Dark/Light Mode

BUMN Kudu Gercep Hadapi Dampak Konflik Iran-Israel

Sabtu, 20 April 2024 07:05 WIB
Menteri BUMN Erick Thohir. (DOK.PT Pertamina (Persero))
Menteri BUMN Erick Thohir. (DOK.PT Pertamina (Persero))

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir gercep menyikapi gejolak ekonomi dunia akibat meningkatnya eskalasi konflik Iran dengan Israel. Erick menyerukan perusahaan pelat merah agar mengambil langkah cepat untuk meminimalisasi dampak memanasnya kondisi di Timur Tengah (Timteng). 

Erick mengatakan, inflasi Amerika Serikat (AS) sebesar 3,5 persen membuat the Fed (Bank Sentral AS Federal Reserve), enggan menurunkan suku bunga acuan (Fed Fund Rate) dalam waktu dekat.

Menurutnya, tingkat inflasi di AS yang sulit turun itu, salah satunya dipicu kenaikan harga energi.

Ia menerangkan, situasi perang saat ini (Iran vs Israel) membuat harga energi global akan sulit turun. Akibatnya, Bank Sentral di seluruh dunia akan meresponsnya dengan menunda pemangkasan suku bunga acuan.

“Situasi geopolitik juga akan semakin bergejolak, dengan memanasnya konflik Israel dan Iran,” ujar Erick di Jakarta, Jumat (19/4/2024).

Baca juga : Rakyat India Serbu TPS, PM Modi Diunggulkan

Ia menilai, kondisi saat ini memicu menguatnya dolar AS terhadap rupiah dan mendongkrak harga minyak WTI (West Texas Intermediate) dan pent, yang masing-masing telah menembus 85,7 dolar AS (setara Rp 1,39 juta) dan 90,5 dolar AS (Rp 1,47 juta) per barel.

“Harga minyak ini, bahkan diprediksi beberapa ekonom bisa mencapai 100 dolar AS (Rp 1,6 juta) per barel, apabila konflik meluas dan melibatkan Amerika Serikat,” katanya.

Ia menyampaikan, dua hal tersebut telah melemahkan rupiah menjadi Rp 16.000-16.300 per dolar AS dalam beberapa hari ke belakang.

Bahkan, nilai tukar ini bisa mencapai lebih dari Rp 16.500 apabila tensi geopolitik tidak menurun. Menurut Erick, situasi ekonomi dan geopolitik tersebut sudah dan akan berdampak kepada Indonesia.

Hal ini terlihat, melalui capital outflows (aliran modal keluar asing) dari negara berkembang, membuat kenaikan imbal hasil obligasi, kenaikan suku bunga pasar dana (funding market) dan akhirnya kredit. Saat ini, imbal hasil obligasi negara pun sudah di 6,98 persen.

Baca juga : Warga Jakarta Lebih Sehat Dan Sejahtera

Begitu juga biaya impor bahan baku dan pangan semakin mahal, karena adanya gangguan rantai pasok.

“Dan ini akan menggerus neraca perdagangan Indonesia,” sambungnya.

Oleh karena itu, Erick yang juga Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) itu meminta, perusahaan BUMN melakukan langkah cepat dalam meminimalisasi dampak global.

Yakni melalui peninjauan ulang biaya operasional belanja modal, utang yang akan jatuh tempo, rencana aksi korporasi, serta melakukan uji stres dalam melihat kondisi BUMN dalam situasi terkini.

Tak hanya itu, ia meminta BUMN perbankan menjaga secara proporsional porsi kredit yang terdampak oleh volatilitas rupiah, suku bunga dan harga minyak.

Baca juga : Manchester City Vs Chelsea, Duel Pelampiasan

Mantan bos Klub Inter Milan itu menyebutkan, beberapa BUMN yang terdampak pada bahan baku impor dan BUMN dengan porsi utang luar negeri (dalam dolar AS) yang besar, di antaranya PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN, BUMN Farmasi, Mind ID.

BUMN-BUMN ini, lanjut Erick, agar mengoptimalkan pembelian dolar AS dengan tepat guna, bijaksana dan sesuai prioritas dalam memenuhi kebutuhannya.

“Arahan saya kepada BUMN untuk mengoptimalkan pembelian dolar, artinya adalah terukur dan sesuai dengan kebutuhan. Bukan memborong. Intinya adalah, jangan sampai berlebihan, kita harus bijaksana dalam menyikapi kenaikan dolar saat ini,” tegasnya.

Arahan Erick itu sejalan dengan yang disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara dalam mengantisipasi dampak lanjutan dari gejolak geopolitik dan ekonomi global.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.