Dark/Light Mode

Politik dan Kesejahteraan Masyarakat

Wahidin: Jangan Memancing Saya

Selasa, 27 November 2018 07:09 WIB
Gubernur Banten Wahidin Halim. (Foto: IG  @wahidinhalim_official)
Gubernur Banten Wahidin Halim. (Foto: IG @wahidinhalim_official)

RM.id  Rakyat Merdeka - Wahidin Halim adalah salah satu contoh. Model, bagaimana seorang kepala daerah memainkan peran politik yang aman. Tenang. Tapi tidak pasif, apalagi apatis. Tidak alergi politik tapi pekerjaan utamanya berjalan baik.

"Politik saya untuk kesejahteraan masyarakat," kata Wahidin, dalam percakapan dengan Rakyat Merdeka Group, di sebuah restoran China, di Tangerang Selatan, kemarin malam. "Saya akan mengerjakan program yang bermanfaat untuk rakyat. Saya kerja. Kerja aja," jelasnya.

Pernyataannya tentang kerja mudah sekali diasosiasikan dengan slogan pemerintahan Jokowi: Kerja, Kerja, Kerja! Tentang hal ini, Wahidin mengatakan, "Saya tidak meniru siapa-siapa. Dari dulu. Sejak masih jadi kepala desa. Jadi camat. Jadi sekda. Jadi walikota. Saya memang kerja, kerja saja".

Gubernur Provinsi Banten itu tak mau berbicara banyak soal politik praktis. Apalagi, yang terkait dengan pemihakan kepada calon presiden dan wakil presiden. Juga tentang partai politik, dan perolehan suaranya kelak. "Saya tidak mau terpancing," ujar Wahidin.

Dia mengucapkan kalimat pendek 'saya tidak mau terpancing' ketika dalam percakapan malam itu disinggung bahwa Calon Presiden Jokowi dan Cawapres KH Ma'ruf Amin bisa memperoleh suara 70 persen di Banten pada Pilpres 2019 nanti.

Baca juga : BIN: Ada 50-an Penceramah Radikal Di Masjid Lingkungan Pemerintah

Kenapa suara Jokowi-Maruf Amin diperkirakan akan mencapai 70 persen? Bukankah pada Pilpres 2014 hanya memperoleh kurang dari 50 persen? Jawabannya: sepak terjang Jokowi beberapa tahun terakhir ini di Banten luar biasa. Dia menghadirkan berbagai proyek infrastruktur di provinsi pecahan Jawa Barat itu.

Jokowi juga hadir dalam berbagai kegiatan sosial, keagamaan, dan pengembangan ekonomi. Apalagi Ma'ruf Amin berasal dari Banten. Sementara Capres Prabowo jarang sekali menyentuh Banten. Jadi, wajar bila Jokowi akan memperoleh penambahan suara yang signifikan di sana. "Itu kan mancing-mancing saya," ujar Wahidin. Tetap tak mau berkomentar.

Jadi, apa yang dilakukan sang gubernur di tengah gegap gempita menjelang Pilpres dan Pileg sekarang ini? Apakah dia memilih bersikap pasif? "Nggak lah. Saya bicara di banyak kesempatan. Kepada masyarakat. Di acara pengajian. Rapat-rapat. Kunjungan. Yang rukun. Toleransi. Saling menghargai. Saling menghormati. Jangan menggunakan ujaran kebencian," kata Wahidin.

Kampanye dalam pesta demokrasi, menurut dia, harus mendidik. Ada isinya. Ada substansinya. Ada pelajarannya. Bukan main retorika seperti yang terjadi sekarang ini. Apalagi saling menghujat.

Wahidin sendiri adalah sosok birokrat yang kental dengan karakter pamong praja. Ngemong. Adem. Bukan tipe pemimpin politik yang berapi-api. Tak suka mencitrakan diri berasal dari sebuah partai politik, meski dia pernah menjabat  Ketua Partai Demokrat Banten dan Anggota DPR RI dari partai besutan SBY itu.

Baca juga : Pramintohadi: Usulan Pembentukan Mahkamah Penerbangan Siap Dikaji

"Di partai, saya tidak tercantum jadi pengurus apa pun. Sekarang, saya konsentrasi membangun Banten," katanya. Gaya bicaranya tidak meledak-ledak. Tapi, sekali-kali menusuk. Pandangan Wahidin tentang partai politik juga khas. Menurut dia, ideologi politik, atau partai politik, tidak akan bisa memaksa dirinya. "Saya tetap mempunyai kebebasan untuk memilih atas dasar rasionalitas dan nurani saya," katanya.

