Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Menkes: Kesehatan Salah Satu Modal Utama Capai Target Indonesia Emas 2045
- Jangan Sampai Kehabisan, Tiket Proliga Bisa Dibeli di PLN Mobile
- Temui Cak Imin, Prabowo Ingin Terus Bekerjasama Dengan PKB
- Jaga Rupiah, BI Naikkan Suku Bunga 25 Bps Jadi 6,25 Persen
- Buntut Pungli Rutan, KPK Pecat 66 Pegawainya
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Tanaman Obat, Baik Untuk Imunitas Sekaligus Pengungkit Ekonomi Petani
Jumat, 3 Juli 2020 13:25 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Hortikultura memacu produksi tanaman obat di tengah pandemi Covid-19.
Selain bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh, tanaman obat juga berdampak baik pada peningkatan ekonomi masyarakat, terutama petani.
Demikian terungkap pada virtual literacy bertajuk ‘Tanaman Obat sebagai Peningkat Imunitas Tubuh’, Kamis (2/7).
Virtual Literacy tersebut dibuka oleh Sekretaris Ditjen Hortikultura Kementan Retno Sri Hartati Mulyandari dan diikuti lebih dari 3.000 peserta secara virtual baik melalui zoom meeting maupun live streaming melalui YouTube.
Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Kementan Tommy Nugraha saat menyampaikan pidato kunci menjelaskan bahwa di masa pandemi Covid-19, perlu berbagai upaya untuk meningkatkan imunitas agar tubuh mampu bertahan dalam menghadapi berbagai penyakit.
“Dengan berbagi pengetahuan, bisa membuka mata mengenai pentingnya tanaman obat untuk meningkatkan imunitas,” katanya.
Baca juga : Menaker Siapkan Tiga Jurus Jitu Atasi Pengangguran Akibat Covid
Dia menjelaskan bahwa Indonesia memiliki beragam potensi tanaman obat. Beberapa di antaranya sudah dimanfaatkan sejak zaman nenek moyang.
Kementan, katanya, akan terus memperhatikan pemanfaatan tanaman obat. Apalagi secara ekonomi, pemanfaatan tanaman obat memberi manfaat yang sangat positif. “Tanaman obat juga bisa memberi kontribusi pada ekspor Indonesia, seperti jahe, kunyit, dan kapulaga,” kata Tommy.
Kepala Balai Penelitian Tanaman Obat dan Rempah Evi Savitri mengungkapkan, sebagai negara yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi, Indonesia punya banyak potensi tanaman obat.
“Ada setidaknya 10.000 jenis tumbuhan yang memiliki potensi sebagai tanaman obat,” katanya.
Informasi dari Badan Riset Dan Inovasi Nasional (BRIN), setidaknya ada 15 jenis tanaman yang potensial untuk menangkal Covid-19.
Evi mengungkapkan, beberapa jenis tanaman obat tersebut diantaranya adalah temu lawak, kunyit, temu managga, kencur, meniran, sambiloto, dan yang banyak dicari saat pandemi Covid-19 merebak, adalah jahe.
Baca juga : Masyarakat Kepulauan Seribu Senang Ekonomi Bangkit Lagi
Evi menuturkan, tanaman-tanaman obat tersebut sudah terbukti dalam pengujian laboratorium mengandung bahan-bahan yang bermanfaat sebagai imunostimulan seperti flavanoid.
“Dari uji moleculer docking, beberapa tanaman obat terbukti mampu menghambat virus Corona. Tentu masih butuh pengujian lebih lanjut,” katanya.
Menurut Evi, Kementan sudah merilis sejumah varietas unggul tanaman obat dengan produktivitas dan memiliki kandungan imunostimulan tinggi dibanding varietas yang sudah ada. Di antaranya adalah dua varietas jahe merah, jahe putih, temu lawak 3 varietas, kunyit 4 varietas, dan pegagan 2 varietas.
Sementara, Chevi Permadi, Ketua Kelompok Tani Berkah Alam di Sukabumi, menyatakan usaha budidaya tanaman obat sangat prospektif karena permintaan yang terus meningkat. “Apalagi saat pandemi Covid-19, kami sangat kewalahan memenuhi permintaan,” katanya.
Chevi mengungkapkan, sebagai kelompok penangkar benih, biasanya permintaan pada awal tahun (Januari-April) tidaklah banyak bahkan cenderung berkurang karena sudah melewati musim tanam.
Namun demikian, saat pandemi Covid-19 merebak, permintaan pada periode tersebut justru melonjak hingga 200%. “Itu belum termasuk permintaan jahe untuk konsumsi,” katanya.
Baca juga : Protokol Kesehatan Untuk Artis Sebagus Mungkin
Secara hitung-hitungan, budidaya jahe merah menguntungkan. Chevi mengungkapkan dalam satu hektare lahan butuh investasi sebesar Rp 70,2 juta untuk kebutuhan benih, pupuk, dan tenaga kerja.
Panen yang dihasilkan bisa mencapai 15 ton bahkan hingga 18 ton jika benih dan pupuk yang digunakan berkualitas baik.
Dengan asumsi harga per kilogram jahe merah sebesar Rp10.000, maka panen jahe merah bisa meraih omset sebesar Rp150 juta.
Setelah dikurangi investasi, maka keuntungan yang diperoleh petani bisa mencapai Rp79,8 juta. “Jika dirata-rata, penghasilan petani mencapai Rp5 juta per bulan,” katanya.
Kepala Bidang Humas Industri Jamu dan Farmasi PT Sido Muncul Tbk Bambang Supartoko menyatakan pentingnya peningkatan produksi tanaman obat. Pasalnya sebagian besar tanaman obat yang dimanfaatkan untuk industri jamu dan farmasi saat ini masih diambil dari alam. “70% masih diambil dari alam, dan baru 30% yang berasal dari budidaya,” katanya.
Bambang menyatakan peningkatan konsumsi tanaman obat perlu dikuti dengan inovasi, baik di on farm maupun off farm. [KAL]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya