Dark/Light Mode

Menaker: Pandemi Picu Kenaikan Pengangguran

Rabu, 10 Maret 2021 17:17 WIB
Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziah. [Foto: Humas Setkab]
Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziah. [Foto: Humas Setkab]

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziah menyebut, pandemi Covid-19 menyebabkan kenaikan angka pengangguran di Indonesia.

Ida mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan peningkatan jumlah dan tingkat pengangguran yang signifikan akibat dampak pandemi. Pada Agustus 2020, ujarnya, jumlah pengangguran mencapai 9,7 juta orang dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 7 persen.

“Ada kenaikan 1,84 persen dibanding tahun sebelumnya," katanya, pada pembukaan Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) Tahun Angkatan 2021 di BLK Surakarta, Rabu (10/3/2021).

Baca juga : Dianggap Tak Pantas Disia-siakan, Begini Jawaban Aura Kasih

Mantan Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa DPR ini mengatakan, sektor ketenagakerjaan di Indonesia ikut terdampak pandemi Covid-19 yang berlangsung sejak tahun lalu. Padahal lima tahun sebelumnya, Indonesia sudah berhasil menurunkan tingkat pengangguran menjadi 4,99 persen. Yakni pada Februari 2020.

Khusus mengenai angka pengangguran di Jawa Tengah, lanjutnya, berdasarkan data BPS pada Agustus 2020 menunjukkan, ada 1,21 juta orang penganggur. Angka ini naik sebesar 396.000 orang dibandingkan tahun sebelumnya.

"Ada kenaikan tingkat pengangguran yang cukup besar. Yaitu 2,04 persen dibanding tahun sebelumnya. Diperkirakan, ada sekitar 3,97 juta orang penduduk usia kerja yang terdampak pandemi di Provinsi Jawa Tengah," kata Wakil Ketua LSM NU (Lembaga Sosial Mabarot NU) Jawa Timur periode 1999-2001 ini.

Baca juga : Petani Dan Pengamat Tolak Impor Beras

Dia mengatakan, akibat pandemi, tentu menambah tantangan kondisi ketenagakerjaan, selain tantangan yang telah ada sebelumnya terkait kualitas SDM, kompetensi, dan produktivitas. Data nasional menunjukkan, dari keseluruhan penduduk yang bekerja, sekitar 57 persen lebih berpendidikan rendah, yaitu SMP ke bawah dengan kemampuan terbatas.

Untuk Provinsi Jawa Tengah, jelas Ida lagi, angkanya lebih tinggi, yaitu persentase penduduk yang bekerja dengan pendidikan rendah sebesar 65 persen. “Selain permasalahan masih rendahnya pendidikan dan skill pekerja, ditambah dampak pandemi, perlu diingat, saat ini kita juga berada pada era revolusi industri 4.0, yang berdampak pada adanya transformasi di sektor ketenagakerjaan," beber guru di Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Jombang antar 1994-1999 ini.

Untuk bisa menjawab tantangan tersebut, pihaknya berharap seluruh pihak dapat berkolaborasi dan bersinergi untuk menyelesaikan permasalahan terkini di sektor ketenagakerjaan. Salah satunya, dengan BLK menyelenggarakan pelatihan yang bisa mengantisipasi kebutuhan skill dan kompetensi tenaga kerja di masa pandemi dan setelahnya.

Baca juga : Perkuat Food Estate, Kementan Berikan Pendampingan Maksimal

Saat ini, masih menurut Ida, perlindungan terbaik bagi angkatan kerja baru dan para pekerja adalah perlindungan kompetensi. Dengan adanya skill, setiap individu akan punya kemampuan bekerja secara terus-menerus. Baik bekerja untuk orang lain maupun membuka lapangan kerja baru.

“Akhirnya, akan berkontribusi meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan," pungkas doktor bidang Imu Pemerintahan, Institut Pemerintahan Dalam Negeri ini. [RSM]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.