Barangkali, itulah sebabnya, di awal koalisi Pilpres, Wahidin justru dikabarkan lebih dekat dan condong ke Jokowi meski Partai Demokrat secara resmi mendukung pasangan Prabowo-Sandi. Sikap independen Wahidin, belakangan ternyata justru jadi sikap Partai Demokrat. Yaitu tidak memaksa kadernya untuk memilih capres tertentu. Demokrat mengutamakan perolehan suara partai.

"Bagi saya, kebebasan bersikap itu kehormatan. Saya punya pertimbangan, mana yang terbaik bagi masyarakat. Itu pilihan saya," kata Wahidin. Sikapnya keras. Pendiriannya dipegang teguh. Tidak mencla-mencle. Tidak mau pura-pura. Juga tidak suka basa-basi. Itu sebagian sifat Gubernur Banten kelahiran Tangerang ini. Bahkan sebagian orang mengatakan Wahidin keras kepala.

"Biar saja orang bicara apa. Ucapan dan keputusan saya akan saya pertanggung jawabkan. Saya berani ambil risikonya," kata Wahidin. Isi bicaranya keras. Tapi Wahidin mengucapkannya dengan suara pelan. Santun. Sambil senyum. Sesekali telapak tangan kanannya menutup bibirnya yang sedang bicara. Seperti pemalu. Wahidin lalu mengingatkan ucapannya, "Jangan halangi saya membangun Banten".

Pernyataan singkat ini, kata dia, merupakan ekspresi dari tekad, sikap, dan pertanggungjawabannya sebagai gubernur Banten. "Saya akan melawan siapa saja yang menghalangi niat saya membangun daerah ini," katanya. Itu pula yang ditunjukkan Wahidin selama satu tahun enam bulan memimpin Banten. Kerja keras dan kerja cerdas.

Baca juga : Sandi: Yang Penting Rakyat Bersama Kita

"Saya fokus membangun dan memperbaiki. Saya mau Banten punya wajah baru yang lebih baik. Masyarakatnya lebih sejahtera. Bukan Banten yang kumuh dan terbelakang," katanya. Maka, meski ibarat baru seumur jagung, Banten sudah banyak berubah. Banyak berbenah. Selama dia pimpin.

Kalau Anda sudah dua tahun tidak ke Banten, terutama ke kota Serang, ibu kota provinsi ini, coba datanglah sekarang. Anda akan melihat sejumlah perubahan dan kemajuan yang membanggakan. Jalan-jalan sudah lebar dan mulus. Juga jalan tol. Taman-taman mulai diperbaiki. Beberapa bangunan umum, misalnya kawasan Masjid Besar dipercantik. Tempat bersejarah dan tujuan wisata. Banten juga akan membangun sport center yang membanggakan.

"Tidak hanya pembangunan fisik. Kami juga memperbaiki bidang yang lain," kata Wahidin. Dua tahun ini, misalnya, Provinsi Banten mendapatkan predikat WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) dalam pengelolaan keuangan. Padahal sebelumnya langganan disclaimer. Bank Banten diperbaiki. APBD-nya naik. Pendidikan gratis dan pelayanan kesehatan terus ditingkatkan. Gedung-gedung sekolah dan kualitas pendidikan ditingkatkan.

"Kami sedang memperbaiki mutu dan arah pendidikan vokasi. Para pengusaha kami ajak berembuk, tenaga ahli apa yang mereka butuhkan. Kami yang menyiapkan," kata Wahidin. Ada lagi. Birokrasi pemerintah terus diperbaiki. Etos kerja dan disiplin dimonitor ketat. Pengerjaan proyek dan lelang, dibersihkan dari cukong dan makelar yang terus gentayangan. Digandenglah BPKP dan KPK.

Itu semua berjalan baik kalau sang pemimpinnya bersih. Tidak korupsi. Tidak ikut main proyek. Juga keluarganya. Juga kroninya. Juga kolusinya. Betulkah Anda dan keluarga Anda tidak mau ikut-ikutan main proyek? "Bukan hanya tidak mau. Tapi juga tidak bisa, kata Wahidin. "Buat apa. Untuk saya, gaji gubernur sudah cukup. Saya menikmati pekerjaan ini dengan segala risiko dan tantangannya," lanjut Wahidin. Tetap dengan tersenyum. 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.