Dark/Light Mode

Antisipasi Jatuhnya Harga Cabe, Kementan Siapkan Sejumlah Jurus

Selasa, 12 Mei 2020 12:52 WIB
Cabe rawit merah siap disebar ke pasaran.
Cabe rawit merah siap disebar ke pasaran.

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyampaikan, pihaknya kini tengah fokus pada penyediaan 11 bahan pokok penting. Hal tersebut tidak lain agar masyarakat mendapatkan kepastian pangan di tengah pandemi Covid-19 serta mengantisipasi agar tidak terjadi gejolak harga menjelang Hari Raya Idul Fitri.

Cabe yang merupakan salah satu dari 11 barang kebutuhan pokok dan penting kini sudah tersedia berlimpah. Sebagian besar wilayah sentra mulai panen raya sejak bulan April lalu dan diprediksi panen berlangsung hingga Juli mendatang.

Melimpahnya hasil panen tersebut ternyata tidak sebanding dengan permintaan pasar saat ini akibat kebijakan PSBB di beberapa daerah tujuan pasar. Akibatnya memang terjadi kelebihan pasokan yang berdampak pada jatuhnya harga sehingga petani kekurangan modal untuk menanam kembali. 

Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto mengungkapkan, kondisi saat ini di luar prediksi karena sebelumnya pihaknya sudah mengatur pola tanam dan membuat peringatan dini dalam bentuk data Early Warning System (EWS) yang dikirimkan ke seluruh wilayah setiap bulan. 

Baca juga : Mitigasi Covid-19, Kemenhub Siapkan Anggaran Rp 303 M

“Tujuannya tak lain untuk mencegah terjadinya over supply. Namun yang terjadi saat ini kejadian di luar kendali kami,” tanggapnya melalui keterangan tertulisnya, Sabtu (9/5).

Meski demikian, Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) saat ini sudah melakukan berbagai upaya untuk menekan jatuhnya harga. Di antaranya, kata Prihasto, sistem tunda jual yang sudah disosialisasikan ke Petugas Dinas Pertanian dan Petani Champion cabe di seluruh wilayah sentra sejak awal April. 

“Teknisnya Direktorat Jenderal Hortikultura memfasilitasi sewa cool storage di beberapa wilayah yang dapat digunakan petani untuk menyimpan hasil panen petani," kata pria yang akrab disapa Anton itu. 

“Nanti dijual ketika harga sudah membaik. Kami juga fasilitasi biaya distribusi dari daerah produksi surplus ke daerah minus," lanjut dia. 

Baca juga : Dua Warga Gowa Sulsel Kembalikan Sembako

Anton juga berpesan agar petani lebih cerdas dan tidak kaku dalam berbudidaya. Misalnya dengan pola budidaya tumpangsari. 

“Jadi tidak hanya menanam cabe saja, tapi tumpangsari dengan komoditas lainnya sehingga jika harga cabe jatuh, masih ada pemasukan dari komoditas lain yang masih memberikan keuntungan," ungkap Anton. 

Tak hanya itu, dalam rangka mendukung program penanganan dampak Covid-19 terhadap kelompok tani. Direktorat Jenderal Hortikultura telah merelokasi anggaran untuk memfasilitasi bantuan benih hortikultura. Antara lain benih cabe, sayur-sayuran lainnya dan benih buah-buahan.

Berdasarkan data EWS bulan Agustus hingga Oktober mendatang, produksi khususnya untuk aneka cabe diprediksi mengalami surplus nasional yang sangat tipis. Hanya sekitar 5 ribu-9 ribu ton pada September-Oktober. Hasil produksi tersebut dampak dari mulai terjadinya musim kemarau dan menurunnya minat tanam petani karena rendahnya harga yang terjadi saat ini.

Baca juga : Bantu UMKM Terdampak Corona, Pemerintah Siap Gelontorkan Pembiayaan Baru

“Hal tersebut menjadi perhatian pemerintah. Sehingga dengan kebijakan bantuan benih yang diberikan, kami berharap petani tetap dapat menanam pada bulan Mei-Juni ini sehingga produksi cabe nantinya dapat memenuhi permintaan pasar," tutup Anton.[KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.