyedia layanan Very Small Aperture Terminal (VSAT) yang sama-sama mengandalkan ke­canggihan satelit. Sementara, banyak produk Indosat mengan­dalkan internet seluler.

Baca juga : Khofifah Yakin, MK Kuatkan Kemenangan Prabowo-Gibran

“Bagi kami, kompetisi yang paling banyaknya itu head to head-nya dengan penyelenggara VSAT, bukan dengan seluler,” tutur Danny.

Meski demikian, Danny me­mandang potensi persaingan memang tidak menutup kemung­kinan. Segala bentuk persaingan dinilai sebagai hal lumrah. Per­saingan yang dihadapi IOH juga tidak hanya dengan Starlink.

“Jangan lupa, Starlink itu sekarang. Nanti satu tahun ke­mudian lagi ada yang namanya Warn Web, ada yang namanya Quipper, Orbit dan lain sebagainya,” paparnya.

Namun nantinya, untuk ma­salah persaingan ini akan bergan­tung kembali kepada Pemerintah Indonesia yang memberikan izin untuk produk-produk tersebut hadir ke Indonesia.

“Tentu nanti sama-sama akan berkompetisi dalam bentuk ser­vice, harga, coverage dan lain­nya. Sekarang bagi kami yang terpenting ada di level playing field yang sama. Tidak ada ke­berpihakan,” harapnya.

Danny menyoroti masalah persyaratan yang perlu dipenuhi oleh Starlink sebelum beroperasi di Tanah Air, yakni sebagai penyedia VSAT dan penyelenggara internet (ISP).

“Kalau kita lihat Starlink ini masih belum selesai izin-izinnya ya, sehingga belum bisa jalan,” jelasnya.

Baca juga : Ketua KPU Jadi Bahan Gunjingan Netizen

Menukil di situs Starlink Indonesia, harga Starlink di Indonesia dibanderol Rp 750.000 per bulan. Biaya ini berlaku untuk paket perumahan.

Namun harga Rp 750 ribu per bulan ini belum termasuk biaya perangkat yang berfungsi menerima internet dari satelit ala router. Nah, harga perangkat ini dibanderol Rp 7,8 juta.

Selain paket rumahan, penye­dia layanan internet satelit milik SpaceX ini juga menyediakan paket bernama 'Jelajah' dan 'Kapal'.

Jelajah disediakan untuk orang-orang yang bepergian ke tempat terpencil, sedangkan Kapal untuk yang sedang berada di tengah laut atau perahu.

Layanan dengan jangkauan yang canggih ini sangat dibutuh­kan oleh masyarakat. Soal harga, akan menjadi pertimbangan berikutnya bagi pengguna untuk memilih layanan.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.