Dark/Light Mode
RM.id Rakyat Merdeka - Biasanya, untuk jaga gengsi, pejabat lebih suka nutup-nutupi “bangkai” agar tak tercium baunya. Tapi, hal itu tidak dilakukan oleh Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin (BGS). Agar optimal dalam penanganan Corona, BGS berani mengakui kesalahan dan kelemahan lembaganya. Tujuannya, agar perbaikan bisa dilakukan.
Memasuki bulan ke-10, jumlah pasien Corona di Indonesia bukannya berkurang, malah terus bertambah. Bahkan, jumlahnya hampir tembus satu juta.
Dibandingkan negara lain, penanganan Corona di Indonesia memang tak bisa dibanggakan. Trennya justru terus meningkat.
Baca juga : Langgar Prokes, KTP Warga Surabaya Diblokir
Kemarin, penambahan kasus positif Corona mencapai 13.632 orang. Total kasus terkonfirmasi menjadi 965.283. Angka ini merupakan yang tertinggi kedua, setelah rekor kasus positif Corona yang pecah 16 Januari 2021 lalu dengan angka 14.224.
Padahal, penanganan yang dilakukan Satgas Covid-19 sudah mengikuti standar World Health Organization (WHO), seperti melakukan karantina wilayah dan melakukan 3T; test, tracing atau lacak, dan treatment atau perawatan.
Jumlah tes yang dilakukan Satgas pun sudah memenuhi standar WHO, yaitu 1.000 per 1 juta penduduk selama sepekan. Tapi, hasilnya penyebaran Corona masih tak terkendali.
Baca juga : Musim Covid, Brazil Cetak Rekor Angka Perceraian
Kenapa bisa begitu? BGS punya jawabannya. Dia bilang, kasus positif terus bertambah lantaran cara tes yang dilakukan selama ini salah secara epidemiologi.
“Kita enggak disiplin, cara testing-nya salah. Testing-nya banyak tapi kasusnya naik terus,” kata BGS dalam Dialog Warga Vaksin & Kita yang di selenggarakan Komite Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Daerah Jawa Barat, lalu disiarkan di YouTube PRMN SuCi, kemarin.
Menurut eks Wamen BUMN ini, tes Corona seharusnya menyasar pada orang-orang suspek Corona. Tetapi, selama ini tes justru dilakukan orang itu-itu saja atau terhadap orang yang sekadar ingin memeriksakan diri untuk perjalanan atau keperluan lainnya.
Baca juga : Moeldoko Bela Airlangga
BGS mencontohkan dirinya sendiri. Ia harus menjalani pengambilan swab setiap kali akan bertemu Presiden Jokowi. “Saya di-swab seminggu bisa 5 kali karena masuk Istana. Testing kan enggak begitu seharusnya,” ungkapnya.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.