Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Kapal Pengawal Nelayan Diganti Kapal Perang

Jokowi Datang, China Nantang

Kamis, 9 Januari 2020 07:58 WIB
Presiden Jokowi berjalan di Pangkalan Angkatan Laut Terpadu Selat Lampa, Natuna, Kepulauan Riau, Rabu (8/1). (Foto: Sekretariat Kabinet)
Presiden Jokowi berjalan di Pangkalan Angkatan Laut Terpadu Selat Lampa, Natuna, Kepulauan Riau, Rabu (8/1). (Foto: Sekretariat Kabinet)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kehadiran Presiden Jokowi ke Natuna tak membuat China gentar. Mereka malah mengganti kapal pengawal nelayan dengan kapal perang. Nantang nih?

Kemarin pagi, Jokowi terbang ke Kabupaten Natuna. Ada tiga agenda yang dijalani Jokowi di Natuna. Pagi-pagi, dia menemui ratusan nelayan, di Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Selat Lampa.

Kepada para nelayan, da menegaskan, Natuna merupakan bagian teritori Indonesia. “Dari dulu sampai sekarang, Natuna ini adalah Indonesia,” tegas Jokowi.

Usai menemui nelayan, Jokowi lalu membagikan sertipikat tanah, dan terakhir meninjau kapal perang yang tengah bersandar di Pangkalan Angkatan Laut Terpadu Selat Lampa.

Ada dua kapal perang yang sedang bersandar, yaitu KRI Usman Harun dan KRI Karel Satsuit Tubun. Jokowi yang mengenakan jaket bomber itu, tiba Pangkalan Angkatan Laut sekitar pukul 11 siang. Ikut mendampingi adalah Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto, Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko, dan Menteri ESDM, Arifin Tasrif.

Baca juga : China Keras Kepala

Tiba di lokasi Jokowi langsung menyapa awak kapal. Jokowi menegaskan, kedatangannya untuk memastikan adanya penegakan hukum hak berdaulat Indonesia atas sumber daya alam di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).

“Kenapa di sini hadir Bakamla dan Angkatan Laut? Untuk memastikan penegakan hukum yang ada di sini,” katanya. Jokowi mengetahui ada kapal asing yang memasuki wilayah ZEE Indonesia.

Di wilayah tersebut kapal asing memang bisa melintas dengan bebas. Hanya saja, kata dia, di zona tersebut Indonesia memiliki hak atas kekayaan alam di dalamnya dan berhak menggunakan kebijakan hukumnya.

Karena itu, apabila terdapat kapal asing yang memanfaatkan kekayaan alam di dalamnya secara ilegal, maka Indonesia memiliki hak berdaulat untuk menangkap atau menghalau kapal asing tersebut.

Jokowi kemudian menaiki KRI Usman Harun dan selama 10 menit meninjau situasi perairan Natuna bersama rombongan.

Baca juga : Jokowi Garang Juga Ke China

Seskab, Pramono Anung menegaskan, kehadiran Jokowi ke Natuna merupakan bentuk keseriusan pemerintah dalam konflik di Natuna. Menurutnya, apa yang dilakukan Jokowi dalam menghadapi polemik dengan China akan mendapat dukungan dari rakyat.

Sementara itu, kapal nelayan China masih belum pergi dari perairan ZEE Natuna Utara. Mereka masih anteng mencari ikan dan mendapat pengawalan dari dua kapal penjaga pantai China. Bahkan, China mendatangkan lagi dua kapal penjaga pantai untuk menambah kekuatan.

Kapal penjaga pantai China berjenis fregat. Fregat merupakan kelas perusak dilengkapi rudal, meriam, senapan mesin, dan torpedo. Dua kapal itu diberangkatkan dari Nansha, China. Saat ini sedang dalam perjalanan menuju Natuna. Selain dua kapal itu, ada satu kapal logistik yang ikut bergerak.

Jubir Menhan Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan, Saat ini, kapal penjaga pantai Indonesia terus patroli untuk mengusir Coast Guard China. “Kalau yang datang kapal perang, lanjut dia, tentu sikap dan penyikapan pemerintah akan berbeda,” kata Dahnil, kemarin.

Anggota Komisi I DPR, Fadli Zon mengingatkan, kehadiran Jokowi di Natuna justru mempertaruhkan wibawa negara. Karena itu, harus membawa dampak luas dan besar juga berwibawa.

Baca juga : Dinilai Tak Ada Perkembangan, MAKI Sambangi Kejagung

“Kita lihat dampaknya beberapa hari ke depan, kalau ternyata masih ada kapal-kapal yang terus melintas batas tidak pada tempatnya, secara ilegal, berarti kunjungan itu kan dianggap tidak ada oleh mereka,” kata Fadli.

Sementara itu, China berharap persoalan ini tidak dibesar-besarkan. Negeri Tirai Bambu itu berharap Indonesia mengutamakan hubungan bilateral yang sudah terjalin selama hampir 70 tahun ketimbang berselisih soal perairan Natuna.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang mengatakan, Beijing dan Jakarta sudah berdialog secara diplomatik menyelesaikan kisruh tersebut. “China-RI adalah mitra strategis terpadu.

Persahabatan dan kerja sama di antara kami adalah yang utama, sementara perbedaan hanya lah percabangan,” kata Geng dalam jumpa pers di Beijing seperti dikutip dalam pernyataan yang dirilis Kemlu China, kemarin.

Geng menuturkan China selalu memandang hubungan bilateral dengan Indonesia dari perspektif strategis dan jangka panjang. Ia berharap Indonesia juga akan melakukan hal serupa. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.