Dark/Light Mode

Semakin Lebar, Akses Perdagangan Indonesia Ke EFTA

Selasa, 27 November 2018 09:25 WIB
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita (dasi merah), usai penandatanganan Pernyataan Bersama IE-CEPA dengan empat menteri negara-negara anggota EFTA di Sekretariat EFTA di Jenewa, Swiss, Jumat (23/11). (Foto: Istimewa)
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita (dasi merah), usai penandatanganan Pernyataan Bersama IE-CEPA dengan empat menteri negara-negara anggota EFTA di Sekretariat EFTA di Jenewa, Swiss, Jumat (23/11). (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Akses pasar barang, jasa, dan investasi antara Indonesia dan negara-negara anggota European Free Trade Association (EFTA) dipastikan semakin terbuka lebar. Termasuk, kerja sama ekonomi dan pengembangan kapasitas. Kepastian ini datang usai ditandatanganinya pernyataan bersama (joint statement) Indonesia-EFTA Comprehensive Economic Partnership Agreement (IE-CEPA) oleh Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, dengan empat menteri negara-negara anggota EFTA di Sekretariat EFTA Jenewa, Swiss, Jumat (23/11).

Hal tersebut menjadi benang merah dari Forum Bisnis yang diselenggarakan  Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Bern di Kota Jenewa pada Jumat (23/11) sore waktu setempat. Forum Bisnis bertema “Optimizing the Benefits of Indonesia-EFTA CEPA Agreement” dihadiri oleh peserta terbatas. Sekitar 20 pelaku usaha di Swiss yang memiliki bisnis di Indonesia, turut hadir dalam acara tersebut.

Duta Besar RI untuk Swiss dan Liechtenstein Muliaman D. Hadad yang memandu diskusi terbatas antara Menteri Perdagangan dengan para pelaku usaha Swiss mengatakan, tujuan utama forum bisnis ini adalah untuk sosialisasi pemanfaatan IE-CEPA bagi para para pelaku bisnis di Indonesia dan negara-negara EFTA.

“Perundingan IE-CEPA telah berlangsung secara intensif selama hampir 8 tahun . Ini perundingan CEPA terpanjang yang pernah dimiliki Indonesia hingga saat ini,” ungkap Dubes Muliaman. “Kita dorong para pelaku usaha di Indonesia untuk memanfaatkan CEPA dengan negara-negara EFTA yang telah diperjuangkan sejak lama ini. Karena, berdasarkan survei, sebagian perjanjian perdagangan bebas (free trade agreement) mandeg atau tidak dimanfaatkan dengan baik,” lanjut mantan Ketua Otoritas Jasa Keuangan ini.

Dubes RI untuk Swiss dan Liechtenstein, Muliaman D Hadad (kanan). (Foto: Istimewa)

Baca juga : Jokowi Minta Dana Desa Jangan Diputar Ke Jakarta

Dalam forum bisnis tersebut, terkuak bahwa Indonesia-EFTA CEPA meningkatkan akses pasar perdagangan barang Indonesia ke EFTA. Antara lain produk-produk perikanan, industri (tekstil, furnitur, sepeda, elektronik, dan ban mobil), serta pertanian (termasuk kopi dan kelapa sawit).

Pada perdagangan jasa, akses pasar bagi para pekerja Indonesia (Intra Corporate Trainee, Trainee, Contract Service Supplier, Independent Professional, serta Young Professional) ke EFTA akan lebih terbuka. Sektor jasa yang akan memperoleh keuntungan antara lain jasa profesi, telekomunikasi, keuangan, transportasi, dan pendidikan. Indonesia juga akan memperoleh peningkatan investasi dari negara anggota EFTA pada sektor energi dan pertambangan, permesinan, pertanian, infrastruktur sektor perikanan, kehutanan, industri kimia, dan lain sebagainya.

Selain itu, Indonesia akan mendapatkan kerja sama dan capacity building, misalnya dalam sektor perikanan dan aquamarine, promosi ekspor, pariwisata, UMKM, HKI, kakao, sustainability maintenance, repair and overhaul (MRO), pendidikan vokasional, dan lainnya.

European Free Trade Association (EFTA) merupakan organisasi regional dan kawasan perdagangan bebas yang terdiri dari empat negara di Eropa, yaitu Swiss, Liechtenstein, Norwegia, dan Islandia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, negara-negara EFTA merupakan negara tujuan ekspor nonmigas ke-23, dan negara asal impor nonmigas ke-25 terbesar bagi Indonesia.

Baca juga : Donasi Pelanggan Turut Sukseskan Pemberdayaan KAT

Pada 2017, perdagangan Indonesia-EFTA mencapai 2,4 miliar dolar AS. Sementara, nilai ekspor Indonesia ke EFTA sebesar 1,31 miliar dolar AS dan impor Indonesia dari EFTA sebesar 1,09 miliar dolar AS. Dengan demikian, Indonesia masih mengalami surplus perdagangan dengan EFTA sebesar 212 juta dolar AS.

Ekspor utama Indonesia ke EFTA antara lain perhiasan, perangkat optik, emas, perangkat telepon, dan minyak esensial. Sementara impor utama Indonesia dari EFTA adalah emas, mesin turbo-jet, obat-obatan, pupuk, dan campuran bahan baku industri. Di sektor investasi, nilai investasi negara-negara anggota EFTA di Indonesia pada 2017 mencapai 621 juta dolar AS.

Penandatanganan pernyataan bersama (joint statement) Indonesia-EFTA CEPA ini menandai diselesaikannya perundingan antara Indonesia dengan negara-negara EFTA melalui skema IE-CEPA.

Para pimpinan setingkat menteri negara EFTA yang melakukan penandatanganan adalah Menteri Perdagangan dan Industri Norwegia Torbjorn Roe Isaksen; Menteri Hubungan Luar Negeri, Hukum, dan Budaya Leichtenstein Aurelia Frick; Menteri Hubungan Luar Negeri dan Perdagangan Eksternal Islandia Gudlaugur por Pordarson; Kepala Departemen Hubungan Ekonomi Swiss Johann N. Schneider-Ammann; serta dihadiri pula Sekretaris Jenderal EFTA Henri Gétaz dan Duta Besar RI untuk Swiss dan Liechtenstein Muliaman D. Hadad.

Baca juga : Indonesia Siap Libas The Lions

Langkah selanjut setelah joint statement adalah melakukan “legal scrubbing” dan penerjemahan, sehingga secara teknis dan legal, IE-CEPA siap ditandatangani. IE-CEPA djadwalkan akan ditandatangani di Jakarta pada Desember 2018. [HES]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.