Dark/Light Mode

8 Mitos Nutrisi Yang Rugikan Kesehatan Beredar Di Masyarakat Asia Pasifik

Selasa, 27 Oktober 2020 19:29 WIB
Pakar Nutrisi Institut Pertanian Bogor (IPB) Rimbawan.(Foto Ist)
Pakar Nutrisi Institut Pertanian Bogor (IPB) Rimbawan.(Foto Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Beragam informasi seputar gizi dengan mudah diakses di internet khususnya media sosial. Hanya saja, tak sedikit dari informasi tersebut sebenarnya menyesatkan dan merugikan kesehatan.

Melalui Nutrition Talk dengan topik Herbalife Nutrition Asia Pacific Nutrition Myths Survey 2020, pakar Nutrisi Institut Pertanian Bogor (IPB) Rimbawan mengungkap fakta dan mitos nutrisi yang beredar di masyarakat Asia Pasifik.

“Mengungkap kebenaran informasi nutrisi, dapat membantu masyarakat mencapai hasil kesehatan yang diinginkan,” kata Rimbawan.

Senior Director and Country General Manager Herbalife Nutrition. (Foto Ist)

Ada 8 mitos nutrisi yang beredar di masyarakat Asia Pasifi:

Mitos 1: Karbohidrat dapat menambah berat badan.

Fakta: Mengonsumsi karbohidrat saja tidak menyebabkan penambahan berat badan tapi juga kalori. “Sumber karbohidrat yang sehat seperti sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan dan biji-bijian juga memberikan nutrisi penting seperti kalsium, zat besi dan vitamin B,” terang Rimbawan.

Mitos 2: Semakin berumur semakin sedikit protein yang dibutuhkan.

Baca juga : KAI Konsisten Jalankan Protokol Kesehatan Selama Pandemi Covid-19

Fakta: memasuki usia 40 memungkinkan mengalami penurunan fungsi dan massa otot bertahap (sarcopenia). Proses ini dimitigasi dengan meningkatkan asupan protein dan melakukan latihan ketahanan yang disesuaikan dengan usia.

Mitos 3: Kafein menyebabkan dehidrasi. Fakta: Mengonsumsi dua hingga tiga cangkir kopi tidak akan membuat anda dehidrasi.

Penelitian Institute for Scientific Information tentang kopi menyatakan, kopi juga bersifat menghidrasi dengan kandungan airnya.

Mitos 4: Massa tulang di semua usia dapat dioptimalisasi dengan asupan kalsium yang cukup.

Fakta: Level puncak massa tulang (ukuran dan kekuatan tulang maksimal) kita bergantung pada asupan kalsium. Dan akan mencapai puncaknya pada usia 30 tahun. Namun, asupan kalsium yang cukup sepanjang hidup dapat mengurangi risiko osteoporosis.

“Suplementasi kalsium dapat melindungi dari keropos tulang di usia tua, terutama untuk wanita menopause yang memiliki kebutuhan kalsium lebih tinggi,” kata Rimbawan lagi.

Mitos 5: Diet ketogenik adalah jalan untuk mengurangi berat badan.

Baca juga : Survei Indikator: 66 Persen Masyarakat Puas Dengan Kinerja Jokowi

Fakta: diet keto adalah pola makan yang membatasi atau bahkan sama sekali tidak mengonsumsi karbohidrat. Padahal asupan karbohidrat dan protein mendorong tubuh mengunakan lemak sebagai bahan bakar yang mampu mengurangi berat badan.

"Jadi karbohidrat itu sehat dan baik untuk tubuh, karena akan menyuplai energi, vitamin dan mineral. Untuk menurunkan berat badan bisa mengadopsi diet seimbang dipadu dengan olahraga teratur merupakan cara paling baik," katanya lagi.

Mitos 6: Pola makan rendah lemak adalah cara terbaik untuk menurunkan berat badan

Fakta: Berbagai studi menunjukkan pola makan atau diet dengan rendah lemak akan menurunkan berat badan dalam jumlah yang sangat kecil pada tahun pertama. Hal tersebut menjadikan pola ini tidak efektif.

Tubuh membutuhkan lemak karena dapat membantu membangun membran sel dan membantu penyerapan vitamin yang larut dalam lemak.

Mitos 7: Indeks Glikemik adalah pengukuran yang baik untuk memilih karbohidrat yang paling sehat.

Fakta: Indeks Glikemik digunakan untuk mengukur tingkat karbohidrat dalam makanan yang dapat berdampak pada tingkat gula darah dalam tubuh. Tetapi tidak untuk memilih pola makan yang sehat dan tepat.

Baca juga : Siapa Pun Pelanggar Protokol Kesehatan, Harus Dipublikasikan

Mitos 8: Bubuk protein bukanlah sumber makanan yang sehat dibandingkan dengan protein dari makanan alami.

Fakta: Bubuk protein dapat menjadi sumber protein yang sama baiknya dengan makanan dari bahan alami jika berasal dari sumber yang berkualitas dan diproses dengan berdasarkan sains.

“Misalnya protein yang berasal dari kedelai dengan mengandung protein lengkap serta sembilan jenis lengkap asam amino esensial untuk kebutuhan nutrisi tubuh,” jelas Rimbawan.

Senior Director and Country General Manager Herbalife Nutrition Indonesia Andam Dewi menambahkan, survei melibatkan 5.500 responden yang berasal dari Australia, Hong Kong, Indonesia, Jepang, Korea, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand dan Vietnam.

"Survei menunjukkan, media sosial menjadi rujukan utama dalam memperoleh informasi terkait nutrisi," terang Andam. 

Andam mencatat, tujuh dari 10 (68 persen) konsumen di Asia Pasifik menggunakan media sosial setiap bulan untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan nutrisi dan kesehatan.

Namun, hanya 4 dari 10 konsumen di Asia Pasifik yang merasa yakin dengan kebenaran informasi nutrisi yang mereka dapatkan dari berbagai kanal informasi. [MER]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.