Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Yang Penting, Guru Sudah Divaksin
Mas Menteri: Sekolah Tatap Muka Nggak Perlu Nunggu Juli, Mei Juga Bisa
Selasa, 6 April 2021 21:56 WIB

RM.id Rakyat Merdeka - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menegaskan, belajar di sekolah atau pembelajaran tatap muka (PTM), bisa segera dimulai. Tak perlu menunggu Tahun Ajaran Baru. Yang penting, guru sudah divaksin.
“Dengan syarat, guru-guru sudah divaksin,” kata Mas Menteri Nadiem di acara vaksinasi massal bagi guru-guru dan tenaga kependidikan di Gedung Olahraga dan Pertemuan “Dome”, Balikpapan, Kalimantan Timur, seperti dikutip Antara, Selasa (6/5).
"Bila guru-guru sudah divaksin, sekolah dapat dibuka kembali. Tidak harus menunggu bulan Juli atau mengepaskan dengan tahun ajaran baru. Mei juga bisa,” tandas Nadiem, kali ini dalam pertemuan di atap terbuka restoran The Grill di Hotel GranSenyiur.
Berita Terkait : Gibran: Sekolah Tatap Muka Dibuka Juli, Nggak Boleh Mundur
Vaksinasi untuk para guru ini juga mengutamakan guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) atau guru Taman Kanak-kanak (TK) dan Kelompok Bermain (KB), guru Sekolah Luar Biasa (SLB), guru-guru Sekolah Dasar (SD), serta Madrasah Ibtidaiyah (MI).
“Sebab mereka mengajar murid-murid yang karena golongan usia dan kekhususannya, susah belajar secara daring,” jelas Menteri Nadiem.
Dengan demikian maka KB, TK, SLB, dan SD sudah bisa segera buka kembali dan menerima murid belajar tatap muka.
Berita Terkait : Mau Sekolah Tatap Muka, Bisa Nggak Konsisten Patuhi Prokes
Pelaksanaan belajar tatap muka di sekolah di era pandemi yang belum berakhir ini, wajib menerapkan sejumlah pembatasan dan protokol kesehatan secara ketat.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Balikpapan Muhaimin mengatakan, pihaknya sudah memulai uji coba kembali belajar tatap muka sejak Desember 2020.
Jumlah siswa yang datang belajar di sekolah, dibatasi hanya separuh dari dari jumlah siswa yang terdaftar.
Berita Terkait : Mendikbud: Setelah Vaksinasi, Sekolah Didorong Belajar Tatap Muka
“Jadi, hanya 50 persen secara tatap muka. Separuhnya lagi belajar secara daring,” kata Muhaimin.
Dengan begitu, bila satu kelas ada 40 siswa, maka 20 siswa saja yang bisa hadir di kelas untuk belajar secara langsung.
"Orangtua tetap berhak menolak anaknya belajar secara langsung di sekolah. Yang penting anak-anak tetap belajar,” pungkas Muhaimin. [HES]
Tags :
Berita Lainnya