Dark/Light Mode

BIN: Ada 50-an Penceramah Radikal Di Masjid Lingkungan Pemerintah

Selasa, 20 November 2018 20:35 WIB
Juru bicara BIN Wawan Hari Purwanto saat mengklarifikasi soal 41 masjid yang terpapar radikalisme di Restoran Sate Pancoran, Jakarta, Selasa (20/11). (Foto: Oktavian Surya Dewangga
Juru bicara BIN Wawan Hari Purwanto saat mengklarifikasi soal 41 masjid yang terpapar radikalisme di Restoran Sate Pancoran, Jakarta, Selasa (20/11). (Foto: Oktavian Surya Dewangga

RM.id  Rakyat Merdeka - Juru Bicara Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Hari Purwanto tadi sore mengklarifikasi soal 41 masjid di lingkungan pemerintah yang terpapar radikalisme.

Pernyataan itu sebelumnya disampaikan oleh Arief Tugiman, Kasubdit Direktorat 83 BIN dalam diskusi “Peran Ormas Islam dalam NKRI” di kantor Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI), Sabtu (17/11).

Wawan menjelsskan, bukan masjidnya yang radikal, tapi konten ceramah yang disampaikan penceramahnya. “Masjidnya sih nggak ada yang radikal,” ujar Wawan di Restoran Sate Pancoran, Jakarta, Selasa (20/11).

Konten ceramah yang dibawakan para penceramah itu, lanjutnya, kerap disisipi hal-hal yang dikhawatirkan menimbulkan intoleransi, ujaran kebencian, serta takfiri alias mengkafir-kafirkan orang lain. Ada berapa penceramah yang seperti itu? “Nggak banyak, sekitar 50-an penceramah,” beber Wawan.

Baca juga : JK Heran Masjid Di Sini Rajin Kritik Pemerintah

Daftar penceramah ini dikumpulkan dalam setahun. Penyebaran paham radikal dan terorisme tidak terlepas dari konflik bersenjata yang terus berlangsung di Timur Tengah seperti di Irak, Suriah, Yaman, dan Libya. Banyak ajaran-ajaran dari medan perang di Timur Tengah, yang dibawa ke Indonesia. Ayat-ayat yang turun dalam peperangan, banyak disampaikan di Indonesia yang faktanya dalam keadaan stabil, aman, dan damai.

Para penceramah radikal juga sering mengajak jamaah untuk ikut berperang atas nama jihad ke wilayah-wilayah konflik, seperti Marawi di Filipina Selatan. Bahkan, ada yang mengajak jamaah masjid untuk meyakini dan mulai bergerak membangun negara khilafah di Indonesia.

“Itu kan berbenturan dengan ideologi Indonesia,” tegasnya. Wawan sendiri menolak membeberkan nama-nama 41 masjid di lingkungan pemerintah yang terpapar radikalisme. Juga, soal penceramahnya. Soalnya, ini masuk dalam kategori rahasia.

Yang pasti, 17 masjid kondisinya sudah termasuk kategori merah alias parah. "Merah sudah mendorong pada sikap lebih simpati terhadap ISIS, membawa aroma konflik Timur Tengah ke sini, mengutip ayat-ayat. Untuk itu, perlu dipertajam lagi bagaimana cara untuk menetralisasi keadaan," jelas Wawan.

Baca juga : 2019, Proyek Double Track Maja - Rangkasbitung Dipatok Selesai

 Kini, BIN melakukan pemberdayaan da’i agar mereka memberikan ceramah yang menyejukkan untuk mengkonter paham radikal masyarakat. Lembaga “mata-mata” ini pun menggandeng Kementerian Agama, Majelis Ulama Indonesia (MUI) serta ormas-ormas Islam untuk membuat perubahan terhadap konten ceramah di masjid-masjid.

"Secara prinsip, kita lakukan komunikasi. Pendekatan dialogis. Kita ingin memberikan literasi, kesalahpahaman ini bisa terjadi di mana saja,” tuturnya saat ditanya model pemberdayaan seperti apa yang dilakukan.

Wawan sendiri tak menampik, klarifikasi yang dilakukan BIN adalah untuk menanggapi protes Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera. “Dia minta klarifikasi, ya kita klarifikasi,” selorohnya.

Di kawasan Duren Sawit, pagi tadi, Mardani menyebut BIN memicu kegaduhan dengan membeberkan informasi soal 41 masjid radikal itu. “BIN ini punya tugas tidak membuat gaduh. Nah, rilis ini bisa membuat gaduh,” kritiknya.

Baca juga : 4 Titik Rusak, Jalan Trans Papua Sudah Tembus 909 KM

“Intelijen itu tugasnya bukan di media loh, intelijen kesuksesannya tidak dengan tampil di media, tapi masalah selesai,” imbuh Mardani. Menurut Mardani, BIN lebih baik menyebutkan ke 41 masjid itu. Dengan begitu, masyarakat bisa menilai sendiri. Kemudian, perlu juga dibeberkan, apa parameter radikal. Soalnya, definisi radikal saat ini belum seragam. Mardani pun menginginkan para stakeholder duduk bersama mendefinisikan makna radikal, sehingga semua bisa sepakat dan tidak salah kaprah. [OKT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.