Dark/Light Mode

Perpusnas Dorong Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Melalui Layanan Berbasis Inklusi

Jumat, 6 November 2020 10:40 WIB
Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, Perpustakaan Nasional, Deni Kurniadi (kiri).(Foto: Dok. Perpusnas)
Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, Perpustakaan Nasional, Deni Kurniadi (kiri).(Foto: Dok. Perpusnas)

RM.id  Rakyat Merdeka - Di masa pandemi Covid-19 ini, perpustakaan bertransformasi dengan layanan berbasis inklusi sosial agar masyarakat memperoleh akses pengetahuan baik secara onsite maupun secara online melalui layanan internet. Hal ini dilakukan guna mendorong inovasi dan kreativitas masyarakat menghadapi tantangan yang ada. 

Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Deni Kurniadi, mengatakan, perpustakaan kini hadir menjadi tempat berlatih keterampilan dalam menumbuhkan kecakapan dan keterampilan kerja. Hal ini agar bisa memenuhi kebutuhan terhadap pengetahuan maupun kesejahteraan masyarakat.  

“Perpustakaan bisa digunakan sebagai tempat kelas pembelajaran bagi semua lapisan masyarakat. Pelajar, mahasiswa, para pekerja, dan lainnya. Sehingga mengembangkan keterampilan berbasis potensi lokal agar masyarakat mampu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya,” ujar Deni, dalam webinar Ngobrol Bareng Perpusnas dengan LKBN Antara dengan tajuk “Peran Perpustakaan Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Saat Pandemi”, Jumat (6/11).

Baca juga : Akademisi UI Minta Masyarakat Kampanyekan Buah Lokal

Menurutnya, masyarakat bisa memanfaatkan perpustakaan untuk mengembangkan kemampuan berwirausaha, termasuk menciptakan peluang kerja sehingga bisa meningkatkan pendapatan keluarga. Dengan ini, diharapkan masyarakat Indonesia berpenghasilan menengah tinggi yang sejahtera, adil dan berkesinambungan. Melalui pengembangan layanan literasi berbasis inklusi sosial, juga diharap meningkatkan kemampuan literasi masyarakat agar kualitas hidup menjadi lebih baik. “Jadi, literasi memiliki kontribusi yang positif dalam rangka membantu menumbuhkan kreativitas, inovasi meningkatkan keterampilan dan kecakapan sosial yang sangat dibutuhkan pada era revolusi industri 4.0 saat ini,” jelasnya.

Ia berharap, dengan adanya transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial, menjadi wadah menemukan solusi dari permasalahan kehidupan dan memfasilitasi masyarakat untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Masyarakat yang terus meningkatkan ilmu pengetahuan, nantinya berimplikasi kepada kesejahteraan.

Pihak Perpusnas sudah melakukannya sejak 2018 di 59 kabupaten dan 21 provinsi sebagai upaya untuk membangun literasi masyarakat baik di tingkat nasional, provinsi, kabupaten, sampai ke tingkat desa. Melalui penciptaan kewirausahaan sederhana dalam rangka memberikan keterampilan kepada masyarakat lewat strategi program transformasi dapat dimanfaatkan secara optimal. Alhasil, perpustakan menjadi ruang berbagi pengalaman, belajar kontekstual sekaligus berlatih keterampilan. 

Baca juga : KAI Gencar Selamatkan Aset Negara Melalui Sertifikasi Dan Penertiban

Masyarakat yang berkegiatan di perpustakaan, lanjut Deni, mendapatkan pelatihan dan bimbingan, di antaranya kewirausahaan. Termasuk di dalamnya meningkatkan peluang kerja, pendapatan melalui berbagai pelatihan, dan sharing pengetahuan sehingga tercipta keluarga dan masyarakat yang sejahtera. “Mari kita jadikan perpustakaan sebagai tempat untuk memacu kreativitas dan inovasi guna mengkapitalisasi budaya lokal. Mengembangkan keterampilan berbasis potensi lokal agar mampu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan,” ajaknya.

Ia mencontohkan pemberdayaan ibu-ibu dengan segala potensi yang dimiliki melalui pelatihan dan pendidikan keterampilan. Mengenalkan teknologi dan memberikan pelatihan kepada para pemuda guna mengembangkan potensi diri secara optimal, sehingga dapat menjadi generasi yang berkualitas. 

Ketua Komisi X DPR Syaiful Huda mengatakan, terdapat empat hal objektif untuk literasi dan Perpusnas. Pertama, terkait dengan kondisi saat ini yang sedang darurat pendidikan kita termasuk bagaimana kesulitan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). "Hingga hari ini, yang saya cek PJJ hanya dilaksanakan hanya 30 persen. Itu artinya hampir pasti literasinya akan berkurang. Diperlukan keterlibatan banyak pihak. terutama gerakan literasi yang diinisiasi bukan hanya oleh Perpusnas tapi seluruh elemen masyarakat,” kata Syaiful Huda.

Baca juga : Kementan Dorong Kekuatan Ekspor Pertanian Indonesia Melalui Gratieks

Kedua, menyangkut soal terkait ranking PISA yang mana Indonesia masih menempati peringkat bawah. "Kita masih sangat buncit untuk ranking PISA kita. Salah satu elemen yang dibahas adalah literasi yang dibahas adalah aspek literasi. Inilah yang banyak anak yang membaca tapi tidak mengerti dibalik yang dibahas," jelas Syaiful. 

Ketiga, adalah ketersediaan buku terutama di daerah terpencil. Syaiful Huda menerangkan, pihaknya menyadari bahwa masyarakat Indonesia bukan tidak mau membaca tetapi permasalahannya adalah akses bahan bacaan yang terbatas. "Ini yang harus kita dorong, bagaimana anak-anak bisa memegang buku. Ini kita dorong secepatnya, supaya akses literasi bisa sampai ke daerah.  Bagaimana sarana dan prasarana bisa diakses oleh anak didik," ucapnya. Syaiful Huda mengapresiasi kerja sama Perpusnas dengan desa untuk mempercepat akses literasi. 

Keempat, DPR juga memiliki tanggung jawab moral dalam gerakan literasi. Oleh karena itu, pihaknya mendorong agar anggota DPR yang mempunyai kelebihan rezeki menyisihkan untuk gerakan literasi tersebut. Jumlah anggota parlemen di Tanah Air mencapai 18.000 orang. Jika semuanya menjawab dengan hibah lima buku saja per bulan, target gerakan literasi dapat tercapai dengan mudah. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.