Dark/Light Mode

8 Tahun Tekor, Berulangkali Nego Dicuekin

Erick Dukung Garuda Stop Sewa 12 Pesawat

Kamis, 11 Februari 2021 05:25 WIB
Kementerian BUMN Dukung Penuh Langkah Garuda Indonesia Batalkan Kontrak Bombardier CRJ 1000. (Foto : Dok - Kementerian BUMN)
Kementerian BUMN Dukung Penuh Langkah Garuda Indonesia Batalkan Kontrak Bombardier CRJ 1000. (Foto : Dok - Kementerian BUMN)

 Sebelumnya 
“Konsep leasing ini harus diperbaiki. Ke depan bagaimana caranya, bisa sama-sama untung. Jangan seperti dulu, ditekan, lalu terjadi kolusi,” tuturnya.

Untuk menghindari hal terse­but, mantan bos Inter Milan itu mengatakan, pihaknya akan terus memetakan (mapping) hal-hal apa saja yang bisa dilakukan untuk meningkatkan efisiensi di Garuda. Termasuk me-review model bisnis perusahaan.

“Efisiensi yang bisa dilakukan, salah satunya terkait leasing. Karena pos ini tertinggi cost-nya. Lalu, model bisnis di-review, yakni fokus pada kargo dan penerbangan domestik,” bebernya.

Baca juga : Ada Indikasi Suap, Erick Minta Garuda Balikin 12 Pesawat Bombardier

Ia optimistis, maskapai pelat merah ini bisa bangkit dari kon­disi saat ini, mengingat bisnis kargo perseroan tahun lalu mam­pu berkontribusi cukup tinggi terhadap kinerja perusahaan.

“Saya dengar, kontribusi kargo antara 30 sampai 40 persen terhadap pendapatan setelah adanya Covid-19. Potensi penerbangan lokal juga menjadi kunci perbai­kan kinerja,” sambungnya.

Direktur Utama Garuda Indone­sia Irfan Setiaputra menjelaskan, perseroan memiliki 18 pesawat Bombardier yang disewa dengan dua skema berbeda. Yakni, sebanyak 12 armada disewa menggu­nakan skema operating lease dari lessor NAC. Dengan masa sewa hingga 2027. Sedangkan, enam armada lainnya menggunakan skema financial lease. Masa sewa pesawat itu sampai 2024.

Baca juga : Tekan Kerugian, Garuda Nego Ulang Sewa Pesawat Dan Pangkas Rute

Irfan membeberkan, selama tujuh atau delapan tahun mengoperasikan pesawat Bombardier, perseroan kerap mengalami kerugian. Yang nilainya bisa melebihi biaya sewa yang diba­yarkan perusahaan.

“Ruginya bisa lebih dari 30 juta dollar Amerika Serikat (AS) (setara Rp 419,5 miliar) per tahun. Padahal biaya sewanya 27 juta dollar AS (setara Rp 377,5 miliar) untuk 12 pesawat itu,” sesalnya.

Kerugian itu, papar Irfan, disebabkan pesawat Bombardier tidak sesuai dengan kondisi dan karakter market di Indonesia. Sehingga, tidak ada piliihan selain dikembalikan.

Baca juga : Lawan Produk Impor, Perajin Cangkul Kalisemo Diminta Gabung Koperasi

“Dengan keputusan ini, kami akan saving di angka 220 juta dolar AS, (setara Rp 3 triliun),” beber Irfan.

Kemudian langkah selanjut­nya, pihaknya akan me-review sejumlah rute domestik.

“Kami akan optimalkan utilitas dari pesawat yang ada. Yang pas­ti, kami tidak akan mengadakan pesawat baru,” tutupnya. [IMA]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.