Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Tata Kelola Dampak Perubahan Iklim Pengembangan Hortikultura
Selasa, 10 Agustus 2021 17:19 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Terjadinya dampak perubahan iklim (global warming) di Indonesia tidak menyurutkan langkah Kementerian Pertanian mendorong pertumbuhan sektor pertanian.
Terdapat sekitar 267 juta penduduk Indonesia yang membutuhkan pangan setiap harinya, termasuk sayur dan buah.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menginstruksikan jajarannya terus memberikan pendampingan kepada para petani dan petugas lapangan. Kendati masih dalam nuansa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), informasi iklim dalam penerapan budidaya hortikultura perlu terus dijalankan.
Menindaklanjuti arahan tersebut, Direktorat Jenderal Hortikultura melakukan bimbingan teknis bertemakan Penerapan Informasi Iklim untuk Mendorong Budidaya Hortikultura secara daring melalui aplikasi Zoom Meeting dan YouTube.
Dalam sambutannya, Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto mengatakan, implementasi manajemen iklim turut mendukung dalam suksesnya budidaya pertanian. Informasi iklim merupakan hal yang sangat penting dalam rangka peningkatan produksi dan nilai tambah produk hortikultura.
Baca juga : Pidato Perpisahan Dengan El Barca, Messi Luluh Lantak
Menurut Prihasto, perlunya kombinasi sains, teknologi dan ilmu leluhur untuk mencegah distorsi dalam produksi pangan, sehingga produksi pangan tidak terhambat.
“Prediksi terhadap iklim makro maupun mikro serta penentuan jadwal tanam yang tepat menentukan langkah adaptasi dan mitigasi yang lebih dini dalam penanganan dampak perubahan iklim menjadi hal yang konkret terhadap upaya riil menjaga produksi di Kampung Hortikultura,” terangnya.
Selanjutnya, Direktur Perlindungan Hortikultura Inti Pertiwi mengatakan, dibutuhkan langkah-langkah konkret dalam menangani dampak perubahan iklim di Indonesia.
Prihasto mengatakan, dibutuhkan strategi dalam menyikapi perubahan iklim dengan cara antisipasi, adaptasi dan mitigasi. Dalam hal ini, pemanfaatan informasi iklim sebagai langkah adaptasi dengan menerapkan perencanaan budidaya tanaman dan penentuan jadwal tanam.
“Kita juga perlu waspada terhadap iklim ekstrem yang menyebabkan kebanjiran dan kekeringan. Perlu juga memperhatikan penggunaan teknologi tepat guna dalam meningkatkan produksi dan produktivitas hortikultura ,misalnya varietas tahan cekaman kering/basah, irigasi dan naungan,” paparnya.
Baca juga : Raja Okto Pesan Ciptakan Lingkungan Positif Untuk Nurul Akmal
Teknologi Naungan Dan Irigasi Di Dataran Medium
Adaptasi lingkungan yang ideal di dataran medium membutuhkan teknologi untuk memanipulasi iklim mikro (suhu, kelembaban, radiasi dan air tanah), sehingga menyediakan lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan tanaman hortikultura.
Guru Besar Klimatologi Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran ini mengatakan, untuk melakukan adaptasi perubahan iklim dapat dilakukan dengan beberapa cara. Misalnya, mengurangi suhu dan radiasi matahari, serta meningkatkan kelembaban dan kadar air tanah menggunakan teknologi naungan, irigasi mikro (fog/ mist irrigation) dan mulsa.
Selain itu, pertanian membutuhkan teknologi Smart Farming untuk membantu kegiatan budidaya dan mengurangi biaya produksi. Penerapan menggunakan teknologi otomasi digital (Iot) dan kecerdasan buatan (AI). Misalnya, sensor fisik dan iklim mikro untuk mengukur kondisi fisik dan lingkungan tanaman.
Implementasi Pemanfaatan Informasi Iklim
Baca juga : Pengusaha Ngarep Pertumbuhan Ekonomi Yang Berkualitas
Informasi iklim sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan budidaya hortikultura. Keragaman pola curah hujan di Indonesia menjelaskan pentingnya mengetahui informasi iklim. Beberapa pola curah hujan yang dikenal, antara lain bimodal, local, monsunal dan multipattern.
Pola curah hujan monsunal artinya memiliki satu kali periode basah dan satu kali periode kering, dengan perbedaan jumlah hujan yang jelas, antara periode basah dengan periode kering.
“Misalnya di Kabupaten Brebes terjadinya bulan terbasah umumnya pada November/Januari dan bulan terkering umumnya pada Agustus/September, juga memiliki curah hujan tahunan berkisar antara 2.049-3.445 mm/tahun,” terang peneliti Ahli Madya Balai Penelitian Ahroklimat dan Hidrologi, Aris Pramudia.
Melihat pola curah hujan yang berbeda-beda pada tiap daerah, lanjutnya, maka dilakukan penyesuaian potensi dan pola tanam pada daerah masing-masing. Dirinya bercerita, petani di Kabupaten Brebes mayoritas melakukan awal penanaman pada April - Mei dan Oktober - November.
Selain pengaruh iklim, penanaman bawang merah di Kabupaten Brebes juga dipengaruhi oleh kepemilikan lahan. Misalnya, untuk lahan sewa maka penanaman dilakukan Februari - Mei. [KAL]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya