Dark/Light Mode

Progres Vaksin Merah Putih Racikan RI Capai 55 Persen

Rabu, 14 Oktober 2020 18:40 WIB
Ilustrasi pengembangan vaksin merah putih yang siap diedarkan.
Ilustrasi pengembangan vaksin merah putih yang siap diedarkan.

RM.id  Rakyat Merdeka - Progres pengembangan Vaksin Merah Putih buatan Indonesi sudah mencapai 55 persen.

Lembaga Biologi Molekuler Eijkman berencana mulai melakukan uji praklinik kandidat vaksin merah putih itu pada November 2020 jika semua berjalan lancar.

"Saat ini sudah sekitar 55 persen. Diharapkan uji praklinik atau uji pada hewan pada  November 2020. Kalau semuanya lancar sehingga nanti akhir tahun sudah selesai, dan awal tahun bisa diserahkan ke Bio Farma," kata Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio dalam Forum Diskusi Denpasar 12 yang mengangkat topik Vaksin Merah Putih Tantangan dan Harapan yang ditayangkan secara virtual, Jakarta, Rabu (14/10).

Amin mengharpkan, pada awal 2021, Eijkman dapat menyerahkan bibit vaksin Merah Putih kepada PT Bio Farma, yang akan memformulasikan bibit vaksin agar bisa disiapkan untuk uji klinis pada manusia.

Baca juga : KPUD Bengkulu Pede, Partisipasi Pemilih Capai 80 Persen

Eijkman mengembangkan vaksin dengan platform sub unit protein rekombinan. Antibodi yang dihasilkan setelah vaksinasi akan bekerja untuk mencegah terjadinya penempelan virus pada sel manusia, dan pelepasan materi genetik virus ke dalam sel manusia.

Eijkman menggunakan virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 yang bersirkulasi di Indonesia sebagai dasar informasi genetik untuk pengembangan vaksin Merah Putih itu.

Eijkman berhasil melakukan amplifikasi gen penyandi protein S dan N dari virus SARS-CoV-2 isolat Indonesia. Eijkman telah melakukan transfer gen S dan N dari vektor pembawa ke vektor ekspresi galur sel mamalia.

Saat ini menunggu sel-sel mamalia tersebut, menghasilkan antigen berupa protein rekombinan yang diharapkan.

Baca juga : Antisipasi Aksi Demo Di Istana Merdeka, Polisi Siapkan 12.000 Personel

Dalam hal ini, antigen adalah zat yang dapat merangsang sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi sebagai bentuk perlawanan terhadap virus SARS-CoV-2.

Eijkman memilih pengembangan vaksin dengan platform subunit protein rekombinan karena relatif lebih aman yang mana tidak menggunakan virus hidup sebagai vektor.

Biaya produksi dari pengembangan vaksin dengan platform subunit protein rekombinan juga relatif rendah, dan teknologinya sudah dikuasai oleh banyak negara, termasuk negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

"Jadi walaupun teknologinya bukan teknologi kuno, teknologi yang agak lebih baru tetapi sudah dikuasai oleh banyak negara dan hasilnya juga relatif mudah dipanen dan relatif lebih aman karena tidak menggunakan virus hidup sebagai vektor," ujar Amin.

Baca juga : Penundaan SPI Bawang Putih Bakal Rugikan Masyarakat

Amin menuturkan vaksin berbasis protein rekombinan yang menyasar receptor-binding domain (RBD) dari virus SARS-CoV-2 itu dianggap lebih manjur karena bisa membangkitkan kekebalan, tapi di sisi lain juga reaksi yang dikhawatirkan yakni antibody enhancement bersifat minimal atau bahkan tidak ada sama sekali. [KPJ]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